Rasio Kadar LDLHDL Landasan Teori

Tabel IV. Klasifikasi Kadar HDL NCEP, 2002 Kadar HDL mgdL Kategori 40 Rendah ≥60 Tinggi

G. Rasio Kadar LDLHDL

Rasio kadar LDLHDL merupakan pengukuran yang lebih kuat dan signifikan sebagai prediktor CVD apabila dibandingkan dengan pengukuran kadar LDL atau HDL saja. Pengukuran rasio kadar LDLHDL jauh lebih murni apabila dibandingkan dengan pengukuran kolesterol totalHDL. Hal ini dikarenakan kolesterol total merupakan jumlah dari kadar LDL, HDL, dan VLDL Packard, 2005, cit., Indumati, et al., 2011. Menurut Millán, Pintó, Muñoz, Zúñiga, Rubiés-Prat, Pallardo, et al. 2009, kriteria rasio kadar LDLHDL diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu pencegahan primer dan sekunder yang dapat dilihat pada Tabel V. Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum suatu penyakit terjadi. Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan setelah terjadinya penyakit, tetapi sebelum seseorang mengetahui penyakit tersebut CDC, 2007. Level risiko merupakan kriteria yang menyatakan terjadinya peningkatan risiko terhadap penyakit kardiovaskuler, sedangkan target menyatakan kriteria yang diharapkan dapat tercapai dengan adanya lipid-lowering therapy sehingga meminimalkan risiko terhadap penyakit kardiovaskuler. Tabel V. Klasifikasi Rasio Kadar LDLHDL Millán, et al., 2009 Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder Level risiko Target Level risiko Target Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita 3,5 3,0 3,0 2,5 3,0 2,5 2,5 2,0

H. Antropometri

Antropometri merupakan suatu studi pengukuran tubuh manusia berdasarkan dimensi tulang, otot, dan jaringan adiposa. Ruang lingkup antropometri meliputi pengukuran bagian tubuh manusia NHANES, 2007. Pengukuran lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan pengukuran antropometri paling sederhana untuk mengetahui obesitas sentral yang dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan dislipidemia, sebagai faktor risiko berkembangnya CVD Chehrei, et al., 2007; Munawar, et al., 2012.

1. Lingkar Pinggang

Lingkar pinggang, yang digunakan untuk menggambarkan jumlah lemak pada bagian abdomen, merupakan pengukuran antropometri yang murah dan mudah dilakukan Hamdy, et al., 2006. Gambar 2. Posisi Pengukuran Lingkar Pinggang McKinley Health Center, 2009 Metode antropometri yang sederhana adalah lingkar pinggang. Pengukuran lingkar pinggang berkaitan erat dengan jaringan adiposa viseral, sehingga dapat mengetahui adanya obesitas sentral. Pengukuran lingkar pinggang dapat menunjukkan hubungan yang kuat dengan sindroma metabolik, gangguan kardiovaskuler, hingga menyebabkan kematian de Koning, Merchant, Pogue, dan Anand, 2007; Wang dan Hoy, 2004. Pengukuran lingkar pinggang dilakukan pada titik tengah antara batas bawah tulang rusuk yang dapat teraba dan bagian atas tulang panggul. Pada saat pengukuran, subjek berdiri dengan posisi kaki tertutup rapat, lengan pada sisi tubuh, serta menggunakan pakaian yang tipis. Pengukuran dilakukan pada akhir ekspirasi normal WHO, 2008. Pengukuran lingkar pinggang dapat mengetahui kejadian obesitas sentral. Kriteria ukuran lingkar pinggang individu yang dinyatakan mengalami obesitas sentral dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan etnis IDF, 2006. Kriteria ukuran lingkar pinggang responden pria dan wanita yang dinyatakan mengalami obesitas sentral pada penelitian ini yaitu kriteria berdasarkan populasi Asia Selatan, dapat dilihat pada Tabel VI. Tabel VI. Kriteria Lingkar Pinggang berdasarkan Etnis IDF, 2006 Negaraetnis Lingkar pinggang Asia Selatan Pria ≥ 90 cm Wanita ≥ 80 cm

2. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul

Rasio lingkar pinggang-panggul menunjukkan terjadinya akumulasi lemak pada daerah abdomen, dapat menggambarkan beberapa komplikasi metabolik seperti dislipidemia dan risiko CVD Kopelman, Caterson, dan Dietz, 2010. Gambar 3. Rasio Lingkar Pinggang-Panggul Li, 2011 Pengukuran lingkar pinggang dengan menggunakan pita pengukur pada titik tengah di antara batas bawah tulang rusuk yang dapat teraba dan bagian atas tulang panggul. Pengukuran lingkar panggul dilakukan pada titik terlebar dari bagian panggul. Perhitungan rasio lingkar pinggang-panggul dengan cara membagi hasil pengukuran lingkar pinggang cm dengan lingkar panggul cm Munawar, et al ., 2012; WHO, 2008. Pada individu pria dengan rasio lingkar pinggang-panggul ≥0,90 dan wanita dengan rasio lingkar pinggang- panggul ≥0,85 terjadi peningkatan risiko komplikasi sindrom metabolik WHO, 2008. Menurut Siezenga, Shaw, Mallat, de Koning, Nasroe, Rabelink, et al. 2011, pengukuran rasio lingkar pinggang- panggul merupakan pengukuran antropometri yang dapat digunakan sebagai prediktor gangguan kardiovaskuler.

I. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung

Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Kabupaten Temanggung berlokasi di Jalan Dr. Sutomo No. 67, Temanggung, Jawa Tengah, 56212. RSUD Kabupaten Temanggung merupakan rumah sakit umum kelas B. Rumah sakit umum kelas B merupakan rumah sakit umum yang memiliki fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang medik, delapan spesialis lainnya, dan dua subspesialis dasar. Rumah sakit umum kelas B dapat menjadi rumah sakit pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan dan standar. Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit umum pemerintah kelas A dan B yang digunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medik Kementrian Kesehatan RI, 2010; Siregar, 2003. Berdasarkan data di RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2010 hingga saat ini, diabetes melitus tipe 2 menempati peringkat pertama apabila dibandingkan dengan diabetes melitus tipe 1 dan diabetes tipe lainnya. Pasien diabetes melitus tipe 2 tercatat sebanyak 6319 pasien, dan 42 pasien diabetes melitus tipe 1, serta 3300 pasien diabetes melitus tipe lain. Penyakit diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung menempati peringkat ketiga sebagai penyakit yang banyak terjadi.

J. Landasan Teori

Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan karena kurangnya produksi insulin atau insulin tidak dapat digunakan secara efektif Joslin, 2005; Braun dan Anderson, 2007. Diabetes melitus tipe 2 merupakan bentuk penyakit diabetes yang paling umum Jafar, 2004; Joslin, 2005. Indonesia termasuk dalam 10 besar negara di dunia yang memiliki penyandang diabetes melitus terbanyak. Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung. Jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung merupakan yang terbanyak daripada diabetes melitus tipe 1 dan diabetes tipe lain. Data rekam medik di RSUD Kabupaten Temanggung menyatakan bahwa jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan. Obesitas berhubungan dengan kejadian dislipidemia. Salah satu abnormalitas yang dapat terjadi pada diabetes melitus tipe 2 yaitu dislipidemia. Penyandang diabetes melitus tipe 2 dengan obesitas sentral dapat meningkatkan lipolisis yang menyebabkan peningkatan kadar trigliserida, penurunan kadar HDL, serta peningkatan kadar LDL dan jumlah partikel small-dense LDL Klop, et al., 2013; Rai dan Jeganthan, 2012; Shah, et al., 2010. Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi makrovaskuler dan perkembangan CVD. Lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul merupakan pengukuran antropometri sebagai indikator distribusi lemak pada abdomen yang dapat mengetahui obesitas sentral. Peningkatan lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul berhubungan dengan dislipidemia dan CVD Chehrei, et al., 2007. Menurut IDF 2006, risiko dapat meningkat pada lingkar pinggang ≥90 cm pada pria dan ≥80 cm pada wanita. Menurut WHO 2008, peningkatan risiko terjadi pada rasio lingkar pinggang- panggul ≥0,90 pada pria dan ≥0,85 pada wanita. Rasio kadar LDLHDL merupakan prediktor yang lebih kuat terhadap dislipidemia dan CVD apabila dibandingkan dengan kadar LDL atau HDL saja, dan rasio kadar kolesterol totalHDL. Kriteria rasio kadar LDLHDL menurut Millán, et al . 2009, rasio kadar LDLHDL3,0 untuk pria, dan 2,5 untuk wanita menunjukkan terjadinya peningkatan risiko terhadap penyakit kardiovaskuler.

K. Hipotesis