Tujuan Penelitian Preferensi Ekologis Ki Lemo (Litsea cubeba Lour. Persoon) di Gunung Papandayan Jawa Barat dan Hubungannya dengan Kandungan Minyak Atsiri

10 breksi, lava, lahar dan tufa yang mengandung kuarsa dan terakumulasi pada dataran antar gunung di Garut. Batuan tertua yang tersingkap di lembah Sungai Cimanuk diantaranya adalah breksi volkanik bersifat basaltik yang kompak, menunjukkan kemas terbuka dengan komponen berukuran kerakal sampai bongkah. Secara umum, batuan penyusun dataran antar gunung Garut didominasi oleh material vulkanik klasik berupa alluvium, pasir, kerakal, kerikil, dan lumpur. Gambar 2.2 Peta keadaan fisiografi Gunung Papandayan Sebagai gunung berapi, Papandayan juga memiliki potensi bahan-bahan alam, antara lain adalah: 1 batuan beku, bahan ini cukup melimpah berupa lava berkomposisi andesit dan andesitbasaltik; 2 belerang sulfur, sangat berlimpah di Kawah Emas; dan 3 kaolin, terutama terdapat di sekitar Walirang salah satu puncak di Gunung Papandayan dan Kawah Emas.

2.4 Kondisi Flora dan Fauna

Secara umum vegetasi di TWACA Gunung Papandayan diantaranya adalah pohon cantigi Vacinium lucidum dan edelweiss Anaphalis javanica, dan vegetasi hutan campuran terdiri dari perdu, pohon dan semak belukar dengan tajuk saling menutupi diantaranya adalah puspa Schima wallichii, saninten Castanopsis argentea, jamuju Podocarpus imbricatus, pasang Quercus sp., dan lame Alstonia angustifolia. Di kawasan ini jenis pohon L. cubeba tersebar secara berkelompok pada areal-areal terbuka. Jenis-jenis satwa yang terdapat di TWACA Gunung Papandayan yang mudah ditemukan secara langsung umumnya berbagai jenis burung, antara lain : walik Teron grisscipilla, kadanca Dacula sp., walet Collocalia vulconorium, saeran Dicrurus mococarpus, elang dan lain-lain. Jenis satwa lain yang terdapat 11 di kawasan TWACA Papandayan ini, antara lain adalah lutung Presbytitis cristata Trachypitecus auratus, musang Paradoxurus hermaproditus, babi hutan Sus sp., kijang Muntiacus muntjak, landak Histrix sp., trenggiling Manis javanica dan lain-lain.

2.5 Kondisi Penutupan Lahan

Gunung Papandayan merupakan kawasan yang memiliki intensitas gangguan yang tinggi, baik akibat gangguan alam maupun antropogenik. Gangguan alami yang sering terjadi adalah letusan sebagaimana dilaporkan oleh BBKSDA Jawa Barat bahwa areal telah mengalami beberapa kali letusan diantaranya pada tahun 1773, 1923, 1942, 1993, dan 2002. Bentuk-bentuk gangguan antropogenik yang paling tinggi intensitasnya adalah perambahan dan kebakaran hutan. Akibat gangguan-gangguan tersebut, areal telah mengalami banyak perubahan penutupan lahan. Zuhri dan Sulistyawati 2007 menyatakan bahwa pada kawasan ini terdapat tiga tipe penutupan vegetasi utama, yaitu vegetasi kawah, hutan campuran, dan padang rumput. Berdasarkan peta penggunaan lahan Gunung Papandayan skala 1 : 45000, diketahui pula bahwa selain tipe-tipe yang disebutkan di atas terdapat areal-areal semak belukar dan tanah kosong yang diduga merupakan bekas gangguan perambahan dan kebakaran Gambar 2.3. Gambar 2.3 Peta kondisi penutupan lahan di Gunung Papandayan Dari Gambar 2.3 terlihat bahwa kawasan Gunung Papandayan memiliki variasi tutupan lahan yang tinggi, mulai dari hutan, tanah kosong, semak belukar dan kebun atau tegalan. Secara umum kawasan ini telah terfragmen oleh tanah kosong, semak belukar dan kebun-kebun yang hampir membelah kawasan. Di

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia, Isolasi, Dan Analisis Komponen Minyak Atsiri Buah Segar Dan Kering Tumbuhan Attarasa (Litsea cubeba Pers.) Secara GC-MS

15 107 92

Aktivitas Antibakteri Edible Film Dari Pati Tapioka Yang Di Inkorporasi Dengan Minyak Atsiri Daun Attarasa [Litsea Cubeba(Lour.) Pers.]

7 56 51

Uji bioaktivitas zat ekstraktif kayu ki lemo (Litsea cubeba (Lour) Pers) dan pasang butaruwa (Quercus induta BL) terhadap artemia salina leach

0 10 74

Dinamika Populasi Mikroorganisme Rizosfer Tanaman Kilemo (Litsea cubeba L. Persoon) Pada Perlakuan Pemangkasan dan Pemupukan.

0 3 54

Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Landoyung (Litsea cubeba (Lour.) Pers.) Dengan Metode DPPH Serta Analisis Kandungan Kimianya

9 69 96

Analisis Senyawa Aktif Dari Minyak Atsiri Kulit Batang Ki Lemo (Litsea Cubeba Lour. Pers) Yang Menekan Aktivitas Lokomotor Mencit Analysis Of Compounds Possessing Inhibitory Properties On Mice Locomotor Activity From Essential Oils Of Ki Lemo Bark (Litsea

0 2 7

Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Landoyung (Litsea cubeba (Lour.) Pers.) Dengan Metode DPPH Serta Analisis Kandungan Kimianya

0 0 16

Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Landoyung (Litsea cubeba (Lour.) Pers.) Dengan Metode DPPH Serta Analisis Kandungan Kimianya

0 0 2

Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Landoyung (Litsea cubeba (Lour.) Pers.) Dengan Metode DPPH Serta Analisis Kandungan Kimianya

0 1 4

KRANGEAN (Litsea cubeba (Lour.) Persoon): ASPEK AGRONOMI, PENGGUNAAN SECARA TRADISIONAL, BIOAKTIFITAS DAN POTENSINYA

0 3 13