13
Sebagai manusia pembelajar guru dan murid bersama-sama membangun dan mengembangkan kemampuannya untuk mengerti secara kritis dirinya sendiri dan
dunianya. Dalam pendidikan emansipatoris memiliki kata kunci yang selalu berkaitan dalam mewujudkan pendidikan ini.
Ada tiga kata kunci pada model pendidikan emansipatoris, yaitu humanisasi, kesadaran kritis, dan mempertanyakan sistem.
2.1.2.1 Humanisasi
Humanisasi adalah pendidikan yang memanusiakan manusia yang artinya semakin mengasah akal budi manusia dan mendidik hati nurani. Dalam proses
pembelajaran pendidikan humanisasi bertujuan untuk perubahan dan pertumbuhan dalam diri peserta didik. Maka pendidikan mempunyai tujuan yang lebih luas dari
pada sekedar perkembangan kognitif. Selaras dengan pendapat Tatang 2012:48 bahwa pendidikan humanisasi bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif,
melainkan juga sebuah prsoses yang terjadi pada diri individu dan melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Teori belajar humanisasi berasumsi bahwa
belajar adalah fungsi seluruh kepribadian suatu individu dikarenakan suatu individu merupakan pribadi yang utuh yang mempunyai kebebasan memilih untuk
menentukan kehidupannya, memiliki keinginan untuk mengetahui sesuatu, keinginan untuk bereksplorasi dan mengaimilasi pengalaman-pengalamannya.
Menurut Sastrapratedja 2010:25 Pendidikan yang manusiawi dalam proses belajar-mengajar merupakan suatu traksasi. Pengajar dan pelajar terlibat
dalam suatu proses yang kompleks: memahami kebutuhan akan belajar atau resistensi untuk belajar dan untuk berubah. Memahami apa yang terjadi dalam diri
14
peserta didik merupakan bagian dari hubungan manusiawi. Proses belajar mengajar sebagai hubungan manusiawi mempunyai implikasi yang luas bagi
hubungan pendidik dan peserta didik, peran masing-masing, metode mengajar dan belajar, perencanaan kurikulum, pembinaan kelompok, cara berkomunikasi dan
lain-lain.
2.1.2.2 Kesadaran Kritis
Dalam buku Rahmat Hidayat yang berjudul Pedagogi Kritis: Sejarah, perkembangan dan pemikiran 2013:7, Vavrus 2007 mengatakan bahwa
pedagogi kritis menawarkan untuk melihat pengajaran dan pembelajaran yang dapat membawa konsep kunci seperti ideologi, hegemoni, resistensi, kekuasaan,
kontruksi pengetahuan, kelas, politik budaya, dan emansipatoris tindakan. Dalam buku yang sama Keesing 2003 Pedagogi kritis merupakan respon pendidikan
untuk relasi kekuasan yang menindas dan terjadinya ketidak setaraan dalam lembaga pendidikan. Pedagogi kritis berfokus pada isu-isu yang berkaitan dengan
kesempatan, suara dan wacana dominan pendidikan dan mencari pengalaman pendidikan yang lebih adil dan membebaskan. Pedagogi kritis mengajak guru dan
siswa memiliki hubungan sehingga keduanya sama-sama berkembang dalam dunia nyata. Salah satu caranya yaitu setelah siswa belajar IPA tentang perubahan
lingkungan fisik di sekolah siswa bersama kelompok melakukan sebuah eksperimen bagaimana proses terjadinya perubahan lingkungan fisik dan
bagaimana cara mencegahnya. Sehingga selesai eksperimen siswa membuat sebuah kesimpulan tentang proses terjadinya perubahan lingkungan fisik dan cara
pencegahan, setelah itu siswa mencoba mengidentifikasi perubahan lingkungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
fisik secara nyata dan mendiskusikannya dalam kelompok. Kegiatan ini menjadi bagian refleksi dalam siklus Pedagogi Ignasian. Hasil dari kelompok kemudian
didialogkan di kelas. Ketika pembelajaran menyadari keberadaan dirinya dan pengalaman dirinya, disinilah pemaknaan hidup terjadi. Dalam proses kesadaran
ini pembelajar akan menemukan berbagai macam pilihan hidup, sehingga benar bahwa banyak ketidakadilan dalam hidupnya juga benar bahwa ada berbagai
macam pilihan yang jauh lebih ideal dalam hidupnya. Untuk mampu menjadi pemikir yang kritis, perlu ada dialog alam bentuk mempertanyakan sistem untuk
menemukan realitas Winarti dan Anggadewi, 2015:54. Berdasarkan defenisi diatas kesadaran kritis dapat dilakukan lewat pembelajaran secara lansung dan
nyata oleh siswa sehingga menemukan suatu pengetahuan baru.
2.1.2.3 Mempertanyakan Sistem