Meningkatkan prestasi dan kerjasama antar siswa kelas V SDN Nyamplung Sleman pada pelajaran matematika menggunakan pendekatan PMRI.
MENINGKATKAN PRESTASI DAN KERJASAMA ANTAR SISWA
KELAS V SDN NYAMPLUNG SLEMAN PADA PELAJARAN
MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
sss
Disusun Oleh
FEBRIANUS
091134030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
(2)
(3)
(4)
Motto
Hidup hanyalah sebuah petualangan yang tidak akan diketahui dimana
akhirnya…
Janganlah engkau berjalan di depan maupun di belakangku, tetapi
berjalanlah di sampingku, sebab engkau sahabatku
(5)
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur dan bangga, makalah sederhana ini ku persembahkan untuk:
Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan kesehatan dan bimbingannya
kepadaku.
Kedua orang tuaku yang ku sayangi dan ku banggakan: bapak Lenzerheng dan
ibu Satina, terima kasih atas doa, suport, serta pengorbanan yang telah diberikan untuk putramu sehingga bisa menyelesaikan studi dan skripsiini.
Universitas Sanata Dharma tempatku menuntut ilmu.
SDN Nyamplung dan siswa-siswanya yang membantuku menyelesaikan
skripsi ini.
Untuk kedua saudaraku Natalia Meilensa dan Novansius yang selalu
memberikan semangat meskipun harus terpisah jarak dan waktu.
Untuk orang terdekatku Regina yang meluangkan waktu untukku dan
mendukungku untuk menyelesaikanskripsi ini.
Teman-teman mahasiswa ketapang (PBS) yang memberikan semangat
kepadaku.
Teman-teman PGSD kelas C angkatan 2009, Danang, Deka, Dian dan
lain-lain yang menjadi temanku selama aku menuntut ilmu.
Teman-teman payung skripsi yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi
ini.
(6)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,17 Juli 2013 Penulis
Febrianus
(7)
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Febrianus
Nomor mahasiswa : 091134030
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan UniversitasSanata Dharma karyailmiah saya yang berjudul:
“MENINGKATKAN PRESTASI DAN KERJASAMA ANTAR SISWA
KELAS V SDN NYAMPLUNG SLEMAN PADA PELAJARAN
MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI”
Dengan demikian, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikanroyalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta, Padatanggal: 5 Juli 2013 Yang menyatakan
Febrianus
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat karunia dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul: “Meningkatkan Prestasi dan Kerjasama Antar Siswa Kelas V
SDN Nyamplung Sleman Pada Pelajaran Matematika Pendekatan PMRI”.
Serta tidak lupa penulis mengucapkan beribu-ribu terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik yang membantu secara langsung maupun secara tidak langsung. Karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D, selakuDekan FKIP USD yang telah bersedia untuk
mengesahkan skripsi ini.
2. G. Ari Nugrahanta, SJ.,S.S.,BST.,M.A., selakuKaprodi PGSD USD yang telah
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., selaku dosen pembimbing pertama yang telah
meluangkan waktu untuk mendampingi, memberikan saran dan masukan serta memberikan motivasi kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat selesai
4. Andri Anugrahana, S.Pd.,M.Pd.,selakudosen pembimbing kedua yang telah
memberikan waktu, dukungan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. E. Catur Rismiati, S.Pd.,M.A.,Ed.D., selakudosen penguji ketiga yang telah
memberikan saran perbaikan, sehingga peneliti dapat memperbaiki hasil skripsi ini.
(9)
6. Bapak dan Ibu dosen PGSD USD yang telah membekali penulis dengan berbagai macam pengetahuan yang dapat membantu penulis berkembang, baik secara pribadi maupun secara intelektual.
7. Bapak Budiharjo,S.Pd.I., selaku Kepala sekolahdasar Negri Nyamplung yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SDN Nyamplung, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
8. Bapak A.Pranoto, guru kelas V SDN Nyamplung serta seluruh guru di SDN
Nyamplung serta siswa kelas V khususnya dan seluruh siswa di SDN Nyamplung pada umumnya,yang sangat membantu penulis dalam melakukan penelitian.
9. Orang tua dan kedua saudaraku: Bapak Lenzerheng, Ibu Satina, Meilensa,
Novansius, yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis guna menyelesaikan skripsi ini.
10.Regina, Theresia Anik, Belo, Dami, Farid, Handoko, Danang, Aji, Tere, Dian,
Deka, Serta seluruh teman kelas C angkatan 2009 yang selalu membantuku. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat memberikan manfaat bagi penulis dan demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi orang-orang yang membacanya.
Yogyakarta, 5 Juli 2013 Penulis,
Febrianus
(10)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR DIAGRAM ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
ABSTRAK ... xvi
ABSTRACT ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Lata Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasann Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Batasan Pengertian ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
A. KAJIAN PUSTAKA ... 10
1. Proses Pembelajaran pada Pendidikan Formal ... 10
2. Prestasi Belajar ... 13
3. Pembelajaran Matematika ... 14
4. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) .... 15
5. Kerjasama ... 22
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25
1. Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan PMRI dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Peserta Didik Kelas V SD Kanisius Kalasan Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 25
2. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Kelas II SD 3 Bantul ... 26
C. Kerangka Berpikir ... 27
D. Hipotesis Tindakan ... 28
(11)
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A. Jenis Penelitian ... 29
B. Setting Penelitian ... 29
1. Tempat Penelitian ... 29
2. Subyek ... 30
3. Obyek Penelitian... 30
4. Waktu Penelitian ... 30
C. Rencana Penelitian ... 31
D. Indikator Keberhasilan, Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 40
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 48
F. Teknik Analisis Data ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Deskripsi Penelitian ... 59
1. Siklus I ... 59
2. Siklus II... 79
B. Hasil Penelitian ... 93
1. Siklus I ... 93
2. Siklus II... 99
C. Pembahasan ... 106
1. Penerapan Pendekatan PMRI dapat Meningkatkan Prestasi Belajar ... 107
2. Penerapan Pendekatan PMRI dapat Meningkatkan Kerjasama antar Siswa ... 115
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 123
A. Kesimpulan ... 123
B. Saran ... 124
C. Keterbatasan ... 125
DAFTAR REFRENSI ... 127
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 130
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian... 30
Tabel 3.2 : Indikator Keberhasilan Prestasi Belajar ... 40
Tabel 3.3 : Indikator Keberhasilan Peningkatan Kerjasama ... 41
Tabel 3.4 : Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 43
Tabel 3.5 : Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 44
Tabel 3.6 : Rincian Pemberian Skor Siklus I ... 44
Tabel 3.7 : Kisi-kisi kuesioner kerjasama antar siswa ... 45
Tabel 3.8 : Pedoman Penskoring Kuesioner Kerjasama ... 46
Tabel 3.9 : Penilaian Acuan Patokan (PAP) ... 46
Tabel 3.10 : Pedoman Wawancara Siswa ... 47
Tabel 3.11 : Kriteria Klasifikasi Reabilitas Instrument ... 54
Tabel 3.12 : Interval Skor dan Kriteria Kerjasama antar Siswa ... 57
Tabel 4.1 : Hasil Evaluasi Siklus I ... 94
Tabel 4.2 : Tingkat Kerjasama antar Siswa Siklus I ... 96
Tabel 4.3 : Kriteria intepretasi kerjasama antar siswa siklus I ... 97
Tabel 4.4 : Hasil Evaluasi Siklus II ... 100
Tabel 4.5 : Tingkat Kerjasama antar Siswa Siklus II ... 102
Tabel 4.6 : Kriteria Intepretasi Kerjasama antar Siswa Siklus II ... 103
Tabel 4.7 : Perkembangan Prestasi dan Kerjasama Siswa ... 105
Tabel 4.8 : Kondisi Awal, Target Keberhasilan dan Capaian ... 108
Tabel 4.9 : Hasil Kuesioner Kerjasama Siswa Kelas V ... 118
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 : Siklus PTK Model Kemmis dan Taggart ... 76
Gambar 4.1 : Suasana Pembelajaran Hari Pertama Siklus I ... 76
Gambar 4.2 : Suasama Belajar Kelompok Pertemuan KeduaSiklus I ... 77
Gambar 4.3 : Suasana Evaluasi SiklusI ... 77
Gambar 4.4 : Suasana Mengerjakan LKS I Siklus II ... 91
Gambar 4.5 : Suasana Evaluasi Siklus II ... 91
Gambar 4.6 : Siswa Mengerjakan LKS Sendiri-Sendiri ... 109
Gambar 4.7 : Suasana Kelompok “Segitiga” Mengerjakan LKS ... 110
Gambar 4.8 : Suasana Pengerjaan LKS Kelompok “Persegi” ... 113
Gambar 4.9 : Kelompok “Persegi Panjang” Ketika Presentasi ... 116
Gambar 4.10 : Siswa Mengukur Sisi Bangun yang Berbentuk Persegi ... 118
Gambar 4.11 : Kerjasama Kelompok Mengerjakan LKS ... 120
(14)
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 : Capaian prestasi matematika siklus I ... 111 Diagram 4.2 : Peningkatan prestasi belajar matematika siswa ... 114 Diagram 4.3 : Peningkatan Persentase Hubungan Kerjasama
antar siswa ... 121
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin untuk Melakukan Penelitian ... 130
Lampiran 2 : Surat Bukti Telah Melakukan Penelitian ... 131
Lampiran 3 : Validitas Kuesioner ... 132
Lampiran 4 : Hasil Validitas dan Reabilitas Soal Evaluasi Pmbelajaran ... 133
Lampiran 5 : Validitas Perangkat Pembelajaran ... 139
1. Silabus ... 139
2. RPP ... 140
3. LKS ... 141
4. Bahan Ajar ... 141
5. Evaluasi ... 142
Lampiran 6 : Perangkat Pembelajaran yang Digunakan Dalam Penelitian ... 143
1. Silabus ... 143
2. RPP Siklus I ... 152
3. RPP Siklus II ... 187
Lampiran 7 : Nilai Matematika Siswa Pra Penelitian ... 214
Lampiran 8 : Wawancara Siswa Pra Penelitian ... 215
Lampiran 9 : Kuesioner Kerjasama Siswa Pra Penelitian ... 219
Lampiran 10 : Hasil Evaluasi Siswa Siklus I ... 226
Lampiran 11 : Hasil Kuesioner Kerjasama Siswa Siklus I ... 231
Lampiran 12 : Hasil Evaluasi Siklus II ... 237
Lampiran 13 : Hasil Kuesioner Kerjasama Siswa Siklus II ... 242
Lampiran 14 : Foto-foto Penelitian ... 248
(16)
ABSTRAK
Meningkatkan Prestasi dan Kerjasama Antar Siswa Kelas V SDN Nyamplung Sleman Pada Pelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan
PMRI
Febrianus
Universitas Sanata Dharma 091134030
Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuan dari penelitian ini ialah (1) untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SDN Nyamplung menggunakan pendekatan PMRI, dan (2) untuk mengetahui peningkatan kerjasama antar siswa kelas V SDN Nyamplung menggunakan pendekatan PMRI.
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc. Taggart, yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Nyamplung Sleman, tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 14 orang. Pada setiap pelaksanaan siklus, para siswa belajar di dalam kelompok-kelompok yang dipilih langsung oleh siswa pada pertemuan pertama dan menjadi kelompoknya selama penelitian dilakukan. Instrument yang digunakan berupa tes tertulis untuk mengukur prestasi dengan 5 soal uraian di setiap siklusnya dan kuesioner serta wawancara untuk mengukur kerjasama antar siswa kelas V.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan PMRI dapat meningkatkan prestasi dan kerjasama antar siswa kelas V di SDN Nyamplung Sleman. Dimana sebelum penelitian, nilai siswa yang mencapai KKM ialah 57,14% dan meningkat menjadi 78,57% pada siklus II. Serta rata-rata skor kerjasama antar siswa sebelum penelitian 167 (66,8%) menjadi 192 (76,8%) setelah penelitian.
Kata kunci : pembelajaran matematika, prestasi, kerjasama, pendekatan PMRI
(17)
ABSTRACT
Improving Achievement and Cooperation among Grade V Students in Public Elementary School of Nyamplung, Sleman
on Mathematics using PMRI Approach
Febrianus
Universitas Sanata Dharma 091134030
It is a Classroom Action Research. The purposes of this research are (1) to identify the improvement of learning achievementof grade V students in Nyamplung Public Elementary School using PMRI approach, and (2) to identify the improvement of cooperation among grade V students in Nyamplung Public Elementary School using PMRI approach.
Model used in this research is the Classroom Action Reseach Model of Kemmis and Mc.Taggart conducted in two cycles. The subjects of this research were grade V students in Nyamplung Public Elementary School, year of study 2012/2013 amounting to 14 students. On each cycle implementation, students learned in groups directly chose by them in their first meeting, and from then on they belonged to their own chosen group. Instruments used were written tests measuring learning achievement with 5 open questions in each cycle and questionnaires and interviewsmeasuring cooperation among grade V students.
The results showed that the learning achievement and cooperation among grade V students in Nyamplung Public Elementary School, Sleman were increased along with the implementation of PMRI. Before research, students who achieved KKM were 57,14%, and increased to 78,57 in cycle II. The average of cooperation among students increased from 66,8% (before research) to 76,8% (after research).
Keywords: mathematics learning, learning achievement, cooperation, PMRI approach
(18)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara etimologis, matematika berasal dari bahasa latin yaitu manthanein
atau mathemata yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”. Sedangkan
dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde yang berarti ilmu pasti dimana kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Supatmono, 2009: 5). Oleh karena itu, matematika merupakan suatu ilmu pasti yang membutuhkan penalaran dalam pembelajarannya.
Di Indonesia matematika dipelajari secara berkelanjutan oleh siswa di kelas mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga tingkat perguruan tinggi (Suara Merdeka, 2012: 4). Bahkan pelajaran matematika mempunyai porsi jam yang cukup besar dalam pengajarannya di sekolah-sekolah dibandingkan dengan porsi jam pengajaran pada mata pelajaran lainnya (Darmaningtyas, 2004: 84). Sebagai contoh, kurikulum 1994 memberikan porsi pelajaran matematika untuk SD sebanyak 18 jam perminggu, dengan rincian kelas I-III mendapatkan porsi sebanyak 10 jam, untuk kelas IV-VI sebanyak 8 jam dan untuk SMP dan SMA masing-masing sebanyak 6 jam per minggu. Hal tersebut berbanding terbalik dengan mata pelajaran lainnya, seperti pelajaran IPA yang mendapatkan porsi waktu pengajarannya di sekolah sebanyak 9 jam perminggu dan baru mulai diajarkan mulai dari kelas 3 SD (Darmaningtyas, 2004: 84).
(19)
Namun, “Apakah dengan memberikan porsi jam yang lebih banyak pada mata pelajaran matematika akan membuat mutu pendidikan matematika di indonesia menjadi tinggi?” tentu saja porsi belajar matematika yang banyak tersebut tidak menjamin tingginya mutu pendidikan matematika di Indonesia. Berdasarkan data UNESCO yang di peroleh dari Suara Merdeka pada tahun 2012, mutu pendidikan matematika Indonesia tercatat berada pada urutan ke 34 dari 38 negara yang diamati. Rendahnya mutu pendidikan Indonesia berimbas pula terhadap prestasi matematika siswa Indonesia. Dari hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center for Education in Statistics, 2003) prestasi matematika siswa indonesia tercatat berada pada peringkat 39 dari 41 negara yang di survei, bahkan Indonesia berada dibawah negara Thailand dan Uruguai (Suara Merdeka, 2012: 5). Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survey tersebut dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan matematika di Indonesia masih rendah, sehingga berpengaruh terhadap prestasi matematika siswa Indonesia menjadi rendah dibandingkan dengan negara lainnya.
Rendahnya prestasi belajar matematika di Indonesia dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya seperti yang disebutkan oleh Supatmono (2009: 1-3) yaitu:
1. Faktor budaya, dimana budaya masyarakat kita masih ada yang kurang
senang dengan budaya bekerja keras, sehingga orang yang menganut budaya tersebut cendrung merasa malas untuk belajar matematika yang memerlukan daya nalar dan daya pikir yang besar.
(20)
2. Faktor sistem pendidikan, sistem pendidikan kita cendrung menentukan segala sesuatunya dari “atas”. Dimana guru adalah sumber informasi utama, sedangkan siswa dipandang sebagai bejana kosong yang akan diisi dengan berbagai macam pengetahuan. Hal ini menjadikan siswa sebagai objek belajar yang harus menuruti aturan yang telah ditentukan oleh guru atau sekolah.
3. Faktor sistem penilaian, sistem penilaian di sekolah kita cendrung hanya
menilai hasil pekerjaan siswa dan bukan menilai proses pekerjaan siswa. Akibatnya siswa yang sudah berusaha keras pun jika hasilnya salah, maka akan memperoleh nilai yang jelek dalam pelajaran matematika.
4. Faktor sifat bidang studi, mata pelajaran tertentu seperti matematika yang
dianggap sulit oleh siswa membuat siswa kesulitan untuk ikut berpartisipasi pada pembelajaran karena tidak menguasai materi pelajarannya.
5. Faktor guru, guru yang mempunyai watak “gampang marah” membuat
siswa menjadi enggan dan takut untuk berpartisipasi dalam pembelajaran di kelas.
Sedangkan Soviawati (2011: 30) dalam penelitiannya menyebutkan rendahnya pretasi matematika dipengaruhi oleh siswa dalam belajar matematika yang belum bermakna (berupa hafalan rumus-rumus dan belum mengetahui pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari), sehingga pengertian siswa tentang konsep matematika sangat lemah.Karena itu, dalam pembelajaran matematika siswa perlu mempunyai konsep dasar matematika
(21)
yang kuat.Pengenalan konsep matematika bisa dilakukan berdasarkan pengalaman sehari-hari yang dialami oleh siswa.Pengenalan konsep matematika yang kurang kuat membuat siswa tidak mempunyai dasar matematika yang kuat pula, keadaan tersebut terjadi pada siswa kelas V di SDN Nyamplung sehingga mempengaruhi prestasi siswa dalam belajar matematika.
Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas V (Pranoto, 10 September 2012) diketahui bahwa siswa kelas V mengalami kesulitan pada mata pelajaran matematika khususnya pada pokok bahasan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai permasalahan yang dialami oleh siswa kelas V, maka peneliti melakukan pengamatan pada proses pembelajaran di kelas serta pengamatan terhadap nilai ulangan harian siswa. Dari pengamatan tersebut, tampak bahwa pembelajaran di kelas bersifat teacher centered yang di isi dengan ceramah-ceramah oleh guru, serta terjadi persaingan diantara para siswa dalam belajar. Sehingga antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidak melakukan hubungan kerjasama yang baik dalam pembelajaran, dimana siswa menganggap teman yang ada di kelasnya sebagai saingannya dalam belajar dan bukan mitra belajarnya. Data kuesioner menunjukkan persentase kerjasama diantara siswa kelas V ialah 66, 8% dari 14 siswa dan berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap siswa kelas V, belum terjadi kerjasama yang baik diantara para siswa dalam belajar di kelas. Kurangnya kerjasama yang baik dalam belajar diantara para siswa menyebabkan terjadi ketimpangan
(22)
terhadap prestasi siswa di kelas, dimana nilai siswa yang mencapai KKM (60) baru mencapai 57, 14% dari 14 orang siswa kelas V.
Guna memperkuat dugaan peneliti, pada tanggal 16 Januari 2013, peneliti melakukan wawancara siswa kelas V yang melibatkan 14 orang siswa. Dari hasil wawancara diketahui bahwa ada 6 siswa (42%) yang tidak menyukai pelajaran matematika, 4 orang (23,5%) menyukai matematika dan 4 orang (23,5%) tidak menjawab pertanyaan. Hasil wawancara juga menunjukkan ada 4 orang (23,5%) menganggap matematika merupakan pelajaran yang susah dan tidak menyenangkan, 4 orang (23,5%) menganggap matematika menyenangkan dan 5 orang (35,7%) menganggap matematika terkadang sukar dan terkadang menyenangkan, serta 2 orang (14,3%) tidak menjawab pertanyaan. Berdasarkan hasil wawancara guru, wawancara siswa dan pengamatan kelas yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan jika kelas V SDN Nyamplung perlu mendapatkan tindakan yang dapat membantu dalam hal peningkatan prestasi dan kerjasama antar siswa pada mata pelajaran matematika.
Sesuai dengan pendapat Soedjadi dalam Soviawati (2011: 29) yang mengatakan dengan mengaitkan pengalaman dari kehidupan yang dialami oleh siswa sehari-hari dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran menjadi bermakna. Oleh karena itu, guna meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V di SDN Nyamplung khususnya pada pelajaran matematika, peneliti menggunakan pendekatan Pendidikan Matematik Ralistik Indonesia (PMRI) yang berlandaskan semangat kerjasama
(23)
antar siswa. Dengan menerapkan pendekatan PMRI berlandaskan semangat kerjasama, diharapkan siswa dapat saling membantu dan menyemangati serta memberikan pengetahuan baru kepada siswa lainnya sehingga siswa tidak lagi memandang siswa di kelas sebagai saingan dalam belajar, namun lebih kepada mitra belajarnya.
Dengan adanya hubungan kerjasama yang baik di kelas, maka diharapkan prestasi nilai siswa kelas V di SDN Nyamplung yang mencapai KKM dapat mencapai minimal 70% seperti yang diharapkan oleh wali kelas V, dan dengan menggunakan pendekatan PMRI diharapkan siswa dapat saling membantu untuk mengatasi kekurangan yang dimilikinya dalam belajar matematika melalui teman yang lebih menguasai pelajaran matematika.Selain itu, pendekatan PMRI dirasa cocok karena merupakan pendekatan matematik yang menggunakan masalah sehari-hari (kontekstual) yang biasa ditemui oleh siswa sehingga dalam penyelesaiannya siswa tidak merasa bingung sebab pelajaran matematika dikaitkan dengan realita kehidupan yang mereka temui.
Berakar dari latar belakang yang disebutkan di atas, maka peneliti
menyusun Penelitian Tindakan Kelas dengan judul, “MENINGKATKAN
PRESTASI DAN KERJASAMA ANTAR SISWA KELAS V SDN
NYAMPLUNG SLEMAN PADA PELAJARAN MATEMATIKA
(24)
B. Pembatasan Masalah
Dengan keterbatasan waktu dan luasnya materi pelajaran matematika, maka padapenelitian ini, peneliti membatasi permasalahan pada peningkatan persentase nilai siswa yang memenuhi KKM sebagai peningkatan terhadap prestasi belajar dan persentase kerjasama antar siswa kelas V SDN Nyamplung pada kompetensi dasar 6.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruangsederhana.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah upaya peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas
V tahun pelajaran 2012/2013 di SDN Nyamplung dengan menggunakan pendekatan PMRI?
2. Bagaimanakah upaya peningkatan kerja samaantar siswa kelas V tahun
pelajaran 2012/2013 di SDN Nyamplung, dengan menggunakan pendekatan PMRI?
(25)
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas V tahun
pelajaran 2012/2013 di SDN Nyamplung dengan menggunakan pendekatan PMRI.
2. Mengetahuipeningkatankerjasama antar siswa kelas V tahun pelajaran
2012/2013 di SDN Nyamplung, dengan menggunakan pendekatan PMRI.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya:
1. Bagi peneliti
Memperoleh pengalaman langsung melaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI sehingga akan menjadi bekal ketika kelak menjadi guru maupun sebagai orang tua bagi anak-anaknya.
2. Bagi sekolah
Meningkatkan mutu pendidikan dengan menerpkan inovasi dalam proses pembelajaran matematika di kelas, serta menambah sumber bacaan di perpustakaan sekolah sehingga mampu memberikan masukan yang positif kepada guru guna menerapkan pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika di kelas.
(26)
3. Bagi Guru
Sebagai bahan informasi tentang pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan presasi maupun kerjasama antar siswa dalampembelajarandi kelas.
4. Bagi siswa
Mengingkatkan prestasi dan kerjasama antar siswa pada mata pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI, serta memperoleh pengalaman baru dalam dengan pendekatan pembelajaran yang berbeda.
F. Batasan Pengertian
Agar terhindar dari kesalah pahaman dan penafsiran yang keliru, maka dalam penelitian ini diberikan batasan-batasan pengertian sebagai berikut:
1. Peningkatan: Suatu proses perubahan menuju arah yang lebih baik sebagai
efek dari belajar.
2. Prestasi Belajar: Hasil yang dicapai dalam suatu usaha (belajar) untuk
mengadakan perubahaan atau mencapai tujuan.
3. Pendekatan PMRI: Pendekatan matematika yang menggunakan masalah
kontekstual matematika yang dipandang sebagai kegiatan sehari-hari manusia.
4. Kerjasama: yaitu pekerjaan yang dikerjakan secara bersama-sama oleh dua
orang atau lebih dengan tujuan agar pekerjaan tersebut menjadi lebih ringan.
(27)
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan berbagai pengertian yang dikaji oleh peneliti dalam kajian pustaka.Menyajikan penelitian relevan dengan penelitian ini yang terdahulu, dan menjelaskan kerangka berpikir dalam penelitian ini. Selanjutnya dijelaskan hipotesis tindakan yang dicapai oleh peneliti.
A. Kajian Pustaka
Pada kajian pustaka, peneliti memasukkan beberapa teori yang mendukung penelitian ini. Diantaranya gambaran proses pembelajaran pada pendidikan formal, prestasi belajar, pembelajaran matematika, Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), dan kerjasama. Teori-teori tersebut dijelaskan dibawah ini.
1.Proses Pembelajaran pada Pendidikan Formal
a. Proses Pendidikan
Buckhori dalam Trianto (2009: 4) mengatakan pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Komisi tentang Pendidikan Abad ke-21 (Comission on Education for the “21” Century) (Trianto, 2009: 4), merekomendasikan empat strategi dalam menyukseskan pendidikan antara lain (1) learning to learn: memuat bagaimana pelajar mampu menggali
(28)
informasi yang ada di sekitarnya dari sumber-sumber informasi yang ada, (2) learning to be: diharapkan pelajar mampu untuk menggali dirinya sendiri, serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya (3) learning to do: berupa tindakan atau aksi, untuk memunculkan ide yang berkaitan dengan sainstek pendidikan dan (4) learning to be together: memuat bagaimana kita hidup dalam masyarakat yang saling bergantung antara yang satu dengan yang lain, sehingga mampu untuk menghargai orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, proses pendidikan pada pendidikan formalsebaiknya diatur dengan lebih mengedepankan siswa sebagai subjek dari pendidikan, sehingga pengetahuan yang didapat langsung bisa diperaktekkan oleh siswa itu sendiri. Dengan menjadikan siswa sebagai subjek dari pendidikan, diharapkan siswa mampu beradaptasi dengan lingkungannyademi memunculkan ide yang berkaitan dengan sainstek pendidikan yang berguna dalam kehidupannya di masyarakat.
b. Pendidikan di Indonesia
Hanggono dalamwebe (2010: 11) menyebutkan jika sistem pendidikan di negri ini secara sadar atau tidak telah membuat deskriminasi terhadap orang-orang yang dilahirkan sebagai orang yang tidak beruntung, dimanamayoritas sekolah di Indonesia memungut
biaya.Meskipun baru beberapa tahun belakangan ini ada “BOS” yang
(29)
„Favorit” tetap memungut biaya untuk para siswanya (Hanggono dalam webe, 2010: 11). Hal tersebut membuat orang yang mempunyai kecerdasan akan tetapi terlahir sebagai orang yang kurang beruntung secara finansial menjadi sulit untuk masuk pada sekolah “Favorit” sehingga mereka hanya dapat menempuh pendidikan pada sekolah-sekolah yang mutu pendidikannya menyesuaikan dengan uang yang mereka bayarkan. Sistem pendidikan di indonesia juga lebih mengarahkan siswa untuk menjadi produk-produk yang sama dan tidak menghargai potensi yang ada pada diri siswa tersebut (Hanggono dalam webe, 2010: 12).
Guna menciptakan pendidikan yang ideal bagi indonesia, sekolah semestinya lebih menekankan kepada aspek penanaman pendidikan akhlak, pengembangan kepribadian, serta potensi yang ada pada diri siswa (webe, 2010: 13). Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya berkutat pada pembelajaran teknis, teoritis serta indoktrinasi saja melainkan juga memberikan kesempatan yang lebih kepada siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui percobaan-percobaan nyata.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis menyimpulkan jika pendidikan yang baik untuk Indonesia ialah dengan lebih menekankan kepada aspek pengalaman yang diperoleh siswa secara nyata serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan orang lain guna mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
(30)
2.Prestasi Belajar
Purwanto dalam Habasari (2005:75) menyebutkan “prestasi belajar
adalah hasil-hasil belajar yang telah diberikan guru kepada murid-murid atau dosen kepada mahasiswanya dalam jangka tertentu.” Sementara Ahmadi dalam Habasari (2005: 75) mengatakan, “Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha (belajar) untuk mengadakan perubahaan atau mencapai tujuan”.
Dalam proses belajar mengajar, unsur belajar memegang peranan yang cukup penting, oleh karena itu penting sekali bagi guru untuk memahami proses belajar siswa agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswaHabasari (2005: 75). Seseorang yang telah melakukan kegiatan belajar akanmengalami perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku, baik dalam hal pngetahuan, keterampilan, maupun emosionalnya.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa adalah suatu hasil kecakapan yang diperoleh dari proses pembelajaran yang ditandai dengan adanya nilai tambah terhadap penguasaan pengetahuan atau keterampilan dari keadaan sebelumnya maupun berupa hasil yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran yaitu berupa proses perubahan guna mencapai tujuan tertentu.
(31)
3.Pembelajaran Matematika
Matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007: 1) adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi dalam Heruman (2007: 1) yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Dalam pembelajaran matematika, setiap konsep yang abstrak dan baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan agar konsep tersebut dapat bertahan lama dalam memorisiswa (Heruman, 2007: 1).
Oleh karena itu, pembelajaran matematika tidak hanya sekedar hafalan namun diperlukan pambelajaran melalui perbuatan dan pengertian. Pada pembelajaran matematika, harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai pembimbing.
(32)
4. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) a. Mengenal PMRI
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan adaptasi dari Realistic Mathematics Education (RME) yang telah lama dikembangkan di Belanda. Meskipun PMRI mengadaptasi RME, namun di Indonesia dikembangkan dengan konteks dan budaya Indonesia (Marpaung, 2008: 5). RME dikembangkan berdasarkan pandangan Freudenthal yang memandang matematika sebagai suatu bentuk aktivitas manusia tidak menempatkan matematika sebagai suatu produk jadi, melainkan sebagai suatu bentuk aktivitas atau proses (Wijaya, 2012: 20). Oleh karena itu, matematika sebaiknya tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk jadi yang siap pakai, melainkan sebagai suatu bentuk kegiatan dalam mengkonstruksi konsep matematika (Wijaya, 2012: 20).
Freudenthal dalamWijaya (2012: 20) menyatakan bahwa, “Matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia” mengilhami lahirnya pendidikan matematika realistik (PMR) yang dikenal seperti dewasa ini .PMR merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika di belanda. Kata “realistik” sering disalah artikan sebagai “real-world”, yaitu dunia nyata. Padahal, kata realistik diambil dari
bahasa belanda “zich realiseren” yang berarti “untuk dibayangkan”
atau “to imagine” (Panhuizen dalam Wijaya: 2012: 20). Karena itu,
(33)
koneksi dengan dunia nyata, tetapi lebih mengacu pada fokus PMR dalam mengempatkan penekanan penggunaan situasi yang bisa dibayangkan (imagineable) oleh siswa.
b. Konsep Matematika dalam PMRI
Matematika merupakan pelajaran yang mempunyai keberagaman konsep dalam mengerjakannya (Wijaya, 2012: 21). Keberagaman konsep yang ada itulah menjadi konsep utama dari PMRI, dimana suatu pengetahuan akan menjadi bermakna bagi siswa jika proses pembelajaran dilaksanakan dalam suatu konteks atau pembelajaran menggunakan permasalahan realistik (CORD dalam Wijaya, 2012: 21) suatu permasalahan realistik tidak harus selalu berupa masalah yang ada di dunia nyata yang biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari, melainkan juga juga masalah tersebut dapat dibayangkan atau nyata dalam pikiran siswa.
(Wijaya, 2012: 21). Dalam PMRI, permasalahan realistik digunakan sebagai fondasi dalam membangun konsep matematika atau disebut juga sebagai sumber untuk pembelajaran (a source for learning). Perhatian pada pengetahuan informal (informal knowladge) dan pengetahuan awal (pre knowladge) yang dimiliki oleh siswa menjadi hal yang sangat mendasar dalam mengembangkan permasalahan yang realistik.
(34)
c. Karakteristik PMRI
Treffers dalam Wijaya (2012: 21) merumuskan lima karakteristik pendekatan matematika realistik, yaitu:
1. Penggunaan konteks
Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam pikiran siswa. Melalui penggunaan konteks, siswa dilibatkan secara aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan.
2. Penggunaan model untuk matematisasi progresif
Penggunaan model berfungsi sebagai sebagai jembatan (bridge) dari pengetahuan dan matematika tingkat konkrit menuju matematika tingkat formal.
3. Pemanfaatan hasil konstruksi siswa
Mengacu pada pendapat Freudenthal dalam Wijaya (2012: 21), matematika tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk yang siap dipakai tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun oleh siswa maka dalam pendidikan matematika realistik siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
(35)
4. Interaktivitas
Pada proses belajar tidak hanya terjadi proses individu, melainkan juga merupakan proses sosial. Oleh karena itu, pembelajaran akan menjadi bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka. Dalam pembelajaran matematika, interaksi mempunyai manfaat untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa secara simultan.
5. Keterkaitan
Konsep-konsep dalam pembelajaran matematika memiliki
keterkaitan, oleh karena itu konsep-konsep matematika tidak dikenalkan kepada siswa secara terpisah atau terisolir satu sama lain. PMRI menempatkan keterkaitan antar konsep matematika
sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses
pembelajaran. Melalui keterkaitan tersebut, matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan.
Sementara Marpaung(2008: 8) merumuskan karakteristik PMRI menjadi sebagai berikut:
1. Murid aktif, guru aktif (Matematika sebagai aktifitas manusia)
2. Pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan
masalah kontekstual/realistic
3. Guru memberikan kesempatan pada siswa menyelesaikan masalah
(36)
4. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
5. Siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok (kecil atau
besar)
6. Pembelajaran tidak selalu di kelas (bisa di luar kelas, duduk di
lantai, pergi ke luar sekolah untuk mengamati atau mengumpulkan data)
7. Guru mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi, baik antar
siswa dan siswa, juga antar siswa dan guru
8. Siswa bebas memilih modus representasi yang sesuai dengan
strukur kognitifnya sewaktu menyelesaikan masalah
(menggunakan model)
9. Guru bertindak sebagai fasilitator
10.Kalau siswa membuat kesalahan dalam menyelesaikan masalah
jangan dimarahi tetapi dibantu melalui petanyaan-pertanyaan dan usaha mereka hendaknya dihargai.
Dalam penelitian ini, karakteristik yang digunakan oleh peneliti ialah karakteristik PMRI menurut Treffers. Sebab karakteristik yang dikemukakan oleh Marpaung, telah terakomodasi di dalam lima karakteristik yang dikemukakan oleh Treffers. Selain itu, karakteristik tersebut dikembangkan dalam RME yang diadaptasi oleh PMRI.
(37)
d. Konsepsi Tentang Siswa dan Guru dalam PMRI
Hadi (2003: 2) menyebutkan jika dalam pembelajaran matematika menggunakan PMRI, konsep tentang siswa adalah:
1. Siswa memiliki seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide
matematik yang mempengaruhi belajar selanjutnya.
2. Siswa memperoleh pengetahuan baru dengan membentuk
pengetahuan itu untuk dirinya sendiri.
3. Pembentukan pengetahuan merupakan proses perubahan yang
meliputi penambahan, kreasi, modeifikasi, penghalusan,
penysunan kembali dan penolakan.
4. Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya
sendiri berasal dari seperangkat ragam pengalaman.
5. Setiap siswa mampu memahami dan mengerjakan matematik.
Sedangkan konsep tentang guru yang disebutkan oleh hadi (2003: 2) adalah:
1. Guru hanya sebagai fasilitator
2. Guru mampu membangun pengajaran yang interaktif
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif
menyumbang pada proses belajar dirinya dan secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan riil.
4. Guru tidak terpancang pada materi yang termaktub dalam
kurikulum, melainkan aktif mengaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik fisik maupun social.
(38)
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep siswa dalam pembelajaran menggunakan PMRI adalah subjek dari pembelajaran yang aktif dan kreatif. Sedangkan konsep guru dalam pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI ialah sebagai fasilitator yang mampu membangun pembelajaran yang interaktif, sehingga dapat membantu siswa untuk berkembang.
e. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Menggunakan
Pendekatan Realistik
Pratini (2008: 119-120) menuliskan langkah-langkah pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik adalah sebagai berikut:
1. Memahami masalah kontekstual. Guru memberikan masalah
kontekstual dan siswa memahami masalah tersebut. Guru dapat memberikan penjelasan terbatas jika ada siswa yang belum memahami masalah tersebut.
2. Menyelesaikan masalah kontekstual. Siswa menyelesaikan masalah
dengan menggunakan cara mereka sendiri. Guru dapat memberikan petunjuk (hint) berupa pertanyaan-pertanyaan berdasarkan apa yang diketahui siswa (bottom-up)
3. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban. Siswa diberi
kesempatan membandingkan dan mendiskusikan jawaban agar mereka belajar mengungkapkan pendapat dan menghargai pendapat orang lain
(39)
4. Menarik kesimpulan. Berdasarkan hasil diskusi, guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur. Berdasarkan pendapat Pratini, maka peneliti menyimpulkan langkah-langkah pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik dimulai dari siswa memahami permasalahan kontekstual, selanjutnya siswa menyelesaikan masalah yang ada dengan menggunakan cara mereka sendiri, kemudian siswa diberi kesempatan untuk membandingkan dan mendiskusikan hasil pekerjaannya, serta siswa diberikan kesempatan untuk menarik kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan secara bersama-sama.
5. Kerjasama
a. Kerjasama dalam Kelompok
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI, 2002), Kerjasama diartikan sebagai melakukan (melaksanakan) suatu kegiatan atau usaha (perniagaan) yang ditangani oleh dua orang (pihak) atau lebih.Oleh karena itu, suatu kegiatan/pekerjaan yang dilakukan lebih dari satu orang bisa dikatakan kerjasama. Jones dalam Riyanto dan Martinus (2008: 21) menyebutkan ada lima syarat kelompok kerja dapat berjalan dengan efektif. Dalam penelitian ini, kelima syarat tersebut dijadikan sebagai indikator pengukur tingkat kerjasama diantara para siswa kelas V di SDN Nyamplung. Adapun syarat-syarat kelompok kerja dapat berjalan dengan efektif adalah sebagai berikut.
(40)
a) Adanya sikap saling percaya antar anggota: Kepercayaan seseorang akan tercipta apabila setiap anggota merasa memiliki kebebasan dalam berpendapat. Ia harus mempunyai rasa aman dan nyaman untuk bertanya tanpa harus khawatir akan adanya reaksi negatif dari orang lain.
b) Adanya sikap saling mendukung: Sikap saling mendukung dapat
terjadi apabila setiap anggota menaruh perhatian terhadap kesulitan teman. Perhatian-perhatian itu merupakan bentuk kepedulian dari setiap anggota kepada anggota yang lain. Bila sikap saling mendukung itu sudah tumbuh dengan baik, anggota-anggota pun tidak perlu bersusah payah melindungi diri dari rasa takut akan kelemahannya.
c) Adanya komunikasi yang terbuka: Komunikasi akan terjalin
dengan lancar asalkan setiap individu bersedia untuk terbuka, jujur, dan obyektif dalam bergaul.
d) Menerima konflik sebagai hal yang wajar: dalam kehidupan
dengan sesama, akan ditemukan berbagai perbedaan baik dalam hal sikap maupun pendaat. Oleh karena itu, sebagai anggota kelompok peprbedaan pendapat ini haruslah disikapi dengan tepat agar tidak menimbulkan masalah. Kesediaan menerima perbedaan pun perlu ada dalam setiap anggota kelompok.
e) Saling menghormati keunikan masing-masing pribadi: Setiap
(41)
berbeda. Keunikan dari masing-masing anggota haruslah ditanggapi secara positif dengan bersikap saling menghormati perbedaan/keunikan tersebut.
b. Manfaat belajar Bersama dalam Kelompok
Harsanto (2007: 44) menyebutkan manfaat belajar bersama dalam kelompok antara lain:
1. Belajar bersama dalam kelompok memiliki nilai kerjasama dan
menanamkan pemahaman dalam diri siswa bahwa saling membantu adalah baik.
2. Belajar bersama membentuk keakraban dan kekompakan di kelas.
Hal ini membantu siswa untuk menenal siswa lain, memperhatikan dan membatu teman sekelas.
3. Belajar bersama dalam kelompok mampu menumbuhkan
keterampilan dasar yang diperlukan dalam hidup. Keterampilan itu antara lain sikap mendengarkan, menerima pandangan orang lain, berkomunikasi secara efektif, menyelesaikan konflik, dan bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
4. Belajar bersama dalam kelompok meningkatkan kemampuan
akademis, rasa percaya diri, dan sikap positif terhadap sekolah.
5. Belajar bersama dalam kelompok dapat mengurangi atau bahkan
(42)
Lebih lanjut Allport dalam Huda (2011: 5) menyebutkan adanya perbedaan yang menonjol dalam hal kuantitas dan kualitas kerja individu-individu ketika mereka mau membuka diri untuk saling mendengarkan dan peduli pada hasil kerjanya satu sama lain, dimana kelompok yang tengah bekerjasama cendrung berpikir lebih efisien daripada satu anggota terbaik yang ada di dalam kelompok tersebut bekerja sedirian.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan PMRI dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Pada Peserta Didik Kelas V SD
Kanisius Kalasan Tahun Pelajaran 2010/2011
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agustina Rismiwati (2011) di SD Kanisius Kalasan menemukan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI terbukti mampu meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V di SD Kanisius Kalasan, dimana kondisi awal siswa yang memenuhi KKM sebanyak 28, 57% pada pelajaran matematika. Namun ketika diadakan tindakan pada siklus I kemampuan peserta didik dalam dalam menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan jarak, waktu dan kecepatan sudah terjadi peningkatan. Ada 14 anak yang mendapat nilai di bawah indicator keberhasilan, sementara 20 lainnya sudah mencapai indicator dengan nilai tertinggi 97 dan nilai terendah 23 dengan
(43)
prosentase 58,82%. Sedangkan pada siklus II, terjadi peningkatan rata-rata yaitu 81, 41 yang memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Pada siklus II nilai tertinggi yang diperoleh siswa mencapai 100, sedangkan nilai terendahnya adalah 45 dengan presentase 74, 41% yang memenuhi KKM.
Penelitian yang dilakukan oleh Agustina Rismiwati dicantumkan oleh penulis pada penelitiannya dikarenakan adanya kerelevansian antara pendekatan yang gunakan oleh Agustina Rismiwati dengan pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitianny. Sehingga dengan adanya kerelevansian tersebut peneliti dapat menjadikannya sebagai pedoman dalam menyusun penelitian.
2. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia Kelas II SD 3 Bantul
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Herawati Solekhah (2009) di SD 3 bantul, penggunaan pendekatan PMRI dalam pelajaran matematika terbukti mampu meningkatkan hasil belajr siswa pada pelajaran matematika. Peningkatan hasil belajar yang dialami oleh siswa tersebut sebanyak 89, 29% pada siklus I menjadi 89, 65 persen pada siklus II.
Dengan adanya kenaikan hasil belajar yang diperoleh siswa pada pelajaran matematika dengan menggunakan PMRI membuat peneliti tertarik untuk menggunakan pendekatan PMRI tersebut padapenelitian
(44)
yang akan dilakukan. Karena itu, penelitian yang dilakukan oleh Herawati Solekhah ini peneliti masukkan pada penelitian yang relevan dikarenakan adanya kesamaan variable yang digunakan oleh penulis dengan variable yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Herawati Solekhah, yaitu hasil belajar dan pendekatan PMRI yang digunakan oleh peneliti.
C. Kerangka Berpikir
Rendahnya prestasi dan kerjasama yang terjadi diantara siswa kelas V di SDN Nyamplung tidak terlepas dari proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. Penggunaan model, pendekata maupun metode konvensional berupa ceramah-ceramah oleh guru di kelas menjadikan pembelajaran matematika menjadi tidak menarik bagi siswa.
Karena itu diperlukan suatu pembaharuan terhadap pembelajaran dikelas yang dapat menjadikan pembelajaran matematika lebih menarik dan tidak sekedar hafalan belaka, namun juga berupa perbuatan dan pengertian sehingga siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui percobaan-percobaan nyata. Oleh karena itu pada penelitian ini, peneliti berupaya meningkatkan prestasi dan kerjasama antar siswa kelas V di SDN Nyamplung dengan menggunakan pendekatan PMRI yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan sesamanya dan menggunakan cara-caranya sendiri (penggunaan model) dalam pemecahan masalah
(45)
pembelajaran, sehingga siswa dapat menciptakan konsepnya sendiri tentang materi pelajaran.
Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan konsepnya sendiri melalui interaksi dengan orang lain pada pembelajaran matematik dengan menggunakan pendekatan PMRI, diharapkan siswa menjadi lebih tertarik untuk mempelajari matematika. Sehingga dengan meningkatnya ketertarikan siswa terhadap pelajaran matematika, dapat mempengaruhi prestasi dan kerjasama antar siswa kelas V di SDN Nyamplung menjadi ikut meningkat.
D. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini
adalah:pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI mampu meningkatkan 1) prestasi belajar matematika siswa kelas V tahun ajaran 2012/2013 dan 2) kerjasama diantarapara siswa pada materi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana pada siswa kelas V di SDN Nyamplung, Sleman tahun ajaran 2012/2013.
(46)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa inggris disebut Classroom Action Research (CAR).Sedangkan model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model PTK Kemmis dan Taggart (Tanireja, Pujiati dan Nyata, 2010: 16). Model PTK tersebut dipilih dikarenakan proses pelaksanaannya terdiri dari suatu rangkaian atau untaian dengan satu perangkat yang meliputi empat komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation/ evaluation),dan refleksi (reflection), dimana keempat komponen tersebut dipandanng sebagai satu siklus, tetapi dalam pelaksanaannya jumlah siklus tergantung kepada permasalahan yang perlu diselesaikan.
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN Nyamplung yang terletak di Desa Nyamplung, Kecamatan Balecatur Gamping, Kabupaten Seleman, Yogyakarta.
(47)
2. Subyek
Subyek penelitian ini adalah 14 orang siswa kelas V SDN Nyamplung, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan dengan rentang usia sekitar 9-11 tahun.
3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran matematika di kelas pada KD 6.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yakni bulan Januari - Agustus 2013.
Tabel 3.1: Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Janu ari
Febr uari
Maret April Mei Juni Juli
Agustus
1 Observasi pra penelitian
2 Penyusunan Proposal 3 Permohonan ijin
penelitian 4 Pengumpuln data 5 Pengolahan data 6 Penyusunan laporan 7 Ujian skripsi
(48)
8 Revisi
9 Pembuatan artikel
C. Rencana Penelitian
1. Persiapan
a) Perizinan kapada Kepala Sekolah SDN Nyamplung
gunamelakukan kegiatan penelitian di SD tersebut.
b) Melakukan wawancara dengan wali kelas V untuk mengetahi
kondisi kelas, serta mencari data tentang kesulitan yang dialami siswa kelas V pada mata pelajaran matematika.
c) Menyusun Lembar Kuesioner
Lembar kuesioner pada penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti. Lembar kuesioner terlampir.
d) Menyusun silabus
Silabus yang dipakai pada penelitian ini dibuat oleh peneliti, dan silabus akan dilampirkan.
e) Menyusun RPP dan LKS
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) dalam penelitian ini dibuat oleh peneliti.
(49)
2. Rencana Setiap Siklus
Penelitian ini akan menggunakan model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model PTK Kemmis dan Taggart. Adapun langkah-langkah yang ada dalam rangkaian ini terdiri atas: perencanaan tindakan, penelitian, observasi/evaluasi dan revleksi (Tanireja, Pujiati dan Nyata, 2010: 16)
Gambar 3.1: Siklus PTK menurut Kemmis dan Taggart
Sumber: Tanireja, Pujiati dan Nyata, 2010
a) Perencanaan, yaitu penyusunan rencana tindakan yang akan dilakukan
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Perencanaan dimulai dari semenjak seorang peneliti menemukan suatu masalah dan merumuskan cara memecahkan masalahnya melalui
(50)
tindakan. Setelah peneliti menetapkan tindakan yang akan dilakukan, peneliti membuat perencanaan dan menyusun perangkat yang diperlukan selama tindakan berlangsung.
b) Tindakan, yaitu pelaksanaan perencanaan tindakan sebagai upaya
peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Guru/peneliti melaksanakan kegiatan/tindakan pembelajaran sesuai dengan sekenario yang telah dibuat dan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan.
c) Observasi, yaitu pengamatan atas proses dan dampak pelaksanaan
tindakan. Observasi proses, digunakan untuk merekam apakah proses tindakan sesuai dengan sekenarionya dan gejala-gejala apa yang muncul selama proses tindakan baik pada guru, maupun kepada siswa ataupun situasi yang terjadi di kelas. Sedangkan observasi dampak digunakan untuk merekam hasil atau dampak dari pelaksanaan tindakan tersebut.
d) Refleksi, merupakan pengkajian terhadap keberhasilan dan kegagalan
dalam mencapai tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir. Oleh karena itu, tujuan dari diadakannya refleksi ialah untuk menentukan berlanjut atau tidaknya tindakan dilakukan setelah siklus pertama dilakuakan.
(51)
Siklus I
Kegiatan yang dilakukan pada siklus terdiri atas tiga kali pertemuan/tatap muka di kelas, yaitu pertemuan pertama dan ke dua digunakan untuk menyampaikan materi, sedangkan pertemuan ke tiga digunakan untuk ulangan/pengambilan hasil belajar siswa. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada siklus I antara lain:
1) Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti memfokuskan pada pengamatan prilaku siswa selama pelajaran matematika guna menyusun pembelajaran matematika menggunakan pendekatan PMRI, yaitu meliputi:
Peneliti melakukan pengamatan terhadap prilaku siswa selama pelajaran matematika berlangsung.
Peneliti menyebarkan kuesioner kerjasama antar siswa
Peneliti mengadakan diskusi dengan guru untuk merencanakan tindakan.
Peneliti menerapkan hasil diskusi dengan guru tentang pelajaran matematika dan mempersiapkan perangkat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PMRI (RPP, Media, dll).
(52)
2) Pelaksanaan Tindakan
a. Pertemuan 1 (2jp)
Pada tahap ini, pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI diterapkan sesuai dengan rencana tindakan, dengan langkah-langkah sebagai beikut:
Menyampaikan tujuan dan kompetensi dasar yang akan dicapai serta kegiatan yang dilaksanakan
Memulai pembelajaran dengan memberikan permasalahan yang kontekstual/real dan dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari
Membagikan LKS yang berkaitan KD 6.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana menggunakan pendekatan PMRI
Meminta peserta didik untuk membahas permasalahan tersebut dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang.
Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk menjelaskan jawabannya kepada seluruh kelas
Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi
b. Pertemuan 2 (2jp)
Menyampaikan tujuan dan kompetensi dasar yang akan dicapai serta kegiatan yang dilaksanakan
Memulai pembelajaran dengan memberikan permasalahan yang kontekstual/real dan dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari
(53)
Membagikan LKS yang berkaitan dengan KD 6.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana menggunakan pendekatan PMRI
Meminta peserta didik untuk membahas permasalahan tersebut dalam kelompok yang telah dibentuk
Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk menjelaskan jawabannya kepada seluruh kelas
Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi
c. Pertemuan 3 (2jp)
Peneliti melakukan evaluaasi pembelajaran marematika dengan
menggunakan pendekatan PMRI.
3) Observasi
Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap tindakan. Pada tahap ini, peneliti mengamati hasil atau dampak dari pelaksanaan tindakan yang meliputi: kerjasama antar siswa dalam kelompok/ kelas, maupun interaksi dan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran matematika.
4) Refleksi
Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi terhadap kualitas proses dan hasil pembelajaran. Ada dua macam refleksi yang dilakukan, yaitu:
(54)
a. Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, hal ini dilakukan
untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan dalam
pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan pada pertemuan berikutnya.
b. Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui
apakah target yang ditetapkan sesuai dengan indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Apabila target yang ditetapkan telah tercapai, maka tindakan dihentikan pada siklus I. Namun apabila target yang ditetapkan belum tercapai pada siklus I maka dilanjutkan pada siklus II dengan teknis pelaksanakan sebagai berikut.
Siklus II
Kegiatan yang dilakukan pada siklus II terdiri dari dua kali pertemuan/tatap muka di kelas, yaitu pertemuan pertama digunakan untuk menyampaikan materi, sedangkan pertemuan terakhir digunakanuntuk ulangan/pengambilan hasil belajar siswa. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada siklus ini antara lain:
1) Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti memfokuskan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika menggunakan pendekatan PMRI, yaitu meliputi:
(55)
Menyusun RPP dan menyiapkan LKS dengan pendekatan PMRI Membuat kisi-kisi soal evaluasi
Membuat soal-soal evaluasi dan kunci jawabannya
Membuat pedoman penskoran untuk pedoman skor penilaian Membuat lembar observasi siswa
Menyiapkan daftar pertanyaan tentang kerjasama antar siswa
2) Pelaksanaan Tindakan
a. Pertemuan 1 (2jp)
Pada tahap ini, pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI diterapkan sesuai dengan rencana tindakan, dengan langkah-langkah sebagai beikut:
Menyampaikan tujuan dan kompetensi dasar yang akan dicapai serta kegiatan yang dilaksanakan
Memulai pembelajaran dengan memberikan permasalahan yang kontekstual/real dan dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari
Membagikan LKS yang berkaitan dengan KD 6.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana menggunakan pendekatan PMRI
Meminta peserta didik untuk membahas permasalahan tersebut dalam kelompok yang telah dibentuk
Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk menjelaskan jawabannya kepada seluruh kelas
(56)
Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi
b. Pertemuan 2 (2jp)
Mengadakan evaluaasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PMRI.
3) Observasi
Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap tindakan. Pada tahap ini, peneliti mengamati hasil atau dampak dari pelaksanaan tindakan yang meliputi: Partisipasi siswa dalam kelompok/ kelas, maupun interaksi dan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran matematika.
4) Refleksi
Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi terhadap kualitas proses dan hasil pembelajaran. Ada dua macam refleksi yang dilakukan, yaitu:
a. Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, hal ini dilakukan
untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan dalam
pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan pada pertemuan berikutnya.
b. Refleksi pada akhir siklus kedua, digunakan untuk mengetahui apakah
target yang ditetapkan telah tercapai pada siklus II. Apabila target yang ditetapkan telah tercapai, maka penelitian dihentikan. Namun apabila
(57)
target yang ditetapkan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus III.
D. Indikator Keberhasilan, Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1) Variabel indikator keberhasilan
Berdasarkan judul penelitiannya, penelitian ini memiliki dua variabl (peubah) yaitu prestasi dan kerjasama. Berikut akan diuraikan indikator keberhasilan dari masing-masing variable (peubah) dari kegiatan penelitian ini.
a. Variabel Prestasi
Guna memperoleh data mengenai prestasi belajar siswa kelas V pada mata pelajaran matematika, maka dilakukan dengan tes tertulis pada setiap akhir siklus.
Tabel 3.2:Indikator Keberhasilan Prestasi Belajar
No Peubah Indikator Kondisi Awal Target Pengum
pulan
Instrumen
1 Prestasi belajar siswa
Presentase nilai siswa yang mencapai KKM atau target
57,14% 70% Tes
tertulis
Lembar tes/ ulangan siswa
b. Variabel Kerjasama
Untuk memperoleh data mengenai kerjasama antas siswa kelas V dilakukan dengan cara mengedarkan lembar kuesioner kepada
(58)
siswa serta melakukan wawancara kepada siswa yang dirasa belum lengkap datanya.
Tabel 3.3:Indikator Keberhasilan Peningkatan Kerjasama
No Peubah Indikator Kondisi
Awal
Target Pengumpul
an
Instrumen
1 Kerjasama Rata-rata skor
kerjasama antar siswa Persentase kerjasama antar siswa 167 (66,8%) 66,8% 175 (70%) 70% Kuesioner dan wawancara siswa Lembar Kuesioner dan Lembar wawancar a siswa
2) Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini ialah sebagai berikut.
a. Tes
Instrumen tes bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam ranah kognitif, oleh karena itu tes disusun dalam bentuk tes objektif.Tes objektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes uraian. Pada soal yang digunakan sebagai tes objektif disediakan 5 soal cerita dengan satu soal mempunyai nilai 5 dengan kriteria sebagai berikut:
Menuliskan unsur-unsur yang “diketahui” pada soal secara
(59)
Menuliskan unsur-unsur yang “ditanya” pada soal secara lengkap mendapatkan nilai satu (1)
Menuliskan “dijawab” dengan mencantumkan rumus serta
langkah-langkah pengerjaan dengan tepat dalam menjawab serta mendapat jawaban yang benar, maka akan mendapatkan nilai dua (2)
Menyimpulkan jawaban bernilai benar mendapatkan nilai satu (1)
Sehingga apabila siswa menjawab satu (1) soal dan menuliskan empat (4) kriteria seperti yang disebutkan di atas maka nilai satu soal tersebut adalah 5.
b. Kuesioner
Kuesioner adalah alat riset atau survei yang terdiri atas
serangkaian pertanyaan tertulis, bertujuan mendapatkan
tanggapan dari kelompok orang terpilih melalui wawancara pribadi atau melalui pos; daftar pertanyaan (KBBI: 2002).
Pada penelitian ini kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat kerjasama yang dimiliki siswa selama pembelajaran berlangsung.Kuesioner ini disebarkan ketika sebelum tindakan dilakukan, akhir siklus I dan akhir siklus II dilakukan.
(60)
c. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang (pejabat, dsb) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal (KBBI: 2002). Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan pada siswa yang datanya belum diperoleh secara lengkap ketika kuesioner disebarkan.
3) Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan terdiri dari dua (2)
instrument, yaitu tes dan non tes. Kedua instrument tersebut dijabarkan sebagai berikut.
a. Tes
Tes adalah ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat dan kepribadian seseorang (KBBI: 2002). Tes yang digunakan dalam penelitian ini dijabarkan dengan kisi-kisi sebagai berikut:
Tabel 3.4: Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I
No Indikator
Taraf Kesukaran
Jumlah Soal Mudah Sedang Sulit
1 Menyelesaikan permasalahan yang
berhubungan dengan luas suatu bangun datar
1 4 5 soal uraian
2 Menyelesaikan permasalahan yang
berhubungan dengan keliling dari suatu bangun datar
(61)
3 Menyelesaikan permasalahan yang
berhubungan dengan unsur yang terdapat pada bangun datar
3, 5
Tabel 3.5: Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II
No Indikator
Taraf Kesukaran
Jumlah Soal Mudah Sedang Sulit
1 Menyelesaikan permasalahan yang
berhubungan dengan luas suatu bangun datar
1, 2 5 soal uraian
2 Menyelesaikan permasalahan yang
berhubungan dengan perpaduan unsur yang terdapat pada bangun datar
3, 5 4
Tabel 3.6: Rincian Pemberian Skor Siklus I dan Siklus II
No Jenis Soal Jumlah Soal
Skor Maksimal Tiap Nomor
Jumlah Skor Maksimal
1 Uraian 5 5 25
Jumlah 25
b. Non Tes
Instrument non tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur perubahan tingkah laku yang lebih berhubungan denganapa yang dapat dikerjakan dan dapat diamati indra-indra, serta bersifat konkret. Instrument non tes pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hubungan
(62)
kerjasama antar siswa pada pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI. Adapun jenis alat pengukuran non tes yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Angket atau kuesioner
Jenis angket yang digunakan yaitu angket tertutup atau berstruktur serta angket bersifat langsung, dimana responden mengisi angket secara langsung dari peneliti. Pada kuesioner ini, peneliti menyediakan 5 pilihan jawaban yang mengacu pada skala likert.Ridwan (2002:12) menyebutkan bahwa skala likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial.
Dengan demikian, sekala likert ini dirasa cocok digunakan untuk mengukur kerjasama diantara siswa. Adapun pilihan
jawaban yang ada pada kuesioner terdiri dari “ST = Sangat
Setuju”, “S = Setuju”, “KS = Kurang Setuju”, “TS = Tidak Setuju” dan “STS = Sangat Tidak Setuju”. Oleh karena itu, untuk kisi-kisi kuesioner yang digunakan pada penelitian tampak pada table di bawah ini.
Tabel 3.7: Kisi-kisi kuesioner kerjasama antar siswa
No Indikator Item Positif Item Negatif Jumlah
1 Adanya sikap saling percaya antar anggota 1,3,5,7,9,10 2,4,6,8, 10
2 Adanya sikap saling mendukung 11,14,15,17,18,20 12,13,16,19 10
3 Adanya komunikasi yang terbuka 21,23,25,27,30 22,24,26,28,29,31,
32,33,34,35
(63)
4 Menerima konflik sebagai hal yang wajar 36,38 37,39,40 5
5 Saling menghormati keunikan
masing-masing pribadi
41,44,46,47 42,43,45,48,49,50 10
Jumlah 23 27 50
Tabel 3.8: Pedoman Penskoring Kuesioner Kerjasama
Alternatif Jawaban
Skor
Item Positif Item Negatif
ST 5 1
S 4 2
KS 3 3
TS 2 4
STS 1 5
Untuk menentukan kriteria tinggi atau rendahnya kerjasama diantara siswa kelas V, peneliti menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) yang di gunakan oleh Arifin (2011: 235-236) sebagaimana dijelaskan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.9:Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Rentang Presentasi Skor Kriteria
< 59% Kerjasama Sangat Lemah
60% - 69% Kerjasama Lemah
70% - 79% Kerjasama Cukup
80% - 89% Kerjasama kuat
90% - 100% Kerjasama Sangat kuat
(64)
2. Wawancara atau interview
Jenis wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara dengan pernyataan bentuk kombinasi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang disediakan merupakan kombinasi antara pertanyaan berstruktur dengan pertanyaan tak berstruktur (Masidjo, 1995: 58-76)
Tabel 3.10: Pedoman Wawancara Siswa
No Pernyataan jawaban
1
Apa yang kamu rasakan ketika belajar matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI?
2
Apakah pelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan PMRI memudahkan kamu memahami soal matematika?
3
Apakah dengan pelajaran PMRI secara berkelompok menjadikan kamu senang untuk bekerja sama?
4
Adakah dari anggota kelompok yang tidak bisa diajak untuk bekerja sama? Kenapa demikian?
5
Bagaimana caramu untuk mengatasi teman yang tidak bisa diajak untuk bekerja sama?
6
Apa keunggulan pelajaran PMRI dibandingkan pelajaran matematika yang biasanya kamu jumpai?
(65)
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
1. Validitas
Menurut anastasi dalam Surapranata (2004: 50) validitas adalah
suatu tingkatan yang menyatakan bahwa suatu alat ukur telah sesuai dengan apa yang diukur. Sedangkan gronlund dalam Surapranata (2004: 50) mengatakan validasi berkaitan dengan hasil suatu alat ukur, menunjukkan tingkatan, dan bersifat khusus sesuai dengan tujuan pengukuran yang akan dilakukan. Karena itu, validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauhmana tes telah mengukur apa yang sehatusnya diukur. Validitas tes perlu ditentukan guna mengetahui kualitas tes dalam kaitannya dengan mengukur hal yang seharusnya diukur. Nunnaly dalam Surapranata (2004: 50) menyatakan bahwa pengertian validitas senantiasa dikaitkan dengan penelitian empiris dan pembuktian-pembuktiannya bergantung kepada macam validitas yang digunakan.
a. Bentuk-bentuk validitas
Pada tahun 1954, Technical Reommendation for Psychological Test and Diagnostic Technique dalam Surapranata (2004: 50) mengusulkan empat pendekatan yang digunakan untuk menentukan validitas, yaitu:
(66)
1) Validitas isi (content validity)
Salah satu cara yang digunakan untuk menentukan validitas adalah dengan mengkaji isi tes itu. Validitas isi ditentukan dengan melihat apakah soal-soal yang digunakan telah menunjukkan sampel atribut yang diukur. Menurut Guion dalam Surapranata (2004:51) validitas isi sangat bergantung kepada dua hal, yaitu tes itu sendiri dan proses yang mempengaruhi dalam merespon tes.
2) Validitas konstruk(construct validity)
Validasi konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan konstruksi teoritik dimana tes itu dibuat. Dengan kata lain sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila soal-soalnya mengukur setiap aspek berpikir seperti yang diuraikan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator yang terdapat kurikulum.
3) Validitas prediktif(predictive validity)
Validitas prediktif menunjukkan kepada hubungan antara tes skor yang diperoleh peserta tes dengan keadaan yang akan tejadi diwaktu yang akan dating. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk memprediksikan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. 4) Validitas konkuren (concurrent validity)
(67)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konkuren apabila hasilnya sesuai dengan pengalaman.
b. Cara Mengukur Validitas
Salah satu cara untuk menentukan validitas alat ukur adalah dengan menggunakan korelasi product moment dengan simpangan yang dikemukakan Person dalam Surapranata (2004:56) seperti berikut:
Keterangan:
: koefisien validitas
∑xy : jumlah hasil kali skor x dan skor y berpasangan
∑x2
: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x ∑y2
: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y
c. Bentuk dan cara validitas yang digunakan dalam penelitian
Dalam penelitian ini, uji Validitas yang digunakan adalah validitas isi dan konstruk.Validitas isi bertujuan untuk mengukur instrumen yang digunakan dalam penelitian, semenara validitas konstruk bertujuan untuk mengukur indikator-indikator yang ingin dicapai. Kedua validitas yang digunakan bertujuan agar dapat menghasilkan data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
(68)
Oleh karena itu, validitas yang dilakukan dengan menggunakan caraexpert judgement, yaitu validitas yang ditempuh dengan cara menanyakan atau dikonsultasikan dengan ahli. Validasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Perangkat pembelajaran (silabus, RPP, Bahan Ajar, LKS dan
Evaluasi):
a. Silabus
b. RPP
c. Bahan Ajar
d. LKS
Validator Rata-rata skor validasi Kriteria
Validator I 3, 22 Baik
Validator II 3, 11 Baik
Validator Rata-rata skor validasi Kriteria
Validator I 3, 52 Baik
Validator II 3, 38 Baik
Validator Rata-rata skor validasi Kriteria
Validator I 3, 20 Baik
Validator II 3, 00 Baik
Validator Rata-rata skor validasi Kriteria
Validator I 3, 37 Baik
(69)
e. Evaluasi
Untuk lebih jelas, hasil terlampir pada halaman 134
(2) Instrumen Penelitian
Tes: soal-soal uraian diujikan kepada siswa kelas V SDN Balecatur I dan dihitung dengan menggunakan SPSS 18 (Lihat lampiran halaman 133-137)
Non Tes: kuesioner kerjasama divalidasi oleh dosen PGSD-USD yang mempunyai latar belakang psikologi, dengan hasil sebagai berikut:
Untuk lebih jelas, hasil terlampir pada halaman 130.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil (Masidjo, 1995: 209). Sedangkan Nunnaly, Allen, Yen dan Anastasi dalam Surapranata (2004: 89-90) menyatakan reliabilitas adalah kestabilan skor yang
Validator Rata-rata skor validasi Kriteria
Validator I 3, 14 Baik
Validator II 3, 00 Baik
Validator Rata-rata skor validasi Kriteria
(70)
diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari suatu pengukuran ke pengukuran lainnya. Jadi, reliabilitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keajegan atau kemantapan hasil dari hasil dua pengukuran terhadap hal yang sama. Masidjo (1995: 209) menyebutkan suatu tes yang reliabel akan menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu atau berbagai pengukuran, sehingga skor-skor tersebut dari berbagai pengukuran tidak menunjukkan penyimpangan atau perbedaan-perbedaan yang berarti.
Pada penelitian ini, untuk menentukan taraf reliabilitas suatu tes digunakan cara empiris atau diujikan di lapangan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode Belah Dua (Split- half method) dengan rumus Cronbach’s Alpha. Dari pengujian reliabilitas, item soal yang tidak valid juga tidak reliabel.Sementara item soal yang valid, bisa jadi reliabel atau pun juga tidak reliabel.Guna memperoleh taraf reliabilitas suatu test, terlebih dahulu dilakukan perbandingan antara item bernomor gasal dan item-item bernomor genap dengan menggunakan rumus Product moment dari Pearson sebagai berikut:
Keterangan:
(71)
∑xy : jumlah hasil kali skor x dan skor y berpasangan
∑x2
: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x ∑y2
: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y
Koefisian reliabilitas dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan 1,00. Kriteria reliabilitas suatu instrumen dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.11: Kriteria Klasifikasi Reabilitas Instrument
(Masidjo, 1995: 209)
Dalam penelitian ini, untuk menentukan taraf reliabilitas suatu tes penelti menggunakan program SPSS 18 dengan tujuan memudahkan, mengoptimalkan serta memperoleh data yang tepat dan akurat dengan bantuan program SPSS 18. (hasil lihat lampiran halaman 137).
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,20 Rendah
(1)
227
Pertemuan II sikuls I
250
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
227
Pertemuan III sikuls I
251
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
227
Pertemuan I siklus II
252
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
227
Pertemuan II siklus II
253
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
16
ABSTRAK
Meningkatkan Prestasi dan Kerjasama Antar Siswa Kelas V SDN Nyamplung Sleman Pada Pelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan
PMRI Febrianus
Universitas Sanata Dharma 091134030
Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuan dari penelitian ini ialah (1) untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SDN Nyamplung menggunakan pendekatan PMRI, dan (2) untuk mengetahui peningkatan kerjasama antar siswa kelas V SDN Nyamplung menggunakan pendekatan PMRI.
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc. Taggart, yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Nyamplung Sleman, tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 14 orang. Pada setiap pelaksanaan siklus, para siswa belajar di dalam kelompok-kelompok yang dipilih langsung oleh siswa pada pertemuan pertama dan menjadi kelompoknya selama penelitian dilakukan. Instrument yang digunakan berupa tes tertulis untuk mengukur prestasi dengan 5 soal uraian di setiap siklusnya dan kuesioner serta wawancara untuk mengukur kerjasama antar siswa kelas V.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan PMRI dapat meningkatkan prestasi dan kerjasama antar siswa kelas V di SDN Nyamplung Sleman. Dimana sebelum penelitian, nilai siswa yang mencapai KKM ialah 57,14% dan meningkat menjadi 78,57% pada siklus II. Serta rata-rata skor kerjasama antar siswa sebelum penelitian 167 (66,8%) menjadi 192 (76,8%) setelah penelitian.
Kata kunci : pembelajaran matematika, prestasi, kerjasama, pendekatan PMRI
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
17
ABSTRACT
Improving Achievement and Cooperation among Grade V Students in Public Elementary School of Nyamplung, Sleman
on Mathematics using PMRI Approach Febrianus
Universitas Sanata Dharma 091134030
It is a Classroom Action Research. The purposes of this research are (1) to identify the improvement of learning achievementof grade V students in Nyamplung Public Elementary School using PMRI approach, and (2) to identify the improvement of cooperation among grade V students in Nyamplung Public Elementary School using PMRI approach.
Model used in this research is the Classroom Action Reseach Model of Kemmis and Mc.Taggart conducted in two cycles. The subjects of this research were grade V students in Nyamplung Public Elementary School, year of study 2012/2013 amounting to 14 students. On each cycle implementation, students learned in groups directly chose by them in their first meeting, and from then on they belonged to their own chosen group. Instruments used were written tests measuring learning achievement with 5 open questions in each cycle and questionnaires and interviewsmeasuring cooperation among grade V students.
The results showed that the learning achievement and cooperation among grade V students in Nyamplung Public Elementary School, Sleman were increased along with the implementation of PMRI. Before research, students who achieved KKM were 57,14%, and increased to 78,57 in cycle II. The average of cooperation among students increased from 66,8% (before research) to 76,8% (after research).
Keywords: mathematics learning, learning achievement, cooperation, PMRI approach
xvii