Landasan Teori PENELAAHAN PUSTAKA

karena dapat menyebabkan penipisan kulit disertai dengan atrofi epidermis dan dermis, serta purpura akibat erupsi pembuluh darah kecil Kee, 1996.

L. Biocream

® Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat pembawa vehikulum dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal yang memiliki efek teraupetik, sedangkan zat pembawa adalah bagian inaktif dari sediaan topikal dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan kulit. Idealnya zat pembawa mudah dioleskan, mudah dibersihkan, dan tidak mengiritasi. Selain itu, bahan aktif harus berada di dalam zat pembawa dan kemudian mudah dilepaskan. Salah satu contoh bahan pembawa berbentuk krim yang sudah jadi, yaitu Biocream ® . Biocream ® ini bersifat ambifilik artinya berkhasiat sebagai WO atau OW Yanhendri, 2012.

M. Landasan Teori

Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap berbagai rangsangan seperti infeksi dan cedera jaringan. Ketika proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular di mana cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih leukosit, dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan di mana tubuh berusaha untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera selanjutnya mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan. Gejala terjadinya inflamasi, yaitu panas calor, kemerahan rubor, bengkak tumor, nyeri dolor, dan perubahan fungsi function laesa. Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipida menjadi asam arakhidonat. Pada saat terjadi kerusakan pada sel, maka enzim fosfolipase A 2 diaktifkan untuk membebaskan asam arakhidonat yang ada dari fosfolipid. Turunan asam arakhidonat adalah eikosanoid prostanoids dan leukotriens. Prostanoids terdiri dari zat-zat prostaglandin PG dan tromboksan TX. Leukotriens terdiri dari zat-zat leukotrien. Prostaglandin dan leukotrien bertanggung jawab bagi sebagian besar dari gejala peradangan. Pendekatan dari ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ugbabe, dkk., 2010 melaporkan bahwa kandungan fitokimia dari ekstrak daun C.cujete menunjukkan adanya kandungan fenolik, saponin, tanin, terpenoid dan flavonoid. Flavonoid berfungsi sebagai antiinflamasi dengan cara menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase. Senyawa aktif dari ekstrak daun C.cujete yang bersifat sebagai antiinflamasi menurut penelitian Parvin, dkk., 2015 adalah fenolik, tanin, dan flavonoid. Senyawa aktif ini bertindak sebagai antiinflamasi dengan menghambat pelepasan enzim fosfolipase A 2 sehingga menghambat sintesis prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi. Penelitian yang dilakukan oleh Das, dkk., 2014 melaporkan bahwa ekstrak etanol dari daun C.cujete ditemukan adanya kandungan fitokimia berupa steroid, saponin, tanin, glikosida, terpenoid, dan flavonoid yang memperlihatkan adanya aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH. Adanya aktivitas penangkapan radikal bebas terhadap DPPH inilah yang menyebabkan peradangan dapat dihambat sehingga kandungan yang terdapat pada C.cujete diduga memiliki aktifitas antiinflamasi. Pengujian efek antiinflamasi dari ekstrak etanol daun C.cujete dilakukan dengan menggunakan metode inflammation-assosiated edema Vetriselvan, 2013 yaitu dengan mengukur edema dari tebal lipat kulit punggung mencit terinduksi karagenin yang terjadi setiap jam selama 6 jam. Apabila terjadi penurunan edema setiap jamnya selama 6 jam setelah pemberian perlakuan maka menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Crescentia cujete memiliki efek antiinflamasi topikal.

N. Hipotesis