9 Membuat kebijakan pendidikan untuk meningkatkan
kualitas layanan pendidikan, seperti outbond, field trip dan memanggil tokoh yang ahli dibidangnya.
Didalam pengelolaan program tersebut, belum terdapat kejelasan khusus mengenai tugas pembagian tim penyelenggara. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh kepala sekolah, ”jika anak di tanya siapa wali kelasnya pasti jawabnya adalah bapak Sujarwo, bu, Indri, bu Happy dan
bu Cahyo”. CL02.KS.W.04.27-28.
5.3 Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Program Akselerasi
5.3.1 Bagaimana Psikologis Siswa Yang Telah Masuk Program
Akselerasi?
Anak yang mempunyai potensi kecerdasan dan bakat istimewa tidak lepas dari masalah-masalah yang ada. Masalah yang biasa dihadapi
oleh anak sekolah diantaranya adalah masalah dengan teman sebaya, guru, orang tua dan mengambil keputusan, kerjasama dan perasaan.
5.3.1 Masalah Dengan Teman Sebaya
Hal ini terjadi karena siswa akselerasi memiliki tujuan dan minat yang sangat berbeda dengan teman sebayanya. Padahal
suatu hal yang sangat penting untuk diterima oleh lingkungan, khususnya pada usia pubertas dan dewasa awal.
5.3.2 Masalah Dengan Guru Dan Orangtua
Hal ini terjadi karena guru dan orangtua sulit untuk menyadari bahwa kedewasaan emosional tidak selalu tumbuh
secara bersamaan dengan kemampuan intelektual. Sikap ini menyebabkan guru dan orang tua selalu berharap terlalu banyak
terhadap siswa akselerasi.
5.3.3 Masalah Mengambil Keputusan
Hal ini terjadi karena siswa akaselearsi memiliki kemampuan dan minat di banyak bidang, sehingga sulit membuat
keputusan untuk menentukan dalam bidang mana ia akan menekuninya secara serius.
5.3.4 Masalah Kerjasama
Hal ini terjadi karena anak berbakat sangat responsif terhadap persaingan akademis dalam bentuk angka, kontes dan
beasiswa. Motivasi untuk berkompetensi perlu diimbangi dengan motivasi untuk mau bekerjasama dengan orang lain dalam
memecahkan masalah.
5.3.5 Masalah Perasaan
Hal ini terjadi karena siswa akselerasi sering mengalami perasaan isolasi dan kesepian akibat adanya gaya belajar mereka
yang mandiri. Hasil penelitian Isminarti 1996, yang berjudul ”Tingkat stres dan prestasi belajar anak usia sekolah yang
memperoleh penggayaan” dengan subyek penelitian pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Malang diperoleh
kesimpulan bahwa anak dengan intelegensi yang superior dan very superior serta motivasi berprestasi yang tinggi dan sanggat
tinggi mempunyai tingkat stres yang rendah. Sebaliknya anak dengan intelegensi rata-rata kebawah serta motivasi berprestasi
yang kurang dan sangat kurang mempunyai tingkat stress yang tinggi. Penelitian tersebut memberikan gambaran bahwa
seseorang yang mempunyai intelegensi yang tinggi tidak mudah stress dengan adanya pengggayaan yang diberikan. Tentu saja
berbagai upaya seharusnya dilakukan baik oleh guru maupun orang tua agar potensi anak berbakat dapat terus berkembang
secara optimal. Dari pengamatan peneliti, memang ada siswa yang stres
dalam mengikuti program tersebut, hal ini dikemukakan oleh seorang murid. Ia menuturkan : ”pertama masuk, saya sempat
stess kemudian oleh orang tua saya dikirim ke psikiater” CL07.M.1.W.14.13-14
5.3.1 Bagaimana Evaluasi Siswa?