BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan berbagai pengertian yang dikaji oleh peneliti dalam kajian pustaka.Menyajikan penelitian relevan dengan penelitian ini yang
terdahulu, dan menjelaskan kerangka berpikir dalam penelitian ini. Selanjutnya dijelaskan hipotesis tindakan yang dicapai oleh peneliti.
A. Kajian Pustaka
Pada kajian pustaka, peneliti memasukkan beberapa teori yang mendukung penelitian ini. Diantaranya gambaran proses pembelajaran pada pendidikan
formal, prestasi belajar, pembelajaran matematika, Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI, dan kerjasama. Teori-teori tersebut
dijelaskan dibawah ini.
1. Proses Pembelajaran pada Pendidikan Formal
a. Proses Pendidikan
Buckhori dalam Trianto 2009: 4 mengatakan pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para
siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan
sehari-hari. Komisi tentang Pendidikan Abad ke-21 Comission on Education for the “21” Century Trianto, 2009: 4, merekomendasikan
empat strategi dalam menyukseskan pendidikan antara lain 1 learning to learn: memuat bagaimana pelajar mampu menggali
10
informasi yang ada di sekitarnya dari sumber-sumber informasi yang ada, 2 learning to be: diharapkan pelajar mampu untuk menggali
dirinya sendiri, serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya 3 learning to do: berupa tindakan atau aksi, untuk memunculkan ide
yang berkaitan dengan sainstek pendidikan dan 4 learning to be together: memuat bagaimana kita hidup dalam masyarakat yang saling
bergantung antara yang satu dengan yang lain, sehingga mampu untuk menghargai orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, proses pendidikan pada pendidikan formalsebaiknya diatur dengan lebih mengedepankan siswa sebagai
subjek dari pendidikan, sehingga pengetahuan yang didapat langsung bisa diperaktekkan oleh siswa itu sendiri. Dengan menjadikan siswa
sebagai subjek dari pendidikan, diharapkan siswa mampu beradaptasi dengan lingkungannyademi memunculkan ide yang berkaitan dengan
sainstek pendidikan yang berguna dalam kehidupannya di masyarakat.
b. Pendidikan di Indonesia
Hanggono dalamwebe 2010: 11 menyebutkan jika sistem pendidikan di negri ini secara sadar atau tidak telah membuat
deskriminasi terhadap orang-orang yang dilahirkan sebagai orang yang tidak beruntung, dimanamayoritas sekolah di Indonesia memungut
biaya.Meskipun baru be berapa tahun belakangan ini ada “BOS” yang
membebaskan siswa dari biaya sekolah, namun sekolah-sekolah
„Favorit” tetap memungut biaya untuk para siswanya Hanggono dalam webe, 2010: 11. Hal tersebut membuat orang yang mempunyai
kecerdasan akan tetapi terlahir sebagai orang yang kurang beruntung secara finansial menjadi sulit untuk masuk pada sekolah “Favorit”
sehingga mereka hanya dapat menempuh pendidikan pada sekolah- sekolah yang mutu pendidikannya menyesuaikan dengan uang yang
mereka bayarkan. Sistem pendidikan di indonesia juga lebih mengarahkan siswa untuk menjadi produk-produk yang sama dan tidak
menghargai potensi yang ada pada diri siswa tersebut Hanggono
dalam webe, 2010: 12.
Guna menciptakan pendidikan yang ideal bagi indonesia, sekolah semestinya lebih menekankan kepada aspek penanaman pendidikan
akhlak, pengembangan kepribadian, serta potensi yang ada pada diri siswa webe, 2010: 13. Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya
berkutat pada pembelajaran teknis, teoritis serta indoktrinasi saja melainkan juga memberikan kesempatan yang lebih kepada siswa
mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui percobaan- percobaan nyata.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis menyimpulkan jika pendidikan yang baik untuk Indonesia ialah dengan lebih menekankan
kepada aspek pengalaman yang diperoleh siswa secara nyata serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan
orang lain guna mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
2.
Prestasi Belajar
Purwanto dalam Habasari 2005:75 menyebut kan “prestasi belajar
adalah hasil-hasil belajar yang telah diberikan guru kepada murid- murid atau dosen kepada mahasiswanya dalam jangka tertentu.”
Sementara Ahmadi dalam Habasari 2005: 75 mengatakan, “Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha belajar untuk
mengadakan perubahaan atau mencapai tujuan”. Dalam proses belajar mengajar, unsur belajar memegang peranan
yang cukup penting, oleh karena itu penting sekali bagi guru untuk memahami proses belajar siswa agar dapat memberikan bimbingan dan
menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswaHabasari 2005: 75. Seseorang yang telah melakukan kegiatan
belajar akanmengalami perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku, baik dalam hal pngetahuan, keterampilan, maupun
emosionalnya. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa
adalah suatu hasil kecakapan yang diperoleh dari proses pembelajaran yang ditandai dengan adanya nilai tambah terhadap penguasaan
pengetahuan atau keterampilan dari keadaan sebelumnya maupun berupa hasil yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran yaitu
berupa proses perubahan guna mencapai tujuan tertentu.
3.
Pembelajaran Matematika
Matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman 2007: 1 adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara
induktif; ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan,
ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi dalam Heruman 2007: 1 yaitu
memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Dalam pembelajaran matematika, setiap konsep
yang abstrak dan baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan agar konsep tersebut dapat bertahan lama dalam memorisiswa
Heruman, 2007: 1. Oleh karena itu, pembelajaran matematika tidak hanya sekedar
hafalan namun diperlukan pambelajaran melalui perbuatan dan pengertian. Pada pembelajaran matematika, harus terdapat keterkaitan
antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
diperlukannya, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai pembimbing.
4.
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI a.
Mengenal PMRI Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI
merupakan adaptasi dari Realistic Mathematics Education RME yang telah lama dikembangkan di Belanda. Meskipun PMRI
mengadaptasi RME, namun di Indonesia dikembangkan dengan konteks dan budaya Indonesia Marpaung, 2008: 5. RME
dikembangkan berdasarkan pandangan Freudenthal yang memandang matematika sebagai suatu bentuk aktivitas manusia tidak menempatkan
matematika sebagai suatu produk jadi, melainkan sebagai suatu bentuk aktivitas atau proses Wijaya, 2012: 20. Oleh karena itu, matematika
sebaiknya tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk jadi yang siap pakai, melainkan sebagai suatu bentuk kegiatan dalam
mengkonstruksi konsep matematika Wijaya, 2012: 20. Freudenthal dalamWijaya 2012: 20 menyatakan bahwa,
“Matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia” mengilhami lahirnya pendidikan matematika realistik PMR yang dikenal seperti
dewasa ini .PMR merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika di belanda. Kata “realistik” sering disalah artikan sebagai
“real-world”, yaitu dunia nyata. Padahal, kata realistik diambil dari bahasa belanda
“zich realiseren” yang berarti “untuk dibayangkan” atau
“to imagine” Panhuizen dalam Wijaya: 2012: 20. Karena itu, penggunaan kata “realistik”tidak sekedar menunjukkan adanya suatu
koneksi dengan dunia nyata, tetapi lebih mengacu pada fokus PMR dalam mengempatkan penekanan penggunaan situasi yang bisa
dibayangkan imagineable oleh siswa.
b. Konsep Matematika dalam PMRI