berakar di antara kelompok penduduk. Dimulai sejak dilahirkan, untuk beberapa tahun makanan anak-anak tergantung pada orang lain. Bersamaan dengan pangan
yang disajikan dan diterima, langsung atau tak langsung anak-anak menerima pula informasi yang berkembang menjadi perasaan, sikap dan tingkah laku dan kebiasan
yang berkaitan dengan pangan. Kebiasaan makan yang terbentuk selama masa kanak-kanak akan bertahan
sampai dewasa. Anak-anak lebih memilih makanan yang sebelumnya mereka telah kenal. Pilihan makanan anak-anak juga dipengaruhi oleh faktor individu, sosial dan
budaya. Hal ini sejalan dengan pendapat Shi, Lien, Kumar, dan Ottesen 2005, bahwa kebiasaan makan dipengaruhi beberapa faktor selain faktor endogen individu
si anak, tetapi juga oleh karena lingkungan. Termasuk makanan yang tersedia untuk anak-anak di dalam dan luar rumah dan juga perilaku makan contoh seperti pengasuh
terutama orang tua. Lingkungan adalah penting dalam pembentukan kebiasaan makanan sehat.
Makan dengan keluarga menguntungkan bagi kebisaan makan sehat. Orang tua adalah pengambil keputusan utama tentang makanan dan masakan dalam keluarga.
Dengan demikian pendidikan gizi bagi orang tua harus diberikan prioritas Dynesen, Haraldsdottir, Holm, dan Astrup, 2003.
2.3. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi dan pengalaman.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya, ataupun pengetahuan diperoleh
langsung melalui catatan-catatan buku-buku, kepustakaan. Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu. Makin sering kita menghadapi
tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman kita dalam praktek, maka semakin besar persiapan kita dimodifikasi dengan realita baru di dalam lingkungan
Jalaluddin dan Abdullah, 2002. Pengetahuan gizi seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi konsumsi pangan dan status gizinya. Demikian juga
pada ibu yang mempunyai pengetahuan tentang kebutuhan tubuh akan gizi, ia akan dapat menentukan jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi balitanya.
Pengetahuan gizi seseorang didukung oleh latar belakang pendidikannya. Rendahnya pendidikan menyebabkan berbagai keterbatasan dalam menerima
informasi dan penanganan masalah gizi dan kesehatan, sekalipun di daerah tempat tinggalnya banyak tersedia bahan makanan , serta pelayanan kesehatan yang
memadai, yang dapat menyampaikan informasi tentang bagaimana mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi Ginting, 2002 dalam Cyntia, 2008. Ibu memiliki
peran besar dalam keluarga. Ibu-ibu di Indonesia bertanggungjawab dalam belanja pangan, mengatur menu keluarga, mendistribusikan makanan, dan berperan langsung
dalam pemeliharaan anak. Pengetahuan gizi ibu akan sangat berpengaruh terhadap keadaan gizi keluarga Suhardjo, 2005.
Pengetahuan ibu tentang bahan makanan yang bergizi masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya
Universitas Sumatera Utara
dapat mengenyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan gizi energi dan zat gizi masyarakat dan anggota keluarga
tidak tercukupi Herlianty, 2001 dalam Cyintia, 2008. Menurut Suhardjo dkk, 2003, suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan
pada tiga kenyataan : 1 Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.
2 Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal,
pemeliharaan dan energi. 3 Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar
menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.
2.4. Overweight dan Obesitas