Simpulan Preferensi Ekologis Ki Lemo (Litsea cubeba Lour. Persoon) di Gunung Papandayan Jawa Barat dan Hubungannya dengan Kandungan Minyak Atsiri

buah tua atau matang dipisahkan dari bagian ranting. Khusus sampel kulit batang harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran dan lumut atau bagian lain yang menempel dengan menggunakan sikat atau kuas. Sampel buah disimpan selama dua sampai tiga hari sampai diperoleh kematangan yang merata, sedangkan sampel daun dan kulit batang dikeringanginkan kering udara pada tempat yang kering di luar ruangan. Pengeringan udara masing-masing sampel berbeda-beda sesuai kondisi. Sampel daun membutuhkan pengeringan rata-rata berlangsung selama tiga hari dan kulit batang mencapai lima sampai tujuh hari. Sebelum proses distilasi dilakukan, sebagian kecil sampel diambil untuk digunakan dalam penentuan kadar air. Kadar air diperlukan untuk menghitung rendemen minyak atsiri yang dihasilkan. Tahapan penentuan kadar air ini dilakukan melalui: 1 penimbangan berat wadah cawan kosong, 2 penimbangan berat wadah yang berisi sampel, 3 penentuan berat sampel awal, 4 pengeringan sampel menggunakan oven pada suhu 60 o C selama dua jam, 5 penimbangan wadah berisi sampel kering, 6 penentuan berat sampel akhir. Tahapan alur penentuan kadar air sampel disajikan pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Tahapan proses penentuan kadar air sampel Sampel-sampel yang sudah kering udara, selanjutnya siap diproses lebih lanjut ke tahap distilasi. Sebelumnya sampel-sampel disiapkan untuk dua kali ulangan proses distilasi, masing-masing ditimbang untuk memperoleh berat awal dibuat per 200 gr atau disesuaikan volume tabung distilasi.

4.2.3.4 Distilasi uap steam distillation

Sampel-sampel diuji di Laboratorium Terpadu Poltekkes Bandung Kementerian Kesehatan untuk memperoleh rendemen minyak atsiri. Dalam pengujian ini, sampel-sampel diperlakukan dengan prosedur penyulingan distilasi, yang sebelumnya telah dikeringudarakan. Penyulingan ini menggunakan sistem distilasi uap steam distillation dengan waktu 2 sampai 3 jam per sampel daun, dan 4 sampai 6 jam per sampel buah dan kulit Gambar 4.2. Prosedur distilasi uap dilakukan sesuai standar yang berlaku di Laboratorium Poltekkes 1 , Bandung yaitu mengalirkan uap air yang dihasilkan oleh steam generator ke wadah simplisia dan membawa minyak atsiri bersama dengan uap air tesebut. Minyak lemo yang dihasilkan ditampung pada wadah, kemudian dipindahkan ke dalam botol dan diberi label sesuai kode sampel. Distilasi uap ini merupakan metode yang paling baik karena dapat menghasilkan minyak atsiri dengan kualitas yang tinggi karena tidak bercampur dengan air Suryani 2012: komunikasi pribadi; Zulnely et al. 2005. 1 Laboratorium Terpadu, Politeknik Kesehatan, Kemenkes di Bandung telah terstandar ISO 9001: 2008 Gam Gambar 4.2 Alur proses distilasi menggunakan sistim distilasi uap A: sampel daun; B: sampel buah; C: sampel kulit batang; D: peralatan distilasi uap; E: proses penampungan minyak atsiri; F: minyak atsiri hasil penyulingan

4.2.3.5 Analisis GC-MS

Proses lebih lanjut dalam pengujian minyak atsiri adalah analisis GC-MS menggunakan alat agilent technologies GC system GC 7890 dan 5975 C XLEICI MSD pada suhu 250 o C dan MS detector pada suhu 280 o C untuk memperoleh komposisi kimia minyak atsiri Gambar 4.3. Pavia et al. 2006 menjelaskan, pada metode analisis GC-MS dilakukan dengan membaca spektra GC untuk melihat banyaknya senyawa berdasarkan banyaknya puncak peak. Gambar 4.3 Alat GC-MS Agilent Technology GC: t ype 7890 MS: type 5975 A: Perangkat alat GCMS; B: tempat input sampel minyak atsiri pada alat GCMS Berdasarkan data waktu retensi yang sudah diketahui dari literatur, bisa diketahui senyawa apa saja yang ada dalam sampel. Tahap selanjutnya adalah dengan memasukkan senyawa yang diduga tersebut ke dalam instrumen spektrometri massa. Hal ini dapat dilakukan karena salah satu kegunaan dari kromatografi gas adalah untuk memisahkan senyawa-senyawa dari suatu sampel. Setelah itu, diperoleh hasil dari spektra spektrometri massa pada grafik yang berbeda. A B C D E F A B Informasi yang diperoleh dari kedua teknik ini yang digabung dalam instrumen GC-MS adalah hasil dari masing-masing spektra. Untuk spektra GC, informasi terpenting yang didapat adalah waktu retensi untuk tiap-tiap senyawa dalam sampel. Adapun untuk spektra MS, bisa diperoleh informasi mengenai massa molekul relatif dari senyawa sampel tersebut. Tahapan analisis GC-MS ini mengacu pada prosedur yang berlaku di Laboratorium Poltekkes Bandung, meliputi: 1 sample preparation, yaitu proses penyiapan sampel minyak ke dalam vial-vial botol-botol berukuran kecil sesuai spesifikasi alat. Pada tahap ini, minyak hasil distilasi diambil sebanyak 2.5 mg dan dimasukkan ke dalam vial dengan menggunakan larutan pencampur berupa MTC metyl chloride sebanyak 1 ml. Sampel-sampel ini kemudian diletakkan ke dalam rak-rak yang sudah tersedia di dalam perangkat alat GC-MS. Setelah sampel diletakkan, tahap selanjutnya alat akan bekerja secara otomatis ke tahap-tahap selanjutnya; 2 injeksi, yaitu menginjeksikan campuran larutan ke kolom GC melalui heated injection port; 3 GC separation, yaitu campuran dibawa gas pembawa Helium dengan laju alir tertentu melewati kolom GC yang dipanaskan dalam pemanas, kolom GC memiliki cairan pelapis fasa diam yang inert; 4 identifikasi senyawa melalui MS detector, mencakup aspek kualitatif lebih dari 275000 spektra massa dari senyawa yang tidak diketahui dapat teridentifikasi dengan referensi komputerisasi dan aspek kuantitatif dengan membandingkan kurva standar dari senyawa yang diketahui dapat diketahui kuantitas dari senyawa yang tidak diketahui; dan 5 scanning, yaitu pencatatan spektra massa secara reguler dalam interval 0.5 –1.0 detik selama pemisahan GC dan disimpan dalam sistem instrumen data untuk digunakan dalam analisis. Spektra massa berupa fingerprint ini selanjutnya dibandingkan dengan acuan. 4.2.4 Analisis data Data minyak atsiri hasil distilasi dan analisis GC-MS disajikan dalam bentuk tabulasi dan dibandingkan antar tipe habitat. Penyajian data dalam penelitian ini mencakup variasi rendemen dan komposisi minyak L. cubeba antar bagian pohon; dan variasi yang terjadi pada 17 lokasi penelitian. Tahapan analisis data terkait rendemen dan komposisi minyak atsiri diuraikan lebih lanjut sebagai berikut: 1 Penentuan kadar air KA Kadar air sampel ditentukan untuk menentukan berat sampel kering setelah dikeluarkan minyaknya melalui penyulingan. Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus: Berat awal – Berat akhir Kadar Air KA = x 100 Berat awal 2 Penentuan berat minyak Berat minyak lemo yang dihasilkan ditentukan berdasarkan tahapan perhitungan sebagai berikut: - Menimbang berat wadah kosong A - Menimbang berat wadah berisi minyak B - Berat minyak gr = B – A 3 Penentuan berat sampel kering. Berat sampel kering setelah dikeluarkan minyaknya sangat diperlukan untuk menentukan besarnya rendemen dari bahan baku yang digunakan.

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia, Isolasi, Dan Analisis Komponen Minyak Atsiri Buah Segar Dan Kering Tumbuhan Attarasa (Litsea cubeba Pers.) Secara GC-MS

15 107 92

Aktivitas Antibakteri Edible Film Dari Pati Tapioka Yang Di Inkorporasi Dengan Minyak Atsiri Daun Attarasa [Litsea Cubeba(Lour.) Pers.]

7 56 51

Uji bioaktivitas zat ekstraktif kayu ki lemo (Litsea cubeba (Lour) Pers) dan pasang butaruwa (Quercus induta BL) terhadap artemia salina leach

0 10 74

Dinamika Populasi Mikroorganisme Rizosfer Tanaman Kilemo (Litsea cubeba L. Persoon) Pada Perlakuan Pemangkasan dan Pemupukan.

0 3 54

Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Landoyung (Litsea cubeba (Lour.) Pers.) Dengan Metode DPPH Serta Analisis Kandungan Kimianya

9 69 96

Analisis Senyawa Aktif Dari Minyak Atsiri Kulit Batang Ki Lemo (Litsea Cubeba Lour. Pers) Yang Menekan Aktivitas Lokomotor Mencit Analysis Of Compounds Possessing Inhibitory Properties On Mice Locomotor Activity From Essential Oils Of Ki Lemo Bark (Litsea

0 2 7

Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Landoyung (Litsea cubeba (Lour.) Pers.) Dengan Metode DPPH Serta Analisis Kandungan Kimianya

0 0 16

Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Landoyung (Litsea cubeba (Lour.) Pers.) Dengan Metode DPPH Serta Analisis Kandungan Kimianya

0 0 2

Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Landoyung (Litsea cubeba (Lour.) Pers.) Dengan Metode DPPH Serta Analisis Kandungan Kimianya

0 1 4

KRANGEAN (Litsea cubeba (Lour.) Persoon): ASPEK AGRONOMI, PENGGUNAAN SECARA TRADISIONAL, BIOAKTIFITAS DAN POTENSINYA

0 3 13