Metode Penyarian PENELAAHAN PUSTAKA

penstabil Reactive Oxygen Species ROS. Efek flavonoid sebagai antioksidan secara tidak langsung juga mendukung efek antiinflamasi flavonoid. Adanya radikal bebas dapat menarik berbagai mediator inflamasi, disini flavonoid dapat menstabilkan Reactive Oxygen Species ROS dengan bereaksi dengan senyawa reaktif dari radikal sehingga radikal menjadi inaktif Hidayati, 2008.

C. Metode Penyarian

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut Badan POM RI, 2005. Proses penarikan zat aktif dalam simplisia nabati atau hewani dapat dilakukan dengan metode maserasi, infundasi, dekoksi, perkolasi, maupun pemerasan simplisia segar. Pemilihan metode dan jenis penyari yang digunakan tergantung dari zat aktif yang akan disari Badan POM RI, 2013. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruangan kamar. Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada kesetimbangan Depkes RI, 2000. Prinsip ekstraksi dari metode maserasi adalah adanya gerak kinetik dari pelarut pada suhu ruangan walaupun tanpa adanya pengocokan. Pengocokan dilakukan untuk mempercepat perpindahan zat dari sel tanaman ke dalam pelarut Hamdani, 2013. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, kemudian zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986. Selama proses maserasi biasanya berkisar 2-14 hari dilakukan pengadukan atau pengocokan dan penggantian pelarut setiap hari. Pengocokan memungkinkan pelarut segar mengalir berulang-ulang masuk ke seluruh permukaan simplisia yang sudah halus. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15 -20 C dalam waktu 3 hari sampai bahan-bahan yang larut melarut Ansel, 1989. Metode maserasi digunakan untuk simplisia kering dan penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, serta tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, metanol atau pelarut lain Badan POM RI, 2013. Keuntungan dari maserasi adalah dalam pengerjaannya lebih mudah, sederhana, dan peralatannya lebih murah. Sedangkan kekurangannya adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengekstraksi bahan cukup lama, penyarian kurang sempurna, serta pelarut yang digunakan jumlahnya banyak jika harus dilakukan remaserasi Badan POM RI, 2013.

D. Kulit