buah tua atau matang dipisahkan dari bagian ranting. Khusus sampel kulit batang harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran dan lumut atau bagian lain yang
menempel dengan menggunakan sikat atau kuas.
Sampel buah disimpan selama dua sampai tiga hari sampai diperoleh kematangan yang merata, sedangkan sampel daun dan kulit batang
dikeringanginkan kering udara pada tempat yang kering di luar ruangan. Pengeringan udara masing-masing sampel berbeda-beda sesuai kondisi. Sampel
daun membutuhkan pengeringan rata-rata berlangsung selama tiga hari dan kulit batang mencapai lima sampai tujuh hari.
Sebelum proses distilasi dilakukan, sebagian kecil sampel diambil untuk digunakan dalam penentuan kadar air. Kadar air diperlukan untuk menghitung
rendemen minyak atsiri yang dihasilkan. Tahapan penentuan kadar air ini dilakukan melalui: 1 penimbangan berat wadah cawan kosong, 2 penimbangan
berat wadah yang berisi sampel, 3 penentuan berat sampel awal, 4 pengeringan sampel menggunakan oven pada suhu 60
o
C selama dua jam, 5 penimbangan wadah berisi sampel kering, 6 penentuan berat sampel akhir. Tahapan alur
penentuan kadar air sampel disajikan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Tahapan proses penentuan kadar air sampel
Sampel-sampel yang sudah kering udara, selanjutnya siap diproses lebih lanjut ke tahap distilasi. Sebelumnya sampel-sampel disiapkan untuk dua kali
ulangan proses distilasi, masing-masing ditimbang untuk memperoleh berat awal dibuat per 200 gr atau disesuaikan volume tabung distilasi.
4.2.3.4 Distilasi uap steam distillation
Sampel-sampel diuji di Laboratorium Terpadu Poltekkes Bandung Kementerian Kesehatan untuk memperoleh rendemen minyak atsiri. Dalam
pengujian ini, sampel-sampel diperlakukan dengan prosedur penyulingan distilasi, yang sebelumnya telah dikeringudarakan.
Penyulingan ini menggunakan sistem distilasi uap steam distillation dengan waktu 2 sampai 3 jam per sampel daun, dan 4 sampai 6 jam per sampel buah dan
kulit Gambar 4.2. Prosedur distilasi uap dilakukan sesuai standar yang berlaku di Laboratorium Poltekkes
1
, Bandung yaitu mengalirkan uap air yang dihasilkan oleh steam generator ke wadah simplisia dan membawa minyak atsiri bersama dengan
uap air tesebut. Minyak lemo yang dihasilkan ditampung pada wadah, kemudian dipindahkan ke dalam botol dan diberi label sesuai kode sampel. Distilasi uap ini
merupakan metode yang paling baik karena dapat menghasilkan minyak atsiri dengan kualitas yang tinggi karena tidak bercampur dengan air Suryani 2012:
komunikasi pribadi; Zulnely et al. 2005.
1
Laboratorium Terpadu, Politeknik Kesehatan, Kemenkes di Bandung telah terstandar ISO 9001: 2008
Gam
Gambar 4.2 Alur proses distilasi menggunakan sistim distilasi uap A: sampel daun; B: sampel buah; C: sampel kulit batang; D: peralatan distilasi uap; E: proses
penampungan minyak atsiri; F: minyak atsiri hasil penyulingan
4.2.3.5 Analisis GC-MS
Proses lebih lanjut dalam pengujian minyak atsiri adalah analisis GC-MS menggunakan alat agilent technologies GC system GC 7890 dan 5975 C XLEICI
MSD pada suhu 250
o
C dan MS detector pada suhu 280
o
C untuk memperoleh komposisi kimia minyak atsiri Gambar 4.3. Pavia et al. 2006 menjelaskan, pada
metode analisis GC-MS dilakukan dengan membaca spektra GC untuk melihat banyaknya senyawa berdasarkan banyaknya puncak peak.
Gambar 4.3 Alat GC-MS Agilent Technology GC: t ype 7890 MS: type 5975
A: Perangkat alat GCMS; B: tempat input sampel minyak atsiri pada alat GCMS
Berdasarkan data waktu retensi yang sudah diketahui dari literatur, bisa diketahui senyawa apa saja yang ada dalam sampel. Tahap selanjutnya adalah
dengan memasukkan senyawa yang diduga tersebut ke dalam instrumen spektrometri massa. Hal ini dapat dilakukan karena salah satu kegunaan dari
kromatografi gas adalah untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu sampel. Setelah itu, diperoleh hasil dari spektra spektrometri massa pada grafik yang
berbeda.
A
B
C D
E
F
A B
Informasi yang diperoleh dari kedua teknik ini yang digabung dalam instrumen GC-MS adalah hasil dari masing-masing spektra. Untuk spektra GC,
informasi terpenting yang didapat adalah waktu retensi untuk tiap-tiap senyawa dalam sampel. Adapun untuk spektra MS, bisa diperoleh informasi mengenai
massa molekul relatif dari senyawa sampel tersebut.
Tahapan analisis GC-MS ini mengacu pada prosedur yang berlaku di Laboratorium Poltekkes Bandung, meliputi: 1 sample preparation, yaitu proses
penyiapan sampel minyak ke dalam vial-vial botol-botol berukuran kecil sesuai spesifikasi alat. Pada tahap ini, minyak hasil distilasi diambil sebanyak 2.5 mg dan
dimasukkan ke dalam vial dengan menggunakan larutan pencampur berupa MTC metyl chloride sebanyak 1 ml. Sampel-sampel ini kemudian diletakkan ke dalam
rak-rak yang sudah tersedia di dalam perangkat alat GC-MS. Setelah sampel diletakkan, tahap selanjutnya alat akan bekerja secara otomatis ke tahap-tahap
selanjutnya; 2 injeksi, yaitu menginjeksikan campuran larutan ke kolom GC melalui heated injection port; 3 GC separation, yaitu campuran dibawa gas
pembawa Helium dengan laju alir tertentu melewati kolom GC yang dipanaskan dalam pemanas, kolom GC memiliki cairan pelapis fasa diam yang inert; 4
identifikasi senyawa melalui MS detector, mencakup aspek kualitatif lebih dari 275000 spektra massa dari senyawa yang tidak diketahui dapat teridentifikasi
dengan referensi komputerisasi dan aspek kuantitatif dengan membandingkan kurva standar dari senyawa yang diketahui dapat diketahui kuantitas dari senyawa
yang tidak diketahui; dan 5 scanning, yaitu pencatatan spektra massa secara reguler dalam interval 0.5
–1.0 detik selama pemisahan GC dan disimpan dalam sistem instrumen data untuk digunakan dalam analisis. Spektra massa berupa
fingerprint ini selanjutnya dibandingkan dengan acuan. 4.2.4
Analisis data Data minyak atsiri hasil distilasi dan analisis GC-MS disajikan dalam bentuk
tabulasi dan dibandingkan antar tipe habitat. Penyajian data dalam penelitian ini mencakup variasi rendemen dan komposisi minyak L. cubeba antar bagian pohon;
dan variasi yang terjadi pada 17 lokasi penelitian. Tahapan analisis data terkait rendemen dan komposisi minyak atsiri diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:
1 Penentuan kadar air KA
Kadar air sampel ditentukan untuk menentukan berat sampel kering setelah dikeluarkan minyaknya melalui penyulingan.
Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus:
Berat awal – Berat akhir
Kadar Air KA = x 100 Berat awal
2 Penentuan berat minyak
Berat minyak lemo yang dihasilkan ditentukan berdasarkan tahapan perhitungan sebagai berikut:
- Menimbang berat wadah kosong A
- Menimbang berat wadah berisi minyak B
- Berat minyak gr = B – A
3 Penentuan berat sampel kering.
Berat sampel kering setelah dikeluarkan minyaknya sangat diperlukan untuk menentukan besarnya rendemen dari bahan baku yang digunakan.