Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara etimologis, matematika berasal dari bahasa latin yaitu manthanein atau mathemata yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”. Sedangkan dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde yang berarti ilmu pasti dimana kesemuanya berkaitan dengan penalaran Supatmono, 2009: 5. Oleh karena itu, matematika merupakan suatu ilmu pasti yang membutuhkan penalaran dalam pembelajarannya. Di Indonesia matematika dipelajari secara berkelanjutan oleh siswa di kelas mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga tingkat perguruan tinggi Suara Merdeka, 2012: 4. Bahkan pelajaran matematika mempunyai porsi jam yang cukup besar dalam pengajarannya di sekolah-sekolah dibandingkan dengan porsi jam pengajaran pada mata pelajaran lainnya Darmaningtyas, 2004: 84. Sebagai contoh, kurikulum 1994 memberikan porsi pelajaran matematika untuk SD sebanyak 18 jam perminggu, dengan rincian kelas I-III mendapatkan porsi sebanyak 10 jam, untuk kelas IV-VI sebanyak 8 jam dan untuk SMP dan SMA masing-masing sebanyak 6 jam per minggu. Hal tersebut berbanding terbalik dengan mata pelajaran lainnya, seperti pelajaran IPA yang mendapatkan porsi waktu pengajarannya di sekolah sebanyak 9 jam perminggu dan baru mulai diajarkan mulai dari kelas 3 SD Darmaningtyas, 2004: 84. 1 Namun, “Apakah dengan memberikan porsi jam yang lebih banyak pada mata pelajaran matematika akan membuat mutu pendidikan matematika di indonesia menjadi tinggi?” tentu saja porsi belajar matematika yang banyak tersebut tidak menjamin tingginya mutu pendidikan matematika di Indonesia. Berdasarkan data UNESCO yang di peroleh dari Suara Merdeka pada tahun 2012, mutu pendidikan matematika Indonesia tercatat berada pada urutan ke 34 dari 38 negara yang diamati. Rendahnya mutu pendidikan Indonesia berimbas pula terhadap prestasi matematika siswa Indonesia. Dari hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan National Center for Education in Statistics, 2003 prestasi matematika siswa indonesia tercatat berada pada peringkat 39 dari 41 negara yang di survei, bahkan Indonesia berada dibawah negara Thailand dan Uruguai Suara Merdeka, 2012: 5. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survey tersebut dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan matematika di Indonesia masih rendah, sehingga berpengaruh terhadap prestasi matematika siswa Indonesia menjadi rendah dibandingkan dengan negara lainnya. Rendahnya prestasi belajar matematika di Indonesia dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya seperti yang disebutkan oleh Supatmono 2009: 1-3 yaitu: 1. Faktor budaya, dimana budaya masyarakat kita masih ada yang kurang senang dengan budaya bekerja keras, sehingga orang yang menganut budaya tersebut cendrung merasa malas untuk belajar matematika yang memerlukan daya nalar dan daya pikir yang besar. 2. Faktor sistem pendidikan, sistem pendidikan kita cendrung menentukan segala sesuatunya dari “atas”. Dimana guru adalah sumber informasi utama, sedangkan siswa dipandang sebagai bejana kosong yang akan diisi dengan berbagai macam pengetahuan. Hal ini menjadikan siswa sebagai objek belajar yang harus menuruti aturan yang telah ditentukan oleh guru atau sekolah. 3. Faktor sistem penilaian, sistem penilaian di sekolah kita cendrung hanya menilai hasil pekerjaan siswa dan bukan menilai proses pekerjaan siswa. Akibatnya siswa yang sudah berusaha keras pun jika hasilnya salah, maka akan memperoleh nilai yang jelek dalam pelajaran matematika. 4. Faktor sifat bidang studi, mata pelajaran tertentu seperti matematika yang dianggap sulit oleh siswa membuat siswa kesulitan untuk ikut berpartisipasi pada pembelajaran karena tidak menguasai materi pelajarannya. 5. Faktor guru, guru yang mempunyai watak “gampang marah” membuat siswa menjadi enggan dan takut untuk berpartisipasi dalam pembelajaran di kelas. Sedangkan Soviawati 2011: 30 dalam penelitiannya menyebutkan rendahnya pretasi matematika dipengaruhi oleh siswa dalam belajar matematika yang belum bermakna berupa hafalan rumus-rumus dan belum mengetahui pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pengertian siswa tentang konsep matematika sangat lemah.Karena itu, dalam pembelajaran matematika siswa perlu mempunyai konsep dasar matematika yang kuat.Pengenalan konsep matematika bisa dilakukan berdasarkan pengalaman sehari-hari yang dialami oleh siswa.Pengenalan konsep matematika yang kurang kuat membuat siswa tidak mempunyai dasar matematika yang kuat pula, keadaan tersebut terjadi pada siswa kelas V di SDN Nyamplung sehingga mempengaruhi prestasi siswa dalam belajar matematika. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas V Pranoto, 10 September 2012 diketahui bahwa siswa kelas V mengalami kesulitan pada mata pelajaran matematika khususnya pada pokok bahasan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai permasalahan yang dialami oleh siswa kelas V, maka peneliti melakukan pengamatan pada proses pembelajaran di kelas serta pengamatan terhadap nilai ulangan harian siswa. Dari pengamatan tersebut, tampak bahwa pembelajaran di kelas bersifat teacher centered yang di isi dengan ceramah- ceramah oleh guru, serta terjadi persaingan diantara para siswa dalam belajar. Sehingga antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidak melakukan hubungan kerjasama yang baik dalam pembelajaran, dimana siswa menganggap teman yang ada di kelasnya sebagai saingannya dalam belajar dan bukan mitra belajarnya. Data kuesioner menunjukkan persentase kerjasama diantara siswa kelas V ialah 66, 8 dari 14 siswa dan berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap siswa kelas V, belum terjadi kerjasama yang baik diantara para siswa dalam belajar di kelas. Kurangnya kerjasama yang baik dalam belajar diantara para siswa menyebabkan terjadi ketimpangan terhadap prestasi siswa di kelas, dimana nilai siswa yang mencapai KKM 60 baru mencapai 57, 14 dari 14 orang siswa kelas V. Guna memperkuat dugaan peneliti, pada tanggal 16 Januari 2013, peneliti melakukan wawancara siswa kelas V yang melibatkan 14 orang siswa. Dari hasil wawancara diketahui bahwa ada 6 siswa 42 yang tidak menyukai pelajaran matematika, 4 orang 23,5 menyukai matematika dan 4 orang 23,5 tidak menjawab pertanyaan. Hasil wawancara juga menunjukkan ada 4 orang 23,5 menganggap matematika merupakan pelajaran yang susah dan tidak menyenangkan, 4 orang 23,5 menganggap matematika menyenangkan dan 5 orang 35,7 menganggap matematika terkadang sukar dan terkadang menyenangkan, serta 2 orang 14,3 tidak menjawab pertanyaan. Berdasarkan hasil wawancara guru, wawancara siswa dan pengamatan kelas yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan jika kelas V SDN Nyamplung perlu mendapatkan tindakan yang dapat membantu dalam hal peningkatan prestasi dan kerjasama antar siswa pada mata pelajaran matematika. Sesuai dengan pendapat Soedjadi dalam Soviawati 2011: 29 yang mengatakan dengan mengaitkan pengalaman dari kehidupan yang dialami oleh siswa sehari-hari dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran menjadi bermakna. Oleh karena itu, guna meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V di SDN Nyamplung khususnya pada pelajaran matematika, peneliti menggunakan pendekatan Pendidikan Matematik Ralistik Indonesia PMRI yang berlandaskan semangat kerjasama antar siswa. Dengan menerapkan pendekatan PMRI berlandaskan semangat kerjasama, diharapkan siswa dapat saling membantu dan menyemangati serta memberikan pengetahuan baru kepada siswa lainnya sehingga siswa tidak lagi memandang siswa di kelas sebagai saingan dalam belajar, namun lebih kepada mitra belajarnya. Dengan adanya hubungan kerjasama yang baik di kelas, maka diharapkan prestasi nilai siswa kelas V di SDN Nyamplung yang mencapai KKM dapat mencapai minimal 70 seperti yang diharapkan oleh wali kelas V, dan dengan menggunakan pendekatan PMRI diharapkan siswa dapat saling membantu untuk mengatasi kekurangan yang dimilikinya dalam belajar matematika melalui teman yang lebih menguasai pelajaran matematika.Selain itu, pendekatan PMRI dirasa cocok karena merupakan pendekatan matematik yang menggunakan masalah sehari-hari kontekstual yang biasa ditemui oleh siswa sehingga dalam penyelesaiannya siswa tidak merasa bingung sebab pelajaran matematika dikaitkan dengan realita kehidupan yang mereka temui. Berakar dari latar belakang yang disebutkan di atas, maka peneliti menyusun Penelitian Tindakan Kelas dengan judul, “MENINGKATKAN PRESTASI DAN KERJASAMA ANTAR SISWA KELAS V SDN NYAMPLUNG SLEMAN PADA PELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI”.

B. Pembatasan Masalah