Perumusan Masalah Kerangka Teoritis

8 2 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Letak dan Luas

Gunung Papandayan merupakan salah satu gunung berapi yang secara administratif terletak di Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung Jawa Barat. Kawasan ini berupa cagar alam CA dan taman wisata alam TWA yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam BKSDA Jawa Barat. Kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan konservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 226 Kpts – II 1990 tgl. 8 Mei 1990 seluas ; 7.032 Ha, terdiri dari Cagar Alam seluas : 6.807 ha dan TWA seluas : 225 ha. Letak geografis kawasan berada pada 7º30’ Lintang Selatan dan 107º31’–180º Bujur Timur. Gambar 2.1 menunjukkan peta kawasan Gunung Papandayan dan sekitarnya Zuhri dan Sulistyawati 2007. Gambar 2.1 Peta kawasan Gunung Papandayan dan sekitarnya sumber: Zuhri dan Sulistyawati 2007

2.2 Aksesibilitas

Lokasi kawasan Gunung Papandayan dapat diakses menggunakan kendaraan darat, baik dari wilayah Kabupaten Garut maupun Kabupaten Bandung. Dari kota Garut 84 km dari Ibu Kota Provinsi, kawasan dapat diakses menuju Kecamatan Cisurupan sepanjang ± 24 km melintasi Jalan Raya Garut –Pameungpeuk, selanjutnya dari Kota Kecamatan Cisurupan menuju lokasi berupa jalan aspal 9 dengan kualitas sedang sepanjang ± 9 km hingga tiba di kawasan parkir. Untuk mengakses kawasan CA dan TWA dilakukan perjalanan dengan berjalan kaki. Kawasan Gunung Papandayan juga dapat diakses dari wilayah Kabupaten Bandung, tepatnya dari Kecamatan Pangalengan. Dari Kota Bandung perjalanan dilakukan menuju Kota Soreang ibu kota kabupaten sepanjang 45 km, dilanjutkan ke Kota Pangalengan sepanjang 30 km dengan kondisi jalan aspal baik. Dari Kota Kecamatan Pangalengan perjalanan dilanjutkan menuju Desa Cileuleuy dengan jarak sekitar 30 km melintasi kawasan perkebunan teh dengan kondisi jalan sebagian beraspal dan sebagian lagi jalan berbatu. Kondisi jalan yang sebagian berbatu mengakibatkan perjalanan menuju Desa Cileuleuy membutuhkan waktu cukup lama sekitar 3 jam. Berbeda dengan akses masuk kawasan melalui Garut, dari Pos di Desa Cileuleuy masih membutuhkan waktu 2 –3 jam untuk dapat mengakses kawasan dengan menggunakan kendaraan roda dua melintasi jalan di kawasan perkebunan rakyat, hingga batas hutan. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki selama kurang lebih dua jam. BBKSDA Jawa Barat 2011.

2.3 Kondisi Fisik

Gunung Papandayan merupakan jenis gunung berapi yang memiliki beberapa kawah aktif, diantaranya terdapat tiga kawah yang meletus pada tahun 2002 yaitu Kawah Baru, Kawah Nagklat dan Kawah Emas BBKSDA Jawa Barat 2011. Kawasan Gunung Papandayan memiliki konfigurasi lapangan bergelombang dengan topografi curam, berbukit dan bergunung-gunung serta tebing yang terjal dengan ketinggian berkisar antara 2170 –2662 mdpl. Wilayah ini termasuk tipe hujan B dengan curah hujan rata-rata tahunan 2550 – 3500 mmth, kelembaban udara 70 –90 dan suhu harian 17–25 ºC BBKSDA Jawa Barat 2011. Hasil pengukuran faktor-faktor iklim secara mikro pada lokasi penelitian diperoleh informasi suhu rata-rata 19.28 o C ± 2.93, kelembaban rata-rata 78.5 ± 10.33 dan intensitas cahaya rata-rata 16 713 lx ± 23 843. Di dalam Kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Papandayan terdapat sumber air, baik air panas maupun air dingin. Sungai yang mengalir di dalam kawasan antara lain adalah Ciparugpug, Cibeureum, Cisaladah, Cigebog dan Cingenah. Sebagian dari sungai bereaksi asam karena melewati daerah belerang, tetapi juga dijumpai sungai yang airnya tawar dan dapat digunakan untuk mandi dan memasak Gambar 2.2. Ditinjau dari aspek geologi dan tanah, Gunung Papandayan mempunyai jenis batuan yang terdiri dari batuan vulkanik, pigosol, andosol, dan batuan intermediet gelombang bergunung dengan ketebalan solum tanah berkisar antara 30 –60 cm. Jenis tanah yang dijumpai di sekitar Gunung Papandayan didominasi oleh tanah andosol yang memberikan peluang terhadap potensi usaha komoditi sayuran BPT 1994. Keberadaan Gunung Papandayan bersama-sama dengan gunung-gunung berapi lainnya, menghasilkan tatanan dan urutan batuan penyusun di wilayah Kabupaten Garut bagian utara yang didominasi oleh material vulkanik. Material ini secara berangsur-angsur berasosiasi dengan letusan erupsi gunung api yang berlangsung beberapa kali secara sporadik selama periode kuarter 2 juta tahun yang lalu. Hasil dari asosiasi tersebut adalah material-material vulkanik berupa 10 breksi, lava, lahar dan tufa yang mengandung kuarsa dan terakumulasi pada dataran antar gunung di Garut. Batuan tertua yang tersingkap di lembah Sungai Cimanuk diantaranya adalah breksi volkanik bersifat basaltik yang kompak, menunjukkan kemas terbuka dengan komponen berukuran kerakal sampai bongkah. Secara umum, batuan penyusun dataran antar gunung Garut didominasi oleh material vulkanik klasik berupa alluvium, pasir, kerakal, kerikil, dan lumpur. Gambar 2.2 Peta keadaan fisiografi Gunung Papandayan Sebagai gunung berapi, Papandayan juga memiliki potensi bahan-bahan alam, antara lain adalah: 1 batuan beku, bahan ini cukup melimpah berupa lava berkomposisi andesit dan andesitbasaltik; 2 belerang sulfur, sangat berlimpah di Kawah Emas; dan 3 kaolin, terutama terdapat di sekitar Walirang salah satu puncak di Gunung Papandayan dan Kawah Emas.

2.4 Kondisi Flora dan Fauna

Secara umum vegetasi di TWACA Gunung Papandayan diantaranya adalah pohon cantigi Vacinium lucidum dan edelweiss Anaphalis javanica, dan vegetasi hutan campuran terdiri dari perdu, pohon dan semak belukar dengan tajuk saling menutupi diantaranya adalah puspa Schima wallichii, saninten Castanopsis argentea, jamuju Podocarpus imbricatus, pasang Quercus sp., dan lame Alstonia angustifolia. Di kawasan ini jenis pohon L. cubeba tersebar secara berkelompok pada areal-areal terbuka. Jenis-jenis satwa yang terdapat di TWACA Gunung Papandayan yang mudah ditemukan secara langsung umumnya berbagai jenis burung, antara lain : walik Teron grisscipilla, kadanca Dacula sp., walet Collocalia vulconorium, saeran Dicrurus mococarpus, elang dan lain-lain. Jenis satwa lain yang terdapat

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia, Isolasi, Dan Analisis Komponen Minyak Atsiri Buah Segar Dan Kering Tumbuhan Attarasa (Litsea cubeba Pers.) Secara GC-MS

15 107 92

Aktivitas Antibakteri Edible Film Dari Pati Tapioka Yang Di Inkorporasi Dengan Minyak Atsiri Daun Attarasa [Litsea Cubeba(Lour.) Pers.]

7 56 51

Uji bioaktivitas zat ekstraktif kayu ki lemo (Litsea cubeba (Lour) Pers) dan pasang butaruwa (Quercus induta BL) terhadap artemia salina leach

0 10 74

Dinamika Populasi Mikroorganisme Rizosfer Tanaman Kilemo (Litsea cubeba L. Persoon) Pada Perlakuan Pemangkasan dan Pemupukan.

0 3 54

Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Landoyung (Litsea cubeba (Lour.) Pers.) Dengan Metode DPPH Serta Analisis Kandungan Kimianya

9 69 96

Analisis Senyawa Aktif Dari Minyak Atsiri Kulit Batang Ki Lemo (Litsea Cubeba Lour. Pers) Yang Menekan Aktivitas Lokomotor Mencit Analysis Of Compounds Possessing Inhibitory Properties On Mice Locomotor Activity From Essential Oils Of Ki Lemo Bark (Litsea

0 2 7

Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Landoyung (Litsea cubeba (Lour.) Pers.) Dengan Metode DPPH Serta Analisis Kandungan Kimianya

0 0 16

Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Landoyung (Litsea cubeba (Lour.) Pers.) Dengan Metode DPPH Serta Analisis Kandungan Kimianya

0 0 2

Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Landoyung (Litsea cubeba (Lour.) Pers.) Dengan Metode DPPH Serta Analisis Kandungan Kimianya

0 1 4

KRANGEAN (Litsea cubeba (Lour.) Persoon): ASPEK AGRONOMI, PENGGUNAAN SECARA TRADISIONAL, BIOAKTIFITAS DAN POTENSINYA

0 3 13