Klasifikasi Kontraktor Membran Kontaktor

81 entry pressure of water. Faktor lain yang harus diketahui adalah IPA Porositas, ukuran pori maksimum, distribusi ukuran pori, morfologi pori, stabilitas terhadap temperatur dan ketahanan terhadap zat kimia.

3.1.8.4 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Fluks

Fluks didefinisikan sebagai jumlah permeat dihasilkan per satuan waktu per satuan luas permukaan membran kgm 2 jam. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fluks antara lain konsentrasi solute dalam larutan umpan, beda temperatur umpan dan temperatur sweeping gas, kecepatan larutan umpan dan kecepatan sweeping gas dan porositas. Pengaruh faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Konsentrasi solute. Kenaikan konsentrasi solute menyebabkan konsentrasi dan

aktivitas solvent serta koefisien perpindahan panas pada lapisan film makin kecil. Sehingga polarisasi temperatur makin besar dan temperatur pada permukaan membran semakin kecil. Sebagai akibat dari faktor-faktor tersebut diatas ialah penurunan tekanan uap air pada permukaan membran sehingga gaya dorong perpindahan menurun dan fluks juga makin kecil.

b. Temperatur. Berdasarkan persamaan empiri, kenaikan temperatur akan diikuti

oleh kenaikan fluks secara eksponensial.

c. Kecepatan larutan umpan. Turbulensi aliran, sebagai fungsi kecepatan aliran,

mempengaruhi koefisien perpindahan panas pada lapisan film. Makin besar tingkat turbulensi, koefisien perpindahan makin besar dan polarisasi temperatur pada permukaan membran makin kecil. Sebagai akibatnya fluks akan naik.

d. Kecepatan sweeping gas.

Kenaikan laju alir sweeping gas akan menaikkan gaya dorong perpindahan massa melalui membran, dengan memperkecil tekanan parsial pada permukaan membran pada sisi permeat. Dengan demikian fluks semakin meningkat dan pada suatu harga tertentu fluks tidak naik lagi atau mencapai maksimal.

3.1.9 Membran Kontaktor

Secara umum proses absorpsi dilakukan menggunakan kontaktor gas-cair. Perpindahan massa kontaktor gas-cair diperoleh dengan kontak langsung dan dispersi satu fasa ke fasa yang lainnya.

3.1.9.1 Klasifikasi Kontraktor

82 Kontaktor industri diklasifikasikan ke dalam tiga kategori tergantung pada fasa terdispersinya. a. Kontaktor dimana cairan mengalir sebagai film tipis contoh: packed column, disc contactors, dll. b. Kontaktor dimana gas didispersikan ke dalam fasa cairan contoh: plate column, bubble column, mechanically agitated contactors, dll. c. Kontaktor dimana cairan didispersikan ke dalam fasa gas contoh: spray column, venturi scrubbers, dll. Kontaktor konvensional ini memiliki beberapa kekurangan, antara lain: konsumsi energi yang besar, susah dioperasikan karena seringnya muncul masalah seperti flooding, foaming, channeling, dan entrainment. Keterbatasan teknologi ini menyebabkan proses menjadi kurang efisien dan biaya yang mahal. 3.1.9.2Membran Kontraktor Hollow Fiber Gambar 3.32 Membran Hollow Fiber Teknologi alternatif yang tepat untuk menggantikan proses kontaktor konvensional adalah membran kontaktor hollow fiber. Beberapa keuntungan membran kontaktor dibandingkan dengan kontaktor konvensional, antara lain: a. Kontak bersifat non-dispersif sehingga tidak mungkin terjadi flooding dan entrainment b. Laju alir gas dan cairan lebih rendah dari kontaktor konvensional dan dapat bervariasi secara bebas c. Luas permukaan kontak yang sangat besar, yaitu 500-1500 m2m3. Luas ini jauh lebih besar dari pada luas permukaan kontaktor konvensional yaitu 100-250 m2m3 83 d. Hold up pelarutnya rendah, sangat atraktif untuk pelarut yang mahal e. Scale-up dapat dilakukan dengan mudah f. Keuntungan yang diberikan oleh membran kontaktor menyebabkan ukuran kontaktor menjadi jauh lebih kecil daripada kontaktor konvesional. Gambar 3.33 Membran Kontraktor Hollow Fiber Pada membran kontaktor, absorben mengalir didalam tube sedangkan aliran gas akan mengalir di bagian shell atau bisa juga sebaliknya. Jenis membran yang digunakan bisa berupa membran porous maupun membran non-porous. Pada membran non-porous, membran berfungsi sebagai batas antara fasa gas dan fasa liquid. Sedangkan pada membran porous, terjadi proses selektif dan perpindahan partikel yang terkontrol dari fasa gas ke fasa cairan. Akan tetapi, membran porous menyebabkan transfer perpindahan massa dari gas ke cairan menjadi kecil akibat tahanan dari membran. Sehingga,membran porous lebih disukai pada aplikasi membran kontaktor. Seperti yang dijelaskan di atas, pada membran kontaktor terjadi kontak non-dispersif, yang artinya tidak terjadi kontak secara langsung antara absorben dan gas. Permukaan interface fluidafluida terbentuk pada mulut pori membran, dan perpindahan massa akan terjadi melalui difusi pada permukaan fluida di dalam pori membran. Berbeda dengan jenis membran reverse osmosis ataupun nanofiltrasi yang menggunakan tekanan sebagai gaya dorong karena pada membran kontaktor gaya dorong yang digunakan adalah perbedaan konsentrasi.

3.1.9.3 Perpindahan Massa dan Modelling pada Membran Kontaktor GasCair