Obat Anti Inflamasi Mekanisme Obat Antiinflamasi

permeabilitas, sedangkan LTB 4 khusus disintesis di makrofag dan neutrofil alveolar dan bekerja kemotaktis yaitu menstimulasi migrasi leukosit dengan jalan meningkatkan mobilitas dan fungsinya. Dengan adanya leukotrien ini, sejumlah besar leukosit akan menginvasi daerah peradangan dan mengakibatkan gejala radang juga Tjay dan Rahardja, 2002. Lipoksin juga termasuk hasil dari jalur lipoksigenase yang disintesis menggunakan jalur transeluler. Lipoksin A 4 dan B 4 LXA 4 dan LXB 4 dihasilkan oleh kerja 12-lipooksigenase trombosit pada trombosit LTA 4 , yang berasal dari neutrofil. Lipoksin menghambat kemotaktis neutrofil dan perlekatannya pada endotel Kumar, 2005. Jadi, lipoksin beraksi pada reseptor spesifik pada polimorf untuk menentang aksi LTB 4 untuk menyampaikan semacam sinyal untuk menghentikan beberapa aspek peradangan Rang, 2003. Aksi lipoksin sebagai antiinflamasi yaitu LXA 4 dan LXB 4 berfungsi sebagai vasodilatasi, menghambat kemotaksis neutrofil, dan merangsang perlekatan monosit Kumar, 2005.

F. Obat Anti Inflamasi

Terapi pasien dengan peradangan melibatkan dua sasaran utama, pertama, meredakan gejala dan mempertahankan fungsi, yang biasanya merupakan keluhan utama pasien; dan kedua, memperlambat atau menghentikan proses yang merusak jaringan Katzung, 2012. Antiinflamasi bekerja dengan mengikat enzim siklooksigenase COX dan lipoksigenase sehingga menghambat sintesis prostaglandin dan leukotrin. Adanya penghambatan tersebut dapat menyebabkan peningkatan stabilitas sel, menurunkan permeabilitas membran yang dapat mengurangi edema, serta rasa nyeri menjadi lebih berkurang Priyanto, 2010. Berdasarkan cara kerjanya, terdapat dua golongan senyawa yang banyak digunakan sebagai anti inflamasi yaitu kortikosteroid dan obat anti inflamasi non steroid OAINS Neal, 2005.

G. Mekanisme Obat Antiinflamasi

1. Kortikosteroid Kortikosteroid merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal yang pembuatan bahan sintetik analognya telah berkembang dengan pesat. Efek utama penggunaan kortikosteroid secara topikal pada epidermis dan dermis ialah efek vasokonstriksi, efek antiinflamasi, dan efek antimitosis Ardhie, 2004. Kortikosteroid menekan semua fase respons inflamasi, termasuk pembengkakan dini, kemerahan, nyeri, dan selanjutnya perubahan proliferatif yang tampak pada inflamasi kronis. Kortikosteroid menghambat pembentukan mediator proinflamasi, seperti prostaglandin, leukotrien, dan platelet activating faktor PAF. Golongan obat ini menghambat fosfolipase A 2 , enzim yang bertanggung jawab atas pembebasan asam arakhidonat dari fosfolipid sehingga dapat mengurangi peradangan yang terjadi Neal, 2005. Efek antiinflamasi kortikosteroid mempengaruhi berbagai sel imunokompeten seperti sel T, makrofag, sel dendritik, eosinofil, neutrofil, dan sel mast, yaitu dengan menyebabkan apoptosis berbagai sel tersebut Sitompul, 2011. Kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid Neal, 2005. Glukokortikoid GK berdifusi pasif dan berikatan dengan reseptor glukokortikoid RG di sitosol. Ikatan GK-RG mengakibatkan translokasi kompleks tersebut ke inti sel untuk berikatan dengan sekuens DNA spesifik, yaitu glucocorticoid response elements GRE. Ikatan GK-RG dengan DNA mengakibatkan aktivasi atau supresi proses transkripsi. Mekanisme GK terjadi melalui aktivasi endothelial nitric oxide synthetase eNOS yang menyebabkan lebih banyak pelepasan nitric oxide NO, suatu mediator anti-inflamasi Sitompul,2011. Kelebihan kortikosteroid dibandingkan OAINS yaitu mampu menghambat fosfolipase, sehingga mampu menghambat pembentukan baik dari prostaglandin maupun leukotrien sehingga mampu menekan gejala yang ditimbulkan dari peradangan lebih baik. Akan tetapi, apabila kortikosteroid digunakan pada dosis tinggi dan penggunaan yang lama akan menimbulkan efek samping yang lebih berbahaya dibandingkan NSAID Tjay dan Rahardja, 2002. 2. Obat Anti Inflamasi Non Steroid OAINS Obat-obat anti inflamasi nonsteroid OAINS merupakan suatu grup obat yang secara kimiawi tidak sama, yang berbeda aktivitas antipiretik, analgesik, dan antiinflamasinya. Obat-obat ini bekerja dengan jalan menghambat enzim siklo- oksigenase tetapi tidak enzim lipoksigenase Mycek, 2001. Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu Ganiswarna, 1995. Pada inflamasi, prostaglandin berperan dalam menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas vaskular. Akan tetapi, inhibisi sintesis prostaglandin oleh OAINS mengurangi inflamasi daripada menghilangkannya karena obat ini tidak menghambat mediator inflamasi lainnya. Sayangnya, inhibisi sintesis prostaglandin dalam mukosa gaster sering menyebabkan gangguan gastrointestinal dispepsia, mual, gastritis. Efek samping yang paling serius adalah perdarahan gastrointestinal dan perforasi Neal, 2005. Contoh obat antiinflamasi nonsteroid OAINS adalah derivat asam salisilat aspirin, derivat asam propionat ibuprofen, naproksen, lainnya diklofenak, indometasin, nabumeton, fenilbutazon, dan inhibitor COX-2 selektif etoricoxib, celecoxib, dan valdecoxib. COX terdapat pada jaringan sebagai suatu isoform konstitutif COX-1, tetapi sitokin pada lokasi inflamasi menstimulasi induksi isoform kedua COX-2. Inhibisi COX-2 diduga bertanggung jawab untuk efek antiinflamasi OAINS, sementara inhibisi COX-1 bertanggung jawab untuk toksisitas gastrointestinalnya. Inhibitor COX-2 adalah OAINS yang paling banyak digunakan karena selektif untuk COX-1 dan inhibitor COX-2 selektif., sehingga insidensi perforasi gaster, obstruksi, dan pendarahan lambung berkurang paling tidak sebanyak 50 Neal, 2005. Mekanisme kerja dari antiinflamasi steroid dan nonsteroid dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 3. Mekanisme kortikosteroid dan antiinflamasi nonsteroid sebagai antiinflamasi Tjay dan Rahardja, 2002.

H. Metode Pengujian Antiinflamasi