16 visual lokasi-lokasi tempat tumbuh L. cubeba dan pengambilan data sekunder pada
sumber-sumber data. Pada tahap ini sekaligus dilanjutkan dengan pembuatan plot- plot pengamatan, dilanjutkan dengan pengukuran faktor-faktor tempat tumbuh
mencakup ketinggian tempat, iklim dan kelerengan.
3.2.3.1 Pelaksanaan penelitian
Areal-areal penelitian
sebagaimana disajikan
pada Tabel
3.1 dikelompokkan lebih lanjut menjadi empat kelompok berdasarkan jenis dan taraf
gangguannya, yaitu: 1
Ringan, yaitu areal-areal berupa rumpangcelah bekas pohon tumbang,
sebagian besar masih berupa hutan dengan kondisi baik, dan tingkat keterbukaan areal rendah 20 . Berdasarkan kriteria ini maka lokasi-lokasi
yang termasuk dalam kategori ringan adalah blok Lutung, Batu Kasang, Puntang dan Tegal Panjang.
2
Sedang, yaitu areal-areal yang terganggu oleh kegiatan perambahan, pada saat
pembukaan hutan dilakukan masih menyisakan pohon-pohon hutan dengan kerapatan jarang, tingkat keterbukaan areal mencapai 60
– 80 . Lokasi-lokasi yang termasuk kategori ini umumnya berada di sekitar lahan perkebunan
rakyat, yaitu mencakup blok Pondok Serok, Tibet, Lutung, Curug Angklung dan Batu Kasang.
3
Berat, yaitu areal-areal yang terganggu akibat kebakaran selama beberapa
waktu, kemudian areal menjadi terbuka total keterbukaan menapai 80 – 100
dan hanya menyisakan hamparan vegetasi yang telah hangus terbakar. Lokasi-lokasi yang mewakili areal bekas kebakaran meliputi blok Gunung
Walirang, Puntang dan Cibeurum.
4
Sangat berat, yaitu areal-areal yang terganggu oleh terpaan abu vulkanik
letusan dan dampaknya berlangsung terus menerus, mengakibatkan areal terbuka total dan seluruh tutupan vegetasi di atasnya mengalami kematian
secara masif, areal ini disebut juga dengan istilah hutan mati. Lokasi yang termasuk dalam kategori ini adalah blok Tegal Alun dan Puncak Waternimen.
5
Areal hutan tidak terganggu, di samping keempat tipe lokasi di atas, areal
hutan tidak terganggu digunakan sebagai pembandingkontrol, yaitu areal hutan yang tingkat penutupannya rapat dan pada areal tersebut tidak terdapat
indikasi bekas gangguan. Lokasi yang dipilih adalah hutan-hutan yang berada di wilayah Supa Beureum dan Puntang.
Pada masing-masing lokasi tersebut dibuat plot-plot pengamatan dengan menggunakan metode petak tunggal Kusmana 1997 dikombinasikan dengan
metode line transect Jensen dan Meilby 2012. Pada setiap jarak 20 m pada garis line diletakkan plot-plot pengamatan secara kontinyu berupa petak tunggal ukuran
20 x 20 m berbentuk segiempat terdiri atas sub-sub plot pengamatan yang diletakkan secara berselang-seling di sisi kiri dan kanan jalur untuk mewakili setiap
tingkatan pertumbuhan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.1. Penempatan jalur pengamatan di dalam areal dilakukan secara acak dan panjang jalur
disesuaikan dengan areal, ditarik dari ujung yang satu ke ujung lainnya secara tegak lurus terhadap kontur dan mewakili perubahan ketinggian tempat.
17 Tabel 3.1 Karakteristik fisiografi lokasi peneltian berdasarkan hasil penelitian
pendahuluan dan pembagiannya berdasarkan tipe gangguan.
No Taraf
Gangguan Tipe
Gangguan Nama Lokai Kode
Elevasi m dpl
Topografi Kondisi Tutupan
Vegetasi 1
Tidak Terganggu
Tidak ada gangguan
Supa Beureum SB 2157
Datar Hutan sekunder tua
Lembah Puntang PT 2100
Datar Hutan sekunder tua
2 Ringan
Rumpang Lutung LT
2040 Curam
Hutan sekunder tua Batu Kasang BK
1882 Agak curam
Hutan sekunder tua Supa Beureum SB
2157 Datar
Hutan sekunder tua Tegal Panjang TP
2041 Agak curam
Hutan sekunder tua 3
Sedang Areal bekas
perambahan Sorok Teko ST
1919 - 1956
Landai - agak curam
hutan sekunder muda
Perbatasan Lutung- Pondok Serok LP
2044 Curam -
sangat curam hutan sekunder
muda Perbatasan Tibet-Lutung
TL 2100
Curam - sangat curam
hutan sekunder muda
Lembah Cibeureum CB 2160
Landai semak belukar
didominasi kirinyuh Tibet TB
2100 Landai
semak belukar didominasi kirinyuh
Curug Angklong CA 2100
Landai semak belukar
didominasi kirinyuh Batu Kasang 2 BK
2
2030 Sangat curam
semak belukar didominasi kirinyuh
4 Berat
Areal bekas kebakaran
Gn Walirang GW 1617 -
2058 Datar - sangat
curam semak belukar
didominasi kirinyuh Puntang PT
2040 Sangat curam
hutan sekunder muda
Bungbrun BR 2169
Datar - landai semak belukar
didominasi kirinyuh Tegal Bungbrun BR
2
2300 Landai
semak belukar didominasi kirinyuh
5 Sangat
Berat Bekas
terpaan abu vulkanik
letusan Tegal Alun TA
2550 Landai
semak belukar didominasi paku-
pakuan Puncak waternimen PW
2446 Agak curam
semak belukar didominasi paku-
pakuan
Ukuran sub-sub plot pengamatan ditetapkan sesuai dengan stadium pertumbuhan pohon Kusmana 2007 sebagai berikut:
1 Sub plot ukuran 2 x 2 m untuk pengamatan tingkat semai tinggi 1.5 m;
2 Sub plot 5 x 5 m untuk pengamatan tingkat pancang tinggi 1.5 m – diameter
10 cm; 3
Sub plot 10 x 10 m untuk pengamatan tingkat tiang diameter 10–19 cm; dan 4
Sub plot 20 x 20 m untuk pengamatan tingkat pohon diameter ≥ 20 cm. Pada masing-masing plot dilakukan kegiatan pendataan populasi pohon-
pohon meliputi : 1 nama jenis, 2 pengukuran diameter dan tinggi untuk setiap individu berdiameter 10 cm ke atas tiang dan pohon; 2 jumlah individu
permudaan alam semai dan pancang dan 3 khusus pada plot-plot yang dijumpai L. cubeba dilakukan juga pencatatan karakteristik morfologi dan dimensi tajuknya
lebar dan tinggi.