Pengetahuan Gizi Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D

berakar di antara kelompok penduduk. Dimulai sejak dilahirkan, untuk beberapa tahun makanan anak-anak tergantung pada orang lain. Bersamaan dengan pangan yang disajikan dan diterima, langsung atau tak langsung anak-anak menerima pula informasi yang berkembang menjadi perasaan, sikap dan tingkah laku dan kebiasan yang berkaitan dengan pangan. Kebiasaan makan yang terbentuk selama masa kanak-kanak akan bertahan sampai dewasa. Anak-anak lebih memilih makanan yang sebelumnya mereka telah kenal. Pilihan makanan anak-anak juga dipengaruhi oleh faktor individu, sosial dan budaya. Hal ini sejalan dengan pendapat Shi, Lien, Kumar, dan Ottesen 2005, bahwa kebiasaan makan dipengaruhi beberapa faktor selain faktor endogen individu si anak, tetapi juga oleh karena lingkungan. Termasuk makanan yang tersedia untuk anak-anak di dalam dan luar rumah dan juga perilaku makan contoh seperti pengasuh terutama orang tua. Lingkungan adalah penting dalam pembentukan kebiasaan makanan sehat. Makan dengan keluarga menguntungkan bagi kebisaan makan sehat. Orang tua adalah pengambil keputusan utama tentang makanan dan masakan dalam keluarga. Dengan demikian pendidikan gizi bagi orang tua harus diberikan prioritas Dynesen, Haraldsdottir, Holm, dan Astrup, 2003.

2.3. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi dan pengalaman. Universitas Sumatera Utara Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya, ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui catatan-catatan buku-buku, kepustakaan. Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu. Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman kita dalam praktek, maka semakin besar persiapan kita dimodifikasi dengan realita baru di dalam lingkungan Jalaluddin dan Abdullah, 2002. Pengetahuan gizi seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi konsumsi pangan dan status gizinya. Demikian juga pada ibu yang mempunyai pengetahuan tentang kebutuhan tubuh akan gizi, ia akan dapat menentukan jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi balitanya. Pengetahuan gizi seseorang didukung oleh latar belakang pendidikannya. Rendahnya pendidikan menyebabkan berbagai keterbatasan dalam menerima informasi dan penanganan masalah gizi dan kesehatan, sekalipun di daerah tempat tinggalnya banyak tersedia bahan makanan , serta pelayanan kesehatan yang memadai, yang dapat menyampaikan informasi tentang bagaimana mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi Ginting, 2002 dalam Cyntia, 2008. Ibu memiliki peran besar dalam keluarga. Ibu-ibu di Indonesia bertanggungjawab dalam belanja pangan, mengatur menu keluarga, mendistribusikan makanan, dan berperan langsung dalam pemeliharaan anak. Pengetahuan gizi ibu akan sangat berpengaruh terhadap keadaan gizi keluarga Suhardjo, 2005. Pengetahuan ibu tentang bahan makanan yang bergizi masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya Universitas Sumatera Utara dapat mengenyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan gizi energi dan zat gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi Herlianty, 2001 dalam Cyintia, 2008. Menurut Suhardjo dkk, 2003, suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan : 1 Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2 Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi. 3 Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.

2.4. Overweight dan Obesitas