Proses Pencemaran Lingkungan Beberapa Kasus Konflik Lingkungan

3. Pembangunan ekonomi dan sosial hendaknya ditujukan selain untuk kesejahteraan umat juga untuk memperbaiki kualitas lingkungan. 4. Dalam mengadakan kebijaksanaan lingkungan, hendaknya diarahkan kepada peningkatan potensi pembangunan bukan sebatas untuk masa kini tetapi juga untuk masa yang akan datang. 5. Ilmu dan teknologi yang diterapkan untuk pemecahan masalah lingkungan harus ditujukan demi kegunaan seluruh umat manusia. 6. Perlu adanya pendidikan, pelatihan maupun pengembangan secara ilmiah tentang pengelolaan lingkungan sehingga semua problem-problem lingkungan dapat ditanggulangi. 7. Ada kerjasama yang baik dari semua pihak dalam rangka mempertahankan kelestarian dan mencegah terjadinya kerusakan atau kemusnahan.

2.2. Proses Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi danatau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya Pasal 1 angka 12 UU No. 231997. Proses pencemaran lingkungan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran. Dampak pencemaran ada yang langsung terasa, misalnya berupa gangguan kesehatan langsung penyakit akut atau gangguan kesehatan yang akan dirasakan setelah jangka waktu tertentu penyakit kronis. Sebenarnya alam juga memiliki kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran selfrecovery, namun alam memiliki keterbatasan www.tlitb.orgploindex.html, 2007. Pencemaran dari kegiatan industri pada umumnya bersumber dari: 1. Kegiatan produksi dan penambangan. 2. Kegiatan pengadaan energi dan uap yang meliputi pembakaran bahan fosil atau penggunaan bahan-bahan. 3. Usaha jasa pemeliharaan atau pembersihan peralatan industri, proses produksi, sarana produksi dan lain-lain http:www.gorontaloprov.go.id.

2.3. Pengertian Konflik dan Resolusi Konflik

2.3.1. Pengertian Konflik

Dalam istilah asing, pengertian konflik conflict dibedakan dengan pengertian sengketa dispute. Hadi 2006, menyebutkan bahwa dalam sengketa menyangkut konflik sedangkan konflik belum tentu mengandung sengketa. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kedua istilah tersebut diartikan sebagai perselisihan. Dalam Peraturan Pemerintah PP Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedia Jasa pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara Penyelesaian Sengketa Lingkungan di Luar Pengadilan PP No. 542000, menyebutkan bahwa sengketa lingkungan merupakan perselisihan antara dua pihak atau lebih yang ditimbulkan oleh adanya atau diduga adanya pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup. Aplikasi di lapangan, definisi konflik sebagaimana yang disebutkan dalam PP Nomor 542000 berkembang lebih luas. Tidak sebatas adanya pencemaran dan perusakan lingkungan tetapi juga mencakup perubahan tata guna lahan, kewenangan pemanfaatan termasuk perebutan hak pemanfaatan. Definisi konflik yang begitu luas, menunjukkan bahwa konflik dapat terjadi pada diri individu dalam hubungannya dengan individu lain, individu dengan institusi atau kelompok masyarakat dengan institusiorganisasi. Lacey 2003, mendefinisikan konflik sebagai a fight, a collision, a struggle, a contest, opposition of interest, opinion or purposes, mental strife, agony suatu pertarungan, benturan, pergulatan, pertentangan kepentingan-kepentingan, opini-opini atau tujuan-tujuan, pergulatan mental, penderitaan batin. Konflik memang melekat erat dalam dinamika kehidupan, sehingga manusia dituntut selalu berjuang dengan konflik. Zein 2007, menyatakan bahwa konflik adalah: a. Sebuah perdebatan atau pertandingan untuk memenangkan sesuatu. b. Ketidaksetujuan terhadap sesuatu, argumentasi, pertengkaran atau perdebatan. c. Perjuangan, peperangan atau konfrontasi. d. Keadaan yang rusuh, ketidakstabilan gejolak atau kekacauan. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara Tipe konflik dan karakteristiknya sebagaimana disebutkan dalam A Manual on Alternative Conflict Management Based Natural Resource Projects in The South Pacific dapat dilihat pada Tabel 2.1: Tabel 2.1. Tipe-Tipe Konflik Tipe Karakteristik Contoh Struktural Social Ketimpangan, ketidakadilan, tidak terwakili secara struktur sosial - Perbedaan level pendidikan - Tidak berkelanjutan karena over eksploitasi terhadap sumberdaya Struktural Legal Sistem hukum bias kepada stakeholder tertentu Hanya mengenal pemilik lahan saja tapi tidak menyebut pengguna lain Struktural Economi Kekuatan ekonomi bias terhadap kelompok stakeholder tertentu - Ekonomi dan kekuatan politik dari perusahaan - Kebijakan yang mengabaikan norma adat dalam pemilikan tanah Identitas Cultural Perbedaan nilai dari berbagai kelompok masyarakat tertentu dalam mendefinisikan identitas mereka - Perbedaan nilai terhadap lahan dan sumberdaya alam - Rasial, agama, suku, etnis dan bahasa - Terlalu kuat pandangan emosional Sumber: Overseas Development Institute, 1998. Menurut Supadi 2001, secara umum konflik adalah “prilaku anggota organisasi yang dilakukan berbeda dengan anggota lainnya”. Konflik timbul disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: perbedaan persepsi, perbedaan cara merealisasikan tujuan, perbedaan kepentingan atau suatu pihak melakukan sabotase terhadap yang lain. Dua penyebab yang pertama merupakan jenis konflik yang dapat pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara menjadikan organisasi dinamis bila di-manage dengan tepat, cepat dan profesional. Penyebab lainnya merupakan dampak dari mis-management sehingga konflik semacam itu sedapat mungkin dihindari atau diselesaikan secepatnya sebelum menimbulkan dampak kontra-produktif bagi organisasi. Konflik pada hakikatnya dapat didefinisikan sebagai segala macam interaksi pertentangan atau antagonis antar dua atau lebih kepentingan Chaidir, 2001. Robbins, salah seorang pakar ilmu prilaku organisasi merumuskan konflik sebagai berikut: sebuah proses atau upaya yang sengaja dilakukan oleh seseorang atau lebih untuk menghalangi usaha yang dilakukan orangpihak lain dalam berbagai bentuk hambatan blocking yang menjadikan orang lain tersebut merasa frustasi dalam usahanya mencapai tujuan yang diinginkan. Sehingga yang dimaksud dengan konflik adalah proses pertikaian yang terjadi sedangkan peristiwa yang berupa gejolak dan sejenisnya adalah salah satu manifestasinya. Lebih jauh Robbins menegaskan, setiap membahas konflik maka eksistensi konflik selalu diasosiasikan sebagai oposisi lawan dan blokade. Dapat juga terjadi bahwa situasi-situasi yang sebenarnya dapat dianggap bernuansa konflik ternyata tidak dianggap sebagai konflik karena anggota-anggota kelompok tidak menganggapnya sebagai konflik. Sebaliknya, ada konflik yang hanya dibayangkan ada sebagai sebuah persepsi, ternyata tidak riil sebagai sebuah konflik Syamsuddin, 2004. Dua orang penulis dari Amerika Serikat, Cathy A Constantino dan Chistina Sickles Merchant dalam Syamsuddin 2004, mengatakan dengan kata-kata yang lebih sederhana bahwa konflik pada dasarnya adalah: sebuah proses pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara mengekspresikan ketidakpuasan, ketidaksetujuan atau harapan-harapan yang tidak terealisasi. Kedua penulis tersebut sepakat dengan Robbins bahwa konflik pada dasarnya adalah sebuah proses. Sebagian besar masyarakat masih cenderung memandang konflik sebagai hal yang harus dihindari bukan sebagai realita yang harus di-manage. Padahal dinamika kehidupan berorganisasi dalam bentuk, jenis dan ukuran apapun tidak akan terjadi tanpa adanya konflik. Perlu mempersepsikan konflik sebagai realita yang tidak perlu dihindari apalagi ditakuti sehingga menjadikan kehidupan organisasi menjadi stagnan. Sebaliknya, konflik harus diterima sebagai “mesin” dinamika organisasi yang harus dikelola secara cerdas, karena dalam kenyataannya konflik tidak selamanya bersifat destruktif. Dalam konteks pemikiran seperti yang disebutkan di atas, konflik tidak identik dengan kegagalan atau kemunduran, tetapi merupakan awal sebuah dinamika karena di tengah terjadinya konflik sebenarnya sedang berlangsung pula proses reparadigming.

2.3.2. Resolusi Konflik

Sebuah fabel Cina kuno, menceritakan jika dua pihak tidak mau mengalah dalam menyelesaikan suatu masalah maka kedua pihak akan menuai kerugian. Fabel itu mengisahkan, seekor Tiram berjemur diri di pantai dengan kedua kulitnya yang terbuka lebar. Ketika seekor Bangau menghampiri dan mematuk dagingnya, tiba-tiba sang Tiram mengatupkan dirinya sambil menjepit paruh panjang sang Bangau, tidak satu pun yang ingin mengalah. Akhir kisah, seorang nelayan mendekati dan menangkap keduanya. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara Pelajaran yang dapat ditarik dari fabel tersebut, bahwa yang besar tidak selamanya memperoleh kemenangan terhadap pihak yang kecil. Pada sisi lain, selemah-lemahnya pihak yang kecil, selalu ada kekuatan tersendiri untuk melakukan perlawanan. Oleh karena itu, jangan meremehkan yang kecil, sebaliknya yang kecil pun hendaknya tahu diri dan tidak memaksakan kehendak untuk mendapatkan sesuatu. Dalam hubungan industrial, ajaran kisah di atas sudah dikenal, namun aplikasinya jarang dilaksanakan. Pada tingkat nasional, didambakan hubungan industrial yang mampu menciptakan perkembangan ekonomi dan hubungan yang harmonis diantara para pelakunya. Pada tingkat perusahaan didasari pula bahwa hubungan yang serasi dan sehat antara pengusaha, pekerja serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya akan menciptakan ketenangan usaha dan ketentraman kerja yang pada gilirannya dapat mendorong produktivitas. Dorcey 1986, menegaskan bahwa dalam banyak situasi terdapat lebih dari satu akar konflik yang akan muncul yaitu: a. Perbedaan pengetahuan atau pemahaman dapat mengarah pada timbulnya konflik. b. Konflik dimungkinkan muncul karena perbedaan nilai. c. Perbedaan kepentingan dapat menimbulkan konflik, meskipun berbagai kelompok menerima fakta dan interpretasi yang sama serta mempunyai kesamaan nilai. d. Konflik dapat muncul karena adanya persoalan pribadi atau latar belakang sejarah. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara Hendricks 2006, menyebutkan lima gaya manajemen konflik yang dapat dipilih sebagai upaya untuk menyelesaian konflik. Pertama, penyelesaian konflik dengan mempersatukan integrating. Penyelesaian konflik dengan cara mempersatukan mendorong tumbuhnya creative thinking berfikir kreatif, mengembangkan alternatif merupakan kekuatan dari gaya integrating. Kedua, penyelesaian konflik dengan kerelaan untuk membantu obliging, strategi ini berperan dalam menyempitkan perbedaan antar kelompok dan mendorong para pihak untuk mencari persamaan dasar. Ketiga, penyelesaian konflik dengan cara mendominasi dominating, merupakan kebalikan dari cara obliging. Strategi ini dapat menjadi reaksioner, digerakkan oleh mekanisme mempertahankan diri. Keempat, penyelesaian konflik dengan menghindar avoiding, aspek negatif cara ini diantaranya adalah menghindar dari tanggungjawab. Kelima, penyelesaian konflik dengan kompromi compromising, cara ini dianggap paling efektif apalagi menghadapi isu yang kompleks. Kompromi dapat menjadi pemecah perbedaan atau pertukaran konsesi, cara ini hampir selalu dijadikan sarana oleh semua kelompok yang berselisih untuk mendapatkan jalan keluar atau pemecahan masalah. Manajemen konflik dapat berjalan maksimal, jika mampu mengembangkan pendekatan yang dapat dipercaya untuk melaksanakan manajemen konflik itu sendiri. Manajemen konflik membutuhkan keputusan yang jelas, manajemen konflik memerlukan toleransi terhadap perbedaan, manajemen konflik mengurangi agresi, manajemen konflik mengurangi prilaku pasif dan manajemen konflik memerlukan pengurangan prilaku manipulatif. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara Konflik hendaknya dianggap sebagai suatu faktor yang konstruktif, bukan semata destruktif di dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam kerangka pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan Mitchell, et al, 2007. Memandang konflik sebagai suatu faktor yang konstruktif sejalan dengan tujuan pengelolaan lingkungan hidup yaitu tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup. Konflik lingkungan yang terjadi antara masyarakat dengan pihak industri misalnya, tidak bermakna harus menyingkirkan masyarakat atau memindahkan industrinya Syahrin, 2006. Mengelola konflik merupakan salah satu kunci utama meraih “performance” yang optimal dalam setiap organisasi. Namun sering dalam praktek, persepsi demikian tampaknya masih timpang. Selama ini organisasi tanpa konflik selalu dipersepsi sebagai kondisi ideal dan harmonis. Konflik jarang dipandang sebagai “ vitamin” kehidupan organisasi, tetapi justru sebagai virus pembawa “penyakit”. Padahal jika konflik dikelola secara cerdas akan sangat dekat korelasinya dengan kehidupan organisasi yang dinamis dan efektif. Sangat mustahil, sebuah organisasi hidup tanpa konflik mengalami dinamika yang membangun. Sebagaimana diketahui bahwa nilai-nilai sosial yang diajarkan dan dianut dalam masyarakat selalu bersifat anti konflik. Nilai-nilai persatuan, kesatuan, kerjasama dan gotong royong selalu ditekankan untuk dapat mencapai tujuan bersama. Di lain pihak, nilai-nilai demokrasi, musyawarah untuk mufakat dan sikap menghargai perbedaan pendapat tidak jarang dikorbankan secara tidak proporsional demi menjaga kelestarian nilai-nilai sosial tersebut. Oleh karena itu, resolusi konflik pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara adalah bagaimana mengklasifikasikan jenis konflik dinamis kemudian di-manage, bukan menghindari ataupun menghilangkan konflik karena dari perbedaan pendapat itulah sering timbul kebenaran. Resolusi konflik juga menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang dapat bertahan lama diantara kelompok-kelompok yang bermusuhan Fisher, et al, 2000. Pada hakekatnya terdapat dua pandangan utama dalam memandang konflik, yaitu pandangan tradisional dan interaksional. Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap mengganggu kerjasama untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam konsep pemikiran demikian, konflik selalu mengandung pengertian negatif, jelek dan destruktif. Sebaliknya, dalam pandangan interaksional, konflik justru mendorong terjadinya efektivitas organisasi dalam bentuk perubahan dan pengambilan keputusan yang lebih baik. Tanpa konflik, suatu organisasi akan statis, apatis dan tidak responsif. Namun, agar konflik dapat fungsional maka harus dikendalikan secara cerdas dan profesional, sehingga efektivitas organisasi akan optimal Supadi, 2001. Nilai-nilai sosial yang berlaku selama ini dimana konflik ditempatkan dalam dectructive zone perlu direformasi, konflik yang nyata-nyata bersifat destruktif harus segera dicarikan solusinya. Sebaliknya, konflik yang bersifat positif harus di-manage secara tepat agar aspek organisasi ini dapat menstimulasi peningkatan performance dan dinamika organisasi melalui proses sustainable reparadigming. Ketidakmampuan ataupun kegagalan menerapkan resolusi konflik akan bermuara pada kehidupan organisasi yang apatis, stagnan dan disfungsional. Diperlukan kemampuan mengimplementasikan resolusi konflik secara cerdas dan berdasarkan visi, misi dan pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara strategi praktis yang design-nya sanggup menyulap konflik sebagai “mesin” dinamika organisasi. Sehingga, format organisasi tersebut akan selalu match dengan lingkungan strategisnya Supadi, 2001. Dharmawan 2007, menegaskan bahwa secara umum resolusi konflik seharusnya dimulai dengan pengetahuan yang mencukupi tentang peta atau profil konflik sosial yang terjadi di suatu kawasan. Berbekal peta tersebut, segala kemungkinan dan peluang resolusi konflik diperhitungkan dengan cermat, sehingga setiap manfaat dan kerugiannya dapat dikalkulasikan dengan baik. Seringkali dijumpai banyak kasus bahwa sebuah pilihan penyelesaian atau tindakan rasional untuk menangani konflik sosial, tidak mampu menghapuskan akar persoalan konflik secara tuntas dan menyeluruh. Pada kasus yang demikian maka resolusi konflik sepantasnya dikelola conflict management pada derajat dan suasana yang sedemikian rupa sehingga ledakan berupa “clash social” yang berdampak sangat destruktif dapat dihindarkan. Menurut Lamuru 2007, upaya resolusi konflik adalah: 1. Melakukan upaya-upaya penyelesaian konflik tanpa kekerasan. 2. Fasilitasi pemberdayaan kelompok lokal atau masyarakat terkena dampak. 3. Mediasi lobbing dan negosiasi para pihak yang berkepentingan. 4. Informasi dan komunikasi inamisasi penerapan upaya penyelesaian konflik. 5. Mendorong upaya-upaya untuk kolaborasi penyelesaian konflik bersama pemerintah. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara Sejalan dengan itu, menyelesaikan sebuah konflik, terlebih dahulu harus memahami apa sebenarnya konflik itu. Menurut Zein 2007, ada tiga tahap dalam memahami konflik, yaitu: 1. Jangan selalu dilihat sebagai ancaman kekerasan, tetapi lebih luas sebagai ekspresi dari perubahan sosial yang terjadi. Misalnya perubahan teknologi, komersialisasi milik publik, privatisasi, konsumerisme, kebijakan pemerintah pada sumber daya alam, tekanan-tekanan kepada buruh atau masyarakat dan sebagainya. 2. Konflik akan selalu dihadapi dan tidak dapat dihindari atau ditekan dalam dinamika kehidupan. 3. Konflik harus dapat diterima, dikelola dan ditransformasikan menjadi perubahan sosial yang positif. Tujuan dari resolusi konflik lingkungan, yaitu: 1. Untuk mencegah konflik berkembang tidak terkendali. 2. Untuk mencegah konflik laten muncul kembali. 3. Mencari kemungkinan mentransformasi konflik menjadi kekuatan perubahan sosial yang positif. Chaidir 2001, menyatakan ada tiga metode penyelesaian konflik yang lazim dipergunakan yaitu metode dominasi atau penekanan, metode kompromi dan metode pemecahan masalah interaktif. Metode dominasi tidak mengharamkan aturan mayoritas melalui pemungutan suara atau voting. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara Metode kompromi adalah penyelesaian konflik melalui pencarian jalan tengah yang dapat diterima kedua belah pihak dan menerima tawaran kompensasi dalam banyak kasus, metode ini seringkali dimanfaatkan oleh para calo reformasi yakni kelompok yang pintar menangguk di air keruh. Berbeda dengan dua metode sebelumnya, penyelesaian konflik melalui pemecahan masalah secara interaktif maka konflik antarkelompok diubah menjadi masalah bersama yang dapat diselesaikan melalui teknik-teknik pemecahan masalah. Apa pun teori dan teknik penyelesaiannya, hal yang diperlukan adalah kejujuran dan keikhlasan semua pihak.

2.4. Beberapa Kasus Konflik Lingkungan

Dalam banyak kasus penyelesaian konflik lingkungan, seringkali bermuara pada kesepakatan bersifat rekomendasi yang harus ditindaklanjuti. Beberapa kasus konflik lingkungan adalah: a. Konflik Lingkungan antara Masyarakat Tangerang dengan Pabrik Tekstil Sumber konflik adalah limbah cair yang keluar dari saluran pembuangan dan mencemari Kali Sabi, secara sederhana upaya penyelesaian melalui perundingan, para pihak pun bersedia berunding dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang sebagai mediator. Dua pelajaran yang dapat dipetik dari kasus ini adalah: Pertama, kunci penyelesaian terletak pada respon yang cepat dari instansi pengelola lingkungan hidup dan itikad baik dari pihak industri. Kedua, posisi Dinas Lingkungan Hidup dalam kasus ini sangat dilematis, karena timbulnya pencemaran limbah cair juga pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara disebabkan oleh kelalaian melaksanakan pengawasan pada kegiatan industri. Oleh karena itu, pengaduan masyarakat diharapkan menjadi umpan balik bagi instansi yang bersangkutan. b. Konflik Tempat Pembuangan Akhir TPA Bantargebang Konflik TPA akan menjadi fenomena menonjol terutama di kota-kota besar, seiring meningkatnya volume sampah dan manajemen pengelolaan sampah. Konflik ini muncul karena Pemerintah Kota Pemko pada umumnya mengelola sampah tidak berdasarkan prinsip sanitary landfill, sebatas melakukan pengangkutan dan pembuangan open dumping. Selain menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan di sekitarnya, TPA Bantargebang seluas 108 ha tersebut tidak sesuai dengan ketentuan izin lokasi seperti yang ditegaskan dalam Keputusan Gubernur Jawa Barat dan pengangkutan sampah juga menimbulkan gangguan bagi masyarakat yang wilayahnya dilalui armada angkutan sampah. Masyarakat Kota Bekasi menuntut kepedulian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap pencemaran di Bantargebang. Jika upaya penyelesaian hanya berupa ganti rugi, dikhawatirkan akan timbul tuntutan kambuhan. c. Konflik Lingkungan Masyarakat Dukuh Tapak dengan Pihak Industri Konflik lingkungan ini berawal dari pembuangan limbah cair beberapa perusahaan di wilayah industri Tugu Kota Semarang ke Kali Tapak. Kasus ini menarik perhatian dan diliput secara luas berbagai media massa karena masyarakat Dukuh Tapak dengan LSM Lembaga Swadaya Masyarakat pendamping mengadukan kasus pencemaran ke LBH Lembaga Bantuan Hukum, kemudian pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara pihak LBH melanjutkan kasus pencemaran ini ke Menteri Perindustrian dan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Upaya perundingan dan butir-butir kesepakatan cukup optimal, namun dari pemantauan berbagai pihak ditemukan adanya beberapa kesepakatan yang tidak ditindaklanjuti oleh pihak industri. Beberapa catatan hasil pemantauan menyebutkan bahwa dari 14 empat belas butir kesepakatan, pihak industri hanya menindaklanjuti pemberian ganti rugi, pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat. Penyelesaian ketiga kasus konflik lingkungan yang disebutkan di atas, hanya sebatas perundingan atau musyawarah yang menghasilkan beberapa butir kesepakatan tetapi tindak lanjut kesepakatan tidak sepenuhnya dilaksanakan. Oleh karena itu, langkah perundingan sebagai upaya penanganan konflik lingkungan perlu didukung oleh unsur eksternal berupa “tekanan” yang merupakan bentuk “power” untuk mengawasi pelaksanaan kesepakatan itu sendiri. pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditetapkan secara purposive di Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan. Kelurahan ini dipilih karena konflik lingkungan PT KIM dengan Masyarakat Tangkahan terjadi pada 12 dua belas lingkungan kelurahan. Selain melakukan aksi penutupan saluran pembuangan limbah PT KIM, pada tanggal 21 Desember 2006 Masyarakat Tangkahan kembali melakukan aksi unjuk rasa ke DPRD Tk I Sumatera Utara menuntut pertanggungjawaban PT KIM.

3.1.2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini selama 3 tiga bulan, dapat dilihat pada Tabel 3.1: Tabel 3.1. Jadwal Penelitian No. Kegiatan Bulan Jul Agt Sep Okt Nop Des 1. PersiapanKolokium   2. Pengumpulan Data    3. Penulisan Tesis    4. Seminar Hasil   5. Ujian Tesis   pdf M a chine - is a pdf w r it e r t h a t pr odu ce s qu a lit y PD F file s w it h e a se Ge t you r s n ow “ Thank you very m uch I can use Acrobat Dist iller or t he Acrobat PDFWrit er bu t I consider your pr oduct a lot easier t o use and m uch pr efer able t o Adobes A.Sar r as - USA Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Keberadaan Kawasan Industri Medan (Kim) Belawan Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Kim Belawan

31 145 75

Pemetaan Hujan Asam oleh Kegiatan Industri di Kecamatan Medan Deli, Kotamadya Medan, Kawasan Industri Medan (KIM)

3 90 41

Relokasi Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar Tradisonal Yuka Kelurahan Tangkahan Kecamatan Medan Labuhan)

9 161 106

PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CSR) PT KIM (PERSERO) TERHADAP MASYARAKAT KELURAHAN TANGKAHAN KECAMATAN MEDAN LABUHAN.

0 4 24

Pengaruh Implementasi Corporate Social Resposibility PT. Kawasan Industri Medan (Persero) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Pada Kelurahan Tangkahan, Medan Labuhan)

0 0 12

Pengaruh Implementasi Corporate Social Resposibility PT. Kawasan Industri Medan (Persero) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Pada Kelurahan Tangkahan, Medan Labuhan)

0 0 2

Pengaruh Implementasi Corporate Social Resposibility PT. Kawasan Industri Medan (Persero) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Pada Kelurahan Tangkahan, Medan Labuhan)

0 0 5

Pengaruh Implementasi Corporate Social Resposibility PT. Kawasan Industri Medan (Persero) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Pada Kelurahan Tangkahan, Medan Labuhan)

0 0 20

Pengaruh Implementasi Corporate Social Resposibility PT. Kawasan Industri Medan (Persero) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Pada Kelurahan Tangkahan, Medan Labuhan) Chapter III V

0 0 50

Pengaruh Implementasi Corporate Social Resposibility PT. Kawasan Industri Medan (Persero) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Pada Kelurahan Tangkahan, Medan Labuhan)

0 0 17