Pengaruh Penyuluhan Gizi pada Ibu Terhadap Penurunan Berat Badan Balita Overweight dan Obesitas di Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2013

(1)

PENGARUH PENYULUHAN GIZI PADA IBU TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN BALITA OVERWEIGHT DAN OBESITAS

DI KECAMATAN SIANTAR SITALASARI KOTA PEMATANG SIANTAR

TAHUN 2013

TESIS

Oleh

ELFRIDA L. SIHOTANG 117032092/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASAYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF EXTENSION ON NUTRITION TO THE MOTHERS ON REDUCING BODY WEIGHT OF OVERWEIGHT AND OBESITY

CHILD UNDER FIVE YEARS OLD IN SIANTAR SITALASARI SUBDISTRICT PEMATANGSIANTAR CITY

IN 2013 THESIS

BY

ELFRIDA L. SIHOTANG 117032092/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

3

PENGARUH PENYULUHAN GIZI PADA IBU TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN BALITA OVERWEIGHT DAN OBESITAS

DI KECAMATAN SIANTAR SITALASARI KOTA PEMATANG SIANTAR

TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ELFRIDA L.SIHOTANG 117032092/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH PENYULUHAN GIZI PADA IBU TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN BALITA OVERWEIGHT DAN OBESITAS DI KECAMATAN SITALASARI KOTA

PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013 Nama Mahasiswa : Elfrida L. Sihotang

Nomor Induk Mahasiswa : 117032092

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes) (Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes) Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

5

Telah Diuji

pada Tanggal : 28 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes

Anggota : 1. Ernawati Nasution, S.K.M., M.Kes 2. Dra. Jumirah, Apt., M.Kes


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH PENYULUHAN GIZI PADA IBU TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN BALITA OVERWEIGHT DAN OBESITAS

DI KECAMATAN SIANTAR SITALASARI KOTA PEMATANG SIANTAR

TAHUN 2013

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2013

Elfrida L. Sihotang 117032092/IKM


(7)

7

ABSTRAK

Overweight dan obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan epidemi global, sehingga obesitas menjadi problem kesehatan yang harus ditangani. Sejak tahun 1970 hingga sekarang kejadian obesitas meningkat 2 (dua) kali lipat pada usia 2 – 5 tahun.Perkiraan dari 210 juta penduduk Indonesia tahun 2010, ditemukan jumlah penduduk yang overweight mencapai 76,7 juta ( 17,5% ) dan obesitas berjumlah lebih dari 9,8 juta (4,7%). Laporan hasil penimbangan balita di Kota Pematangsiantar pada tahun 2012 distribusi jumlah balita yang mengalami Overweight dan obesitas terbanyak terdapat di Kelurahan Bahkapul yaitu sebanyak 47 (9,3%) balita. Agar tidak terjadi peningkatan angka balita overweight dan obesitas maka perlu dilakukan upaya penurunan berat badan balita overweight dan obesitas.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh penyuluhan gizi pada ibu terhadap penurunan berat badan balita Overweight dan obesitas di Kelurahan Bahkapul Kota Pematangsiantar tahun 2013.Jenis penelitian ini adalah pre eksperimental dengan rancangan One Group Pre-test_Post-test design. Populasi adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang Overweight dan Obesitas (Index antropometri : Z-score >+2 dan Z-score >+3) di Kecamatan Siantar Sitalasari Kelurahan Bahkapul kota Pematang Siantar yang berjumlah 47 (empat puluh tujuh) orang. Alat pengumpulan data adalah kuesioner. Uji yang digunakan adalah paired t-test yang dinyatakan secara statistik bermakna bila nilai p<0.05.

Hasil peneltian menunjukkan bahwa penyuluhan gizi meningkatkan pengetahuan ibu(sebelum dan sesudah intervensi yaitu dari 6,74 menjadi 14,19 dengan nilai p=0.000) dan menurunkan berat badan balita overweight dan obesitas (sebelum dan sesudah penyuluhan yaitu dari 18.6617 menjadi 18.2277 dengan nilai

p=0.000).

Diharapkan Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar membuat penyuluhan tentang gizi lebih sebagai salah satu program promosi kesehatan dalam penurunan penderita balita overweight dan obesitas.


(8)

ABSTRACT

Overweight and obesity become the health problem all over the world and even WHO stated that obesity has been a global epidemic that obesity the health problem which needs to be handled. Since 1970 , the incident of obesity has doubled in the children of 2 – 5 years of age. It is estimated that of 210 millions population of Indonesia in 2010, the overweight population reached 76.7 millions (17.5%) and 9.8 millions (4.7%) experienced obesity. The report of the result of weighing children under five years old conducted in Pematangsiantar City in 2012 showed that 47 (9.3%) children under five years old with overweight and obesity were found in Bahkapul Urban Village. To prevent the increase of the number of child under five years old with overweight and obesity, an attempt to reduce overweight and obesity in the child under five years old needs to be implemented.

The purpose of this pre-experimental study with one group pre-test post-test design was to analyze the influence of extension on nutrition to the mothers on reducing body weight of overweight and obesity child under five years old in Bahkapul Urban Village, Siantar Sitalasari Subdistrict Pematangsiantar City in 2013. The population of this study was all of 47 mothers living in Bahkapul Urban Village, Siantar Sitalasari Subdistrict Pematangsiantar City, having child under five years old with overweight and obesity. The data for this study were obtained through questionnaire distribution. The data obtained were analyzed through paired t-test which is statistically stated being significant if the value of p<0.05.

The result of this study showed that extension on nutrition increased the knowledge of mothers (before and after intervention from 6.74 to 14.19 with p = 0.000) and reduced the body weight of the child under five years old developing overweight and obesity (before and after the extension from 18.6617 to 18.2277 with p = 0.000).

The management of Pematangsiantar Municipal Health Service is expected to provide an extension on over nutrition as one of the health promotion programs in reducing the number of child under five years old with overweight and obesity.


(9)

9

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul: “Pengaruh Penyuluhan Gizi pada Ibu terhadap Penurunan Berat Badan Balita Overweight dan Obesitas di Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematangsiantar Tahun 2013.”

Penulis menyadari penulisan tesis ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Ketua Komisi Pembimbing yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya penulisan tesis ini.

5. Ernawati Nasution, S.K.M., M.Kes selaku Pembimbing Kedua yang telah meluangkan waktu dan memberi motivasi, bimbingan, arahan, petunjuk hingga selesainya penulisan tesis ini.


(10)

6. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes dan Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D selaku Tim Penguji yang telah banyak memberikan masukan berupa saran dan kritikan demi peningkatan kualitas dan esensi tesis ini.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Kepala Puskesmas Bahkapul Kota Pematangsiantar beserta jajarannya yang telah memberikan izin penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Terlebih buat ibu KTU Puskesmas Bahkapul Nora Simanjuntak AMG yang sudah

banyak membantu peneliti menyelesaikan penelitian di lokasi penelitian. 9. Suami tercinta T. Hotlion Sihombing, SSi yang senantiasa memberikan inspirasi,

spirit serta curahan kasih sayang yang tiada mampu untuk dilukiskan dengan kata-kata. Juga untuk anakku tersayang Eureeka Putri Otliel Sihombing ,Earlene Putri Otliel Sihombing dan Tyaga Putra Otliel Sihombing. yang telah banyak memberikan dukungan Doa kepada penulis serta seluruh keluarga tercinta yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan, semangat dan Doa pada penulis terutama dalam penyusunan tesis ini.

10.Seluruh teman-teman mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya minat studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat yang telah memberikan semangat dan keindahan persahabatan.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan moril kepada penulis.


(11)

11

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Demi kesempurnaa tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Medan, Oktober 2013 Penulis

Elfrida L. Sihotang 117032092/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Elfrida L. Sihotang, jenis kelamin perempuan, berumur 38 tahun, lahir tanggal 10 Oktober 1975. Penulis beragama Kristen, tinggal di Jln. Melanthon Siregar Gg. Cemara No 44 Pematangsiantar. Penulis merupakan anak pasangan dari KM Sihotang dan HR br Sinaga.

Jenjang pendidikan formal penulis mulai di SD Negeri Siantar tamat pada tahun 1987. Pada tahun 1990, penulis menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri Siantar. Pada tahun 1993, penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 4 Pematangsiantar. Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan pendidikan S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dan pada tahun 2011-2013 penulis menempuh pendidikan S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis mulai bekerja sebagai PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2003-2010. Tahun 2011 sampai dengan saat ini, penulis bekerja di Dinas Kesehatan Pematangsiantar.


(13)

13

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Hipotesis ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Konsep Dasar Status Gizi ... 8

2.1.1. Status Gizi ... 8

2.1.2. Metode Penilaian Status Gizi ... 8

2.1.3. Pengukuran Status Gizi Anak ... 11

2.2. Pola Konsumsi Pangan... 15

2.3. Pengetahuan Gizi ... 17

2.4. Overweight dan Obesitas ... 19

2.5. Pengukuran Berat Badan Balita ... 22

2.6. Penatalaksanaan Penurunan Berat Badan pada Anak Obesitas .. 23

2.7. Prinsip Diit pada Balita Gizi Lebih... 26

2.8. Penyuluhan Gizi ... 27

2.8.1. Metode Penyuluhan ... 30

2.8.2. Metode Ceramah ... 32

2.9. Landasan Teori ... 33

2.10. Kerangka Konsep... 35

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Jenis Penelitian ... 36

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.3. Populasi dan Sampel ... 36


(14)

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 37

3.4.1. Jenis Data ... 37

3.4.2. Pelaksanaan Pengumulan Data ... 38

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 40

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 41

3.5.1. Variabel Independen ... 42

3.5.2. Variabel Dependen ... 42

3.6. Aspek Pengukuran ... 42

3.7. Metode Analisis Data ... 43

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 45

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 45

4.2. Karakteristik Ibu Balita ... 45

4.3. Karakteristik Balita ... 46

4.4. Pegetahuan Ibu setelah Adanya Intervensi Penyuluhan ... 48

4.5. Berat Badan Balita Overweight dan Obesitas setelah Adanya Intervensi Penyuluhan ... 51

BAB 5. PEMBAHASAN ... 53

5.1. Pengetahuan Ibu Balita Overweight dan Obesitas sebelum dan sesudah Intervensi Penyuluhan Gizi ... 53

5.2. Pengaruh Penyuluhan Gizi pada Ibu Balita Overweight dan Obesitas terhadap Penurunan Berat Badan Balita Overweight dan Obesitas ... 55

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

6.1 Kesimpulan ... 56

6.2 Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN


(15)

15

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita)... 15 2.2. Klasifikasi Indeks Antropometri WHO 2005 menurut BB/TB ... 23 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan ... 41 4.1. Karakteristik Ibu Balita Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan di

Kelurahan Bahkapul Tahun 2013 ... 46 4.2. Distribusi Balita Overweight dan Obesitas Berdasarkan Jenis Kelamin

dan Usia di Kelurahan Bahkapul tahun 2013 ... 46 4.3. Distribusi Balita Gizi Lebih menurut Umur di Kelurahan Bahkapul

Kota Pematangsiantar Tahun 2013 ... 47 4.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Balita Overweight dan Obesitas

sebelum dan sesudah Penyuluhan di Kelurahan Bahkapul Kota Pematangsiantar Tahun 2013 ... 48 4.5. Distribusi Ibu Balita Overweight dan Obesitas berdasarkan Indikator

Pengetahuan sebelum Intervensi Penyuluhan Gizi di Kelurahan Bahkapul Kota Pematangsiantar Tahun 2013 ... 49 4.6. Perbedaan Pengetahuan Ibu Balita Overweight dan Obesitas sebelum

dan sesudah Penyuluhan di Kelurahan Bahkapul Kota Pematangsiantar Tahun 2013 ... 50 4.7. Distribusi Berat Badan Balita Overweight dan Obesitas sebelum dan

sesudah Penyuluhan Gizi pada Ibu Balita Overweight dan Obesitas berdasarkan Z-Score di Kelurahan Bahkapul Tahun 2013 ... 51 4.8. Perbedaan Berat Badan Balita Overweight dan Obesitas sebelum dan

sesudah Penyuluhan Gizi pada Ibu Balita Overweight dan Obesitas di Kelurahan Bahkapul Tahun 2013 ... 52


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 35 3.1 Alur Penelitian ... 39


(17)

17

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 61

2. SAP (Satuan Acara Penyuluhan) ... 66

3. Master Data Uji Valitas dan Reliabilitas Pengetahuan Ibu ... 75

4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 76

5. Master Data Penelitian ... 79


(18)

ABSTRAK

Overweight dan obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan epidemi global, sehingga obesitas menjadi problem kesehatan yang harus ditangani. Sejak tahun 1970 hingga sekarang kejadian obesitas meningkat 2 (dua) kali lipat pada usia 2 – 5 tahun.Perkiraan dari 210 juta penduduk Indonesia tahun 2010, ditemukan jumlah penduduk yang overweight mencapai 76,7 juta ( 17,5% ) dan obesitas berjumlah lebih dari 9,8 juta (4,7%). Laporan hasil penimbangan balita di Kota Pematangsiantar pada tahun 2012 distribusi jumlah balita yang mengalami Overweight dan obesitas terbanyak terdapat di Kelurahan Bahkapul yaitu sebanyak 47 (9,3%) balita. Agar tidak terjadi peningkatan angka balita overweight dan obesitas maka perlu dilakukan upaya penurunan berat badan balita overweight dan obesitas.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh penyuluhan gizi pada ibu terhadap penurunan berat badan balita Overweight dan obesitas di Kelurahan Bahkapul Kota Pematangsiantar tahun 2013.Jenis penelitian ini adalah pre eksperimental dengan rancangan One Group Pre-test_Post-test design. Populasi adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang Overweight dan Obesitas (Index antropometri : Z-score >+2 dan Z-score >+3) di Kecamatan Siantar Sitalasari Kelurahan Bahkapul kota Pematang Siantar yang berjumlah 47 (empat puluh tujuh) orang. Alat pengumpulan data adalah kuesioner. Uji yang digunakan adalah paired t-test yang dinyatakan secara statistik bermakna bila nilai p<0.05.

Hasil peneltian menunjukkan bahwa penyuluhan gizi meningkatkan pengetahuan ibu(sebelum dan sesudah intervensi yaitu dari 6,74 menjadi 14,19 dengan nilai p=0.000) dan menurunkan berat badan balita overweight dan obesitas (sebelum dan sesudah penyuluhan yaitu dari 18.6617 menjadi 18.2277 dengan nilai

p=0.000).

Diharapkan Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar membuat penyuluhan tentang gizi lebih sebagai salah satu program promosi kesehatan dalam penurunan penderita balita overweight dan obesitas.


(19)

8

ABSTRACT

Overweight and obesity become the health problem all over the world and even WHO stated that obesity has been a global epidemic that obesity the health problem which needs to be handled. Since 1970 , the incident of obesity has doubled in the children of 2 – 5 years of age. It is estimated that of 210 millions population of Indonesia in 2010, the overweight population reached 76.7 millions (17.5%) and 9.8 millions (4.7%) experienced obesity. The report of the result of weighing children under five years old conducted in Pematangsiantar City in 2012 showed that 47 (9.3%) children under five years old with overweight and obesity were found in Bahkapul Urban Village. To prevent the increase of the number of child under five years old with overweight and obesity, an attempt to reduce overweight and obesity in the child under five years old needs to be implemented.

The purpose of this pre-experimental study with one group pre-test post-test design was to analyze the influence of extension on nutrition to the mothers on reducing body weight of overweight and obesity child under five years old in Bahkapul Urban Village, Siantar Sitalasari Subdistrict Pematangsiantar City in 2013. The population of this study was all of 47 mothers living in Bahkapul Urban Village, Siantar Sitalasari Subdistrict Pematangsiantar City, having child under five years old with overweight and obesity. The data for this study were obtained through questionnaire distribution. The data obtained were analyzed through paired t-test which is statistically stated being significant if the value of p<0.05.

The result of this study showed that extension on nutrition increased the knowledge of mothers (before and after intervention from 6.74 to 14.19 with p = 0.000) and reduced the body weight of the child under five years old developing overweight and obesity (before and after the extension from 18.6617 to 18.2277 with p = 0.000).

The management of Pematangsiantar Municipal Health Service is expected to provide an extension on over nutrition as one of the health promotion programs in reducing the number of child under five years old with overweight and obesity.


(20)

Obesitas adalah penyakit multifaktorial yang diduga karena adanya interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan yang berlebih. Obesitas tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga dapat terjadi pada bayi yang dapat disebabkan oleh karena pemberian makanan yang terlalu dini (Nugraha, 2009).

Banyak orang beranggapan bahwa obesitas sering memiliki makna sama dengan kegemukan (overweight), padahal kedua makna kata di atas berbeda. obesitas memiliki arti kelebihan berat badan (BB) jauh melebihi berat yang diinginkan, sementara overweight (kelebihan berat badan) adalah keadaan dimana BB seseorang melebihi BB normal.

Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan epidemi global, sehingga obesitas sudah menjadi problem kesehatan yang harus segera ditangani (Hidayati, dkk 2006). Kelebihan Berat Badan pada Balita dapat menetap hingga dewasa dan berpotensi mengakibatkan berbagai penyakit antara lain peningkatan resiko penyakit jantung, masalah pernapasan, masalah tidur, tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2.

Selain disebabkan oleh karena masalah genetik, lingkungan, aktifitas fisik, gizi tidak seimbang, faktor genetik atau keturunan sebagian besar penyebab gizi


(21)

2

lebih diduga oleh karena terjadinya intervensi dan modifikasi gaya hidup (lifestyle).

Pada beberapa suku di Indonesia obesitas justru merupakan suatu simbol kemakmuran dan status sosial yang tinggi.

Obesitas dan kegemukan sekarang ini sudah menjadi salah satu masalah kesehatan dunia. WHO menyatakan bahwa obesitas atau kegemukan kini bukan lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang lazim ditemukan di negara-negara maju tapi telah merambah ke negara-negara berkembang (Arisman, 2010).

Sejak tahun 1970 hingga sekarang kejadian obesitas meningkat 2 (dua) kali lipat pada usia 2 - 5 tahun. Di Amerika 26,7 persen anak uisa 2 - 5 tahun tergolong obesitas. Prevalensi obesitas pada anak di New York sebesar 17,8-19,9%. Prevalensi obesitas pada anak dan remaja usia 6 - 18 tahun di Bangkok sebesar 14,3% (Arisman 2010). Perkiraan dari 210 juta penduduk Indonesia tahun 2010, ditemukan jumlah penduduk yang overweight mencapai 76.7 juta (17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta (4.7%) yang ditemukan di Puskesmas maupun di Rumah sakit.

Menurut data dari American Heart Association (AHA) pada tahun 2011, terdapat 12 juta (16,3%) anak di Amerika yang berumur 2 - 19 tahun sebagai penyandang obese . Sekitar satu pertiga (32,9%) atau 72 juta orang dewasa warga negara Amerika Serikat adalah obesitass. Sedangkan di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%)


(22)

Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010, prevalensi kegemukan pada anak balita secara nasional sebanyak 14 persen. Terjadi peningkatan dibanding hasil riset serupa tahun 2007, yakni 12,2 persen, prevalensi itu berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Prevalensi balita gemuk paling tinggi terjadi di DKI Jakarta yaitu 19,6%. Provinsi lain yang tinggi prevalensi balita gemuknya antara lain Sumatera Utara sebesar 18,3%, Bali 17,5%, Jawa Timur 17,1%, Sumatera Selatan 16,8% dan Lampung 16,4%.

Laporan hasil penimbangan balita di Kota Pematangsiantar pada tahun 2012 menunjukkan dari 27 (dua puluh tujuh) Puskesmas yang ada di Kota Pematang Siantar terdapat 14.678 balita. Dari jumlah tersebut diperoleh 58 (0,39%) balita mengalami gizi lebih. Distribusi jumlah balita yang mengalami gizi lebih terbanyak terdapat di Kecamatan Siantar Sitalasari kelurahan Bahkapul yaitu sebanyak 47 (0.32 %) balita yang ada di Kota Pematangsiantar atau dari 504 balita yang ada di Kelurahan Bahkapul ada 47 (9,3%) balita gizi lebih dengan kriteria Gemuk (Z-score > +2 SD s/d ≤ +3 SD) dan Sangat gemuk (Z-score >+3 SD)

Kelebihan berat badan pada balita dapat menetap hingga dewasa dan berpotensi mengakibatkan berbagai penyakit. Pendidikan tentang gizi dan pengaturan pola makan, merupakan salah satu upaya untuk menanggulangi kelebihan berat badan. Penelitian Widhayati ( 2009 ) mengatakan bahwa pendidikan gizi melalui penyuluhan kelompok maupun individu memberikan efek dapat menurunkan persentil IMT.


(23)

4

Wawancara yang dilakukan peneliti pada kader Posyandu menyebutkan bahwa pemberian informasi tentang gizi lebih, memang kurang dilaksanakan. Mereka lebih cenderung memberikan penyuluhan tentang gizi kurang dan evaluasi tentang angka gizi lebih pada balita kurang menjadi perhatian analisis mereka. Para kader juga menyebutkan bahwa perhatian yang kurang pada balita yang memiliki berat badan lebih sebenarnya disebabkan oleh karena fokus perhatian pada balita yang kurang gizi juga belum dapat terselesaikan dengan baik.

Hasil wawancara yang dilakukan pada 7 orang ibu balita yang kegemukan pada bulan Oktober 2012, menyatakan bahwa mereka hampir tidak pernah mendapat informasi tentang obesitas atau kegemukan dari para kader yang ada di Posyandu. Bahkan mereka menganggap bahwa pertambahan berat badan balita mereka adalah suatu cermin keberhasilan mereka dalam merawat bayinya. Para ibu kurang menyadari bahwa overweight dan obesitas dapat memberi dampak kepada penyakit yang akan diderita anaknya. Para ibu juga tidak terlalu memperhatikan besarnya jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal pemberian makanan yang diberikan pada balita mereka, ibu-ibu tersebut juga jarang mengajak balita mereka bermain atau melakukan banyak aktivitas, kebanyakan dari balita mereka hanya menonton televisi di rumah dengan ibunya.

Melihat kenyataan ini sebenarnya perlu adanya kebijakan program penanganan gizi balita yang terkait dengan kelebihan berat badan di daerah ini. Diperlukan ketanggapan dari para kader tentang jumlah balita yang memiliki berat


(24)

dan juga jajarannya sangat diharapkan dalam mencegah semakin meningkatnya jumlah balita yang memiliki berat badan overweight dan obesitas. Disebutkan oleh salah seorang petugas Dinas kesehatan Kota Pematang Siantar bahwa sebenarnya program pemantauan gizi balita sudah dilaksanakan namun belum terlaksana secara optimal. Hal ini menyebabkan angka balita yang kegemukan terus meningkat. Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah melalui perbaikan gizi yang diberikan sejak dini pada anak, di samping peningkatan aktifitas fisik dan modifikasi pola hidup. Dengan demikian edukasi terhadap orang tua mengenai hal ini sangat diperlukan.

Penanggulangan obesitas pada anak sebaiknya dilakukan secara terapadu antara orangtua dan petugas kesehatan . Peran serta orang tua memegang peranan penting dalam penanganan anak obesitas. Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum anak menjadi obesitas karena pencegahan lebih mudah daripada pengobatan. Pencegahan harus dimulai sejak dini dengan menerapkan pola hidup sehat dalam keluarga.

Beberapa jabaran diatas menunjukkan pentingnya penyuluhan gizi dalam peningkatan pengetahuan ibu dalam pengaturan diit balita, aktifitas balita dan mengubah pola hidup yang memungkinkan terjadinya penurunan berat badan balita

overweight dan obesitas.

Dari uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh penyuluhan gizi pada ibu-ibu yang memiliki balita overweight dan


(25)

6

obesitas terhadap penurunan berat badan balitanya di Kecamatan Sitalasari kelurahan Bahkapul Kota Pemantang Siantar.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh penyuluhan gizi pada ibu terhadap penurunan berat badan balita overweight dan obesitas di Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar Tahun 2013”?

1.3. Tujuan Penelitian

Menganalisis Bagaimana pengaruh penyuluhan gizi pada ibu terhadap penurunan berat badan balita overweight dan obesitas di Kecamatan Siantar Sitalasari Kota Pematang Siantar Tahun 2013.

1.4. Hipotesis

Ada perbedaan berat badan balita overweight dan obesitas sebelum dan sesudah diberi penyuluhan gizi pada ibu.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1. Sebagai bahan masukan kepada kantor Dinas Kesehatan Kota Pematang Siantar dalam rangka pemberian penyuluhan dan pemberian informasi tentang keseimbangan gizi.


(26)

2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Puskesmas Bahkapul Kecamatan Siantar Sitalasari dalam rangka menyusun strategi pembinaan yang efektif dan efisien inovatif dan menarik perhatian masyarakat di wilayah kerjanya.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu(Supariasa, dkk, 2007). Menurut Sediaoetama, 2010 Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya. Almatsier, 2005 berpendapat bahwa status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi .

2.1.1. Metode Penilaian Status Gizi

Secara umum peniliaan status gizi dapat dilihat dengan metode langsung dan tidak langsung (Proverawati, 2010).

a. Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu:

1. Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan


(28)

protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.

2. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosaoral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Metode ini umumnya digunakan untuk survei klinis secara tepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu, digunakan untuk mengetahui tingkat gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

3. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yangdiuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.


(29)

10

4. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap

b. Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga (Proverawati, 2010) yaitu :

1. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengindentifikasikan kelebihan dan kekurangan gizi.

2. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.


(30)

3. Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi.

2.1.3. Pengukuran Status Gizi Anak

Penilaian antropometri merupakan metode penilaian status nutrisi melalui ukuran tubuh tertentu. Penggunaan dan intrepretasi pengukuran pertumbuhan kemungkinan sangat berbeda menurut tujuan klinis (individual) atau tujuan kesehatan masyarakat (populasi secara keseluruhan). Pemilihan indeks antropometri ditentukan oleh tujuan kegiatan penilaian status gizi, sifat-sifat dan gambaran status gizi yang ditujukan berbagai indkes, serta kemungkinan memperoleh data antropometri mengingat kesediaan alat ukur (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI, 2011).

Penilaian status gizi anak secara antropometri dapat dilakukan (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FK UI, 2011) sebagai berikut:

a. Indeks BB/U

Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberi gambaran tentang massa tubuh, yaitu otot dan lemak (Riyadi, 2005). Menurut Gibson (2007) berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral tulang didalam tubuh, tetapi tidak dapat menggambarkan perubahan yang terjadi pada


(31)

12

keempat komponen tersebut. Indeks ini dapat digunakan untuk mengetahui terjadinya malnutrisi akut dan digunakan secara luas untuk menilai Kekurangan Energi Protein (KEP) dan gizi lebih. Indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi pada masa kini. Pengukuran berat badan menurut umur pada umumnya untuk anak merupakan cara standar yang digunakan untuk pertumbuhan. Indeks ini biasanya digunakan untuk pemantauan status gizi anak jangka waktu singkat atau individual. Indeks berat badan menurut umur ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan indeks BB/U ini sebagai berikut:

1. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti

2. Sensitive untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek 3. Dapat mendeteksi kelebihan berat badan

4. Pengukuran lebih objektif

5. Peralatan mudah dibawa dan relatif murah 6. Pengukuran mudah dilaksanakan dan teliti 7. Tidak banyak memakan waktu

Kekurangan indeks BB/U ini sebagai berikut:

1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi bila terjadi oedema

2. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk kelompok umur dibawah lima tahun


(32)

b. Indeks TB/BB

Indeks tunggal TB/BB atau BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi masa kini, dan biasanya digunakan bila data umur yang akurat sulit diperoleh. Karena indeks ini dapat menggambarkan proporsi BB relatif terhadap TB, maka indek ini merupakan indikator kekurusan atau yang lebih dikenal dengan wasting. Indeks ini digunakan untuk mengevaluasi dampak gizi dan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek. Kelebihan indeks ini sebagai berikut:

1. Bebas terhadap pengaruh umur dan ras

2. Dapat membedakan keadaan anak dalam penilaian berat badan relatif terhadap tinggi badan.

Kekurangan indeks ini sebagai berikut:

1. Tidak dapat mengagmbarkan apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi atau kelebihan tinggi badan karena faktor umur sering tidak diperhatikan.

2. Sering terjadi kesalahan membaca angka hasil pengukuran, terutama bila pembacaan dilakukan oleh tenaga yang kurang professional.

3. Kesulitan dalam mengukur panjang badan anak baduta atau tinggi badan balita.

c. Indeks PB/U

Indeks PB/U lebih menggambarkan status gizi masa lalu. Indeks ini erat kaitannya dengan masalah social ekonomi, oleh karena itu indeks ini dapat digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan social ekonomi masyarakat. Indeks ini juga


(33)

14

digunakan dalam pemantauan status gizi jangka panjang, karena indeks ini lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi perubahan status gizi yang sifatnya musiman. Kelebihan yang dimiliki indeks PB/U sebagai berikut:

1. Indikator yang baik untuk mengetahui kurang gizi pada masa lampau 2. Peralatan mudah dipinda hkan dan dapat dibuat secara lokal

3. Pengukuran lebih objektif

4. Jarang orangtua yang keberatan anaknya diukur Kekurangan indeks ini sebagai berikut:

1. Diperlukan indeks lain dalam menilai intervensi karena perubahan TB tidak banyak terjadi dalam waktu yang singkat

2. Membutuhkan beberapa teknik pengukuran seperti: alat ukur panjang badan untuk anak umur kurang dari 2 tahun, dan alat ukur tinggi badan untuk anak lebih dari 2 tahun

3. Memerlukan tenaga terlatih untuk melakukan pengukuran 4. Memerlukan 2 orang untuk mengukur panjang badan anak 5. Umur yang kadang-kadang sulit diperoleh


(34)

Tabel 2.1. Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita)

Indeks Status gizi Ambang Batas **)

Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Gizi Lebih > +2 SD

Gizi Baik ≥-2 SD sampai +2 SD Gizi Kurang < -2 SD sampai ≥ -3 SD Gizi Buruk < -3 SD

Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Normal ≥ -2 SD

Pendek (Stunted) < -2 SD Berat Badan menurut

Tinggi Badan (BB/TB)

Gemuk > +2 SD

Normal ≥ -2 SD sampai +2 SD Kurus (wasted) < -2 SD sampai ≥ -3 SD Kurus sekali < -3 SD

*) Su≥mber : SK Menkes 920/Menkes/SK/VIII/2002. **) SD = Standard deviasi

2.2. Pola Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan sangat mempengaruhi status gizi, yang merupakan modal utama bagi kesehatan individu. Jika konsumsi pangan tercukupi, maka semua kebutuhan energi, protein, dan zat gizinya diharapkan dapat menghasilkan status gizi yang baik yang pada akhirnya menciptakan individu yang sehat. Konsumsi pangan yang tidak sesuai akan menimbulkan masalah kesehatan. Istilah malnutrition (gizi salah) diartikan sebagai keadaan konsumsi gizi yang salah, dalam bentuk konsumsi berlebih atau kurang, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan konsumsi.


(35)

16

Masalah kesehatan di Indonesia, yang muncul sebagai akibat konsumsi gizi kurang diantaranya adalah kekurangan Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Anemia, Kekurangan Energi Protein (KEP). Selain masalah gizi kurang, akhir-akhir ini ditemukan juga dampak dari konsumsi berlebih, tidak hanya pada orang dewasa tetapi juga pada anak dan remaja. Masalah yang sering muncul adalah obesitas (berat badan berlebih), yang akan diikuti dengan timbulnya penyakit seperti jantung koroner, diabetes mellitus, stroke dan yang lainnya.

Selain berpengaruh terhadap kesehatan, gizi juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan otak dan perilaku, kemampuan bekerja dan produktivitas serta daya tahan terhadap penyakit infeksi (Sulistyoningsih, 2011). Hal ini biasanya disebabkan oleh pola makan yang tidak benar. Untuk itu setiap individu harus memperhatikan pola makan.

Pengertian pola makan dalam Baliwati (2010) adalah tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pilihan makanan, yang terbentuk sebagai hasil dari pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial. Jadi, secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah faktor ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan, dan lingkungan.

Menurut Suhardjo (2009), bahwa kebiasaan makan, mempelajari cara yang berhubungan dengan konsumsi pangan dan menerima atau menolak bentuk atau jenis


(36)

berakar di antara kelompok penduduk. Dimulai sejak dilahirkan, untuk beberapa tahun makanan anak-anak tergantung pada orang lain. Bersamaan dengan pangan yang disajikan dan diterima, langsung atau tak langsung anak-anak menerima pula informasi yang berkembang menjadi perasaan, sikap dan tingkah laku dan kebiasan yang berkaitan dengan pangan.

Kebiasaan makan yang terbentuk selama masa kanak-kanak akan bertahan sampai dewasa. Anak-anak lebih memilih makanan yang sebelumnya mereka telah kenal. Pilihan makanan anak-anak juga dipengaruhi oleh faktor individu, sosial dan budaya. Hal ini sejalan dengan pendapat Shi, Lien, Kumar, dan Ottesen (2005), bahwa kebiasaan makan dipengaruhi beberapa faktor selain faktor endogen (individu si anak), tetapi juga oleh karena lingkungan. Termasuk makanan yang tersedia untuk anak-anak di dalam dan luar rumah dan juga perilaku makan contoh seperti pengasuh terutama orang tua.

Lingkungan adalah penting dalam pembentukan kebiasaan makanan sehat. Makan dengan keluarga menguntungkan bagi kebisaan makan sehat. Orang tua adalah pengambil keputusan utama tentang makanan dan masakan dalam keluarga. Dengan demikian pendidikan gizi bagi orang tua harus diberikan prioritas (Dynesen, Haraldsdottir, Holm, dan Astrup, 2003).

2.3. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi dan pengalaman.


(37)

18

Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya, ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui catatan-catatan (buku-buku, kepustakaan).

Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu. Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman kita dalam praktek, maka semakin besar persiapan kita dimodifikasi dengan realita baru di dalam lingkungan (Jalaluddin dan Abdullah, 2002). Pengetahuan gizi seseorang merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi konsumsi pangan dan status gizinya. Demikian juga pada ibu yang mempunyai pengetahuan tentang kebutuhan tubuh akan gizi, ia akan dapat menentukan jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi balitanya.

Pengetahuan gizi seseorang didukung oleh latar belakang pendidikannya. Rendahnya pendidikan menyebabkan berbagai keterbatasan dalam menerima informasi dan penanganan masalah gizi dan kesehatan, sekalipun di daerah tempat tinggalnya banyak tersedia bahan makanan , serta pelayanan kesehatan yang memadai, yang dapat menyampaikan informasi tentang bagaimana mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi (Ginting, 2002 dalam Cyntia, 2008). Ibu memiliki peran besar dalam keluarga. Ibu-ibu di Indonesia bertanggungjawab dalam belanja pangan, mengatur menu keluarga, mendistribusikan makanan, dan berperan langsung dalam pemeliharaan anak. Pengetahuan gizi ibu akan sangat berpengaruh terhadap keadaan gizi keluarga (Suhardjo, 2005).


(38)

dapat mengenyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan gizi energi dan zat gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi (Herlianty, 2001 dalam Cyintia, 2008). Menurut Suhardjo dkk, (2003), suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan :

1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.

2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi.

3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.

2.4. Overweight dan Obesitas

Kelebihan berat badan terdiri dari overweight dan obesitas yang merupakan akibat dari kelebihan asupan energi (energy intake) dibandingkan dengan energi yang digunakan (energy expenditure). Overweight adalah keadaan dengan kelebihan berat badan melebihi dari rata-rata, sedangkan obesitas merupakan kelebihan berat badan akibat terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan tubuh (Pudjiadi,1987).

Pengertian kegemukan seringkali disamakan dengan obesitas, padahal kedua istilah tersebut memiliki arti yang berbeda, kegemukan (overweight) adalah kondisi berat tubuh melebihi berat tubuh normal, sedangkan obesitas adalah kondisi


(39)

20

kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing-masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh. Dijelaskan lebih lanjut bahwa kegemukan dan obesitas bisa terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis kelamin.

Juvenil obessity adalah obesitas yang terjadi pada usia muda ( anak-anak) (Rimbawan dan Siagian 2004)

Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah suatu penyakit multifaktoral yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas, gaya hidup, sosial ekonomi, dan gizi yaitu prilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi ( Hidayati, Irawan, Hidayat, 2009)

Kelebihan berat badan merupakan suatu masalah kesehatan yang komplek karena melibatkan perilaku makan, pemilihan jenis makanan, aktifitas fisik, maupun unsur metabolisme seseorang yang menyebabkan ketidak seimbangan energi yang masuk dengan energi yang keluar. Kelebihan berat badan berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi karena berdampak terhadap terjadinya penyakit degeneratif. Kelebihan berat badan dalam hal ini obesitas dan overweight

mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas dan overweight sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani. Di Indonesia terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke modernisasi berakibat pada perubahan pola makan/konsumsi masyarakat yang


(40)

makanan siap saji (fast food) yang berdampak meningkatkan risiko terjadinya kelebihan berat badan.

Liza (2009) menyebutkan faktor penyebab obesitas pada anak disebabkan oleh asupan makanan berlebih yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan, minuman soft drink, makanan jajanan seperti makanan cepat saji (burger, pizza, hot dog) dan makanan siap saji lainnya yang tersedia di gerai makanan. Selain itu, obesitas dapat terjadi pada anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI), tetapi mengunakan susu formula dengan jumlah asupan yang melebihi porsi yang dibutuhkan bayi/anak. Akibatnya, anak akan mengalami kelebihan berat badan saat berusia 4 - 5 tahun. Oleh karena itu, anak dalam rentang usia ini perlu mendapat perhatian dari sudut perubahan pola makan sehari-hari karena makanan yang biasa dikonsumsi sejak masa anak akan membentuk pola kebiasaan makan selanjutnya.

Angka kejadian obesitas meningkat dengan pesat akibat pola hidup tidak aktif. Energi dari aktivitas fisik sehari-hari yang digunakan berkurang seiring globalisasi dan akibat dari kemajuan teknologi. Dengan adanya fasilitas seperti transportasi bermotor, elevator, lift, pendingin ruangan, dan pemanas ruangan sehingga energi untuk bergerak digunakan lebih sedikit. Aktivitas fisik yang minimal pada waktu luang seperti menonton televisi dan bermain video games pada anak-anak meningkatkan angka kejadian obesitas (Adiwinanto, 2008).

Aktivitas fisik juga merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan energi, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan


(41)

22

terjadinya obesitas akan meningkat. Misalnya pada anak seperti berkurangnya lapangan tempat bermain serta tersedianya hiburan dalam bentuk game elektonik atau playstation dan tontonan televisi (Nugraha, 2009). Kurangnya aktivitas fisik inilah yang menjadi penyebab obesitas karena kurangnya pembakaran lemak dan sedikitnya energi yang dipergunakan (Mustofa, 2010). Disamping itu fakor kecenderungan anak-anak sekarang suka makan “fast food” yang berkalori tinggi seperti hamburger, pizza, ayam goreng dengan kentang goreng, es krim, aneka macam mie dan lain-lain (Soetjiningsih, 1995).

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Peranan faktor gizi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak (Syarif, 2003).

2.5. Pengukuran Berat Badan Balita

Berat badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk menilai keadaan suatu gizi manusia. Menurut Cipto Surono dalam Mabella (2000), mengatakan bahwa berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun.

Pengukuran berat badan balita adalah dengan alat ukur berat badan dengan suatu satuan kilogram. Alat yang digunakan dalam pengukuran berat badan


(42)

dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain, (2) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya, (3) Ketelitian penimbangan maksimum 0,1 kg, (4) Skalanya mudah dibaca, (5) Aman untuk menimbang balita. Sedangkan jenis timbangan sebaiknya yang memenuhi persyaratan tersebut, timbangan yang dianjurkan untuk anak balita adalah dacin dengan kapasitas minimum 20 kg dan maksimum 25 kg. Jenis timbangan lain yang dapat digunakan adalah detecto, sedangkan timbangan injak (bath room scale) akurasinya kurang karena menggunakan per, sehingga hasilnya dapat berubah-ubah.

Berkaitan dengan pengukuran berat badan maka penentuan kegemukan dan obesitas dapat dilihat dari Indeks Antropometri WHO (2005) berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan. Indeks Antropometri adalah ukuran standar yang digunakan untuk anak berusia 0 - 59 bulan. Klasifikasi Indeks Antropometri menurut WHO 2005 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.2. Klasifikasi Indeks Antropometri WHO 2005 menurut BB/TB

Nilai Z-Skor Klasifikasi

> +3 SD Sangat Gemuk

> +2 SD s/d ≤ +3 SD Gemuk

> +1 SD Resiko Gemuk

≥-2 SD s/d +1 SD Normal

< -2 SD s/d ≥ -3 SD Kurus


(43)

24

2.6. Penatalaksanaan Penurunan Berat Badan pada Anak Obesitas

Penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan obesitas seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga dalam proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah/modifikasi pola hidup.

Mengingat faktor lingkungan mempunyai peran yang besar dalam terjadinya obesitas, orangtua perlu membentuk pola makan dan aktivitas anak yang sehat sejak sedini mungkin. Modifikasi perilaku dan perubahan gaya hidup merupakan kunci keberhasilan mengatasi obesitas pada anak. Berikut cara untuk mengatasi obesitas pada anak, khususnya untuk anak berusia di atas 2 tahun (anak di bawah usia 2 tahun tidak dianjurkan untuk menurunkan berat badan karena masa tersebut merupakan periode perkembangan otak yang pesat).

Ada beberapa cara untuk mengatasi obesitas pada anak yaitu :

a. Dukung anak untuk mengkonsumsi lebih banyak sayur dan buah

Berikan anak sedikitnya 5 porsi buah atau sayur setiap harinya. Buah-buahan sangat baik untuk diberikan sebagai pengganti cemilan/snack yang manis. Usahakan agar buah diberikan dalam bentuk buah potong (dan bukan jus). Dengan mengkonsumsi buah potong, anak harus mengunyah, dan dengan demikian akan mengurangi asupan kalori ke dalam tubuh. Apabila hendak memberikan jus, batasi pemberian jus hanya 1 gelas (180 mL) untuk anak usia 1


(44)

b. Batasi konsumsi minuman yang manis

Minuman dalam kemasan yang mengandung tambahan gula, termasuk minuman bersoda, atau susu kental manis yang dikonsumsi sebagai susu, mempunyai kalori yang tinggi, namun nilai gizi yang rendah.

c. Batasi waktu menonton anak maksimal 2 jam dalam sehari

Batasan waktu ini termasuk waktu untuk menonton televisi dan bermain di depan komputer. Pada obesitas yang berat, waktu menonton TV secara bertahap dibatasi hingga maksimal 1 jam dalam sehari.

d. Upayakan anak melakukan aktivitas fisik minimal 60 menit setiap harinya

Pada anak kecil, aktivitas fisik dapat dilakukan sambil bermain, sedangkan pada anak yang lebih besar aktivitas dapat bersifat lebih terarah, misalnya bersepeda, berenang, senam, atau olahraga lain yang disukai anak.

e. Batasi frekuensi makan di restoran

Kurangi makan makanan di restoran cepat saji dan perbanyak makan makanan rumah yang disajikan bergizi dan berkualitas baik.

f. Biasakan anak untuk sarapan setiap pagi dengan makanan yang sehat

Sejumlah penelitian memperihatkan bahwa anak-anak yang mengalami

overweight dan obesitas jarang mengkonsumsi sarapan pagi dibandingkan anak dengan berat badan normal.

g. Yang terpenting : jadikan upaya untuk mengatasi obesitas anak sebagai program seluruh anggota keluarga, dan bukan hanya untuk anak yang mengalami kelebihan berat badan.


(45)

26

Pada anak yang overweight, modifikasi perilaku dan gaya hidup bertujuan untuk mempertahankan agar berat badan tidak bertambah, sehingga dengan adanya pertumbuhan tinggi badan anak, diharapkan indeks massa tubuh akan turun secara bertahap hingga di bawah persentil 85. Berbeda untuk anak yang sudah mengalami obesitas, penurunan berat badan diharapkan terjadi secara bertahap, namun tidak melebihi 0,5 kg per bulan untuk anak berusia 2-5 tahun. Penurunan berat badan yang sangat drastis dapat menyebabkan terbentuknya batu empedu, diare, anak menjadi lemas, asam urat yang meningkat, kadar protein tubuh menjadi rendah, dan hipotensi ortostatik, yaitu tekanan darah rendah yang terjadi pada saat perubahan posisi tubuh.

2.7. Prinsip Diit pada Balita Gizi Lebih

Prinsip diit untuk balita yang menderita gizi lebih adalah mengusahakan konsumsi energi yang lebih rendah daripada keluaran (output), karena pengeluaran energi yang menurun berpengaruh terhadap terjadinya kegemukan pada balita. Pendekatan harus dilakukan melalui pengurangan konsumsi makanan dan peningkatan aktivitas fisik. Aktivitas fisik secara teratur tiap hari sebagai bagian dari kehidupan normal lebih berhasil guna daripada aktivitas berat yang dilakukan sebentar secara tidak teratur.

Untuk memenuhi tujuan pemberian diit pada penderita gizi lebih, perlu diperhatikan syarat-syarat berikut ini :


(46)

a. Rendah energi dan seimbang. Kandungan energi makanan disesuaikan dengan kebutuhan individual yang tergantung pada umur, tingkat kegemukan, dan aktivitas. Pengurangan energi terutama dari pengurangan konsumsi hidrat arang. b. Protein normal atau sedikit di atas normal

c. Cukup mineral dan vitamin d. Kadar serat tinggi

e. Pemberian makanan paling kurang dibagi menjadi 3 X sehari

f. Dalam batas konsumsi energi yang diperbolehkan, diberikan pilihan makanan sebanyak mungkin. Diit ketat tidak dianjurkan.

g. Pelaksanaan diit disertai dengan penyuluhan gizi kepada orangtua

Kebutuhan Kalori bagi anak usia 1 – 6 tahun adalah sekitar 1300 kkal dan untuk mengatasi kegemukan pada usia ini dianjurkan mengkonsumsi kalori sebesar 600 – 800 kkal. Diit yang mengandung 600 – 800 kkal dapat membuat balita keluar dari kegemukannya dalam waktu 6 ( enam ) bulan.

2.8. Penyuluhan Gizi

Penyuluhan Kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tapi yang mau dan bisa melaksanakan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.


(47)

28

Penyuluhan Gizi menurut Suharjo (2003) adalah suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan dan mempertahankan gizi baik.

Penyuluh Gizi yaitu seseorang yang memberikan penyuluhan gizi yang merupakan suatu upaya menjelaskan, menggunakan, memilih, dan mengolah bahan makanan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku perorangan atau masyarakat dalam mengkonsumsi makanan sehingga meningkatkan kesehatan dan gizinya.

Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan dan informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai (Berg, 1986). Namun seseorang dengan pendidikan rendah belum tentu kurang mampu memilih makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang berpendidikan lebih tinggi. Karena sekalipun pendidikannya rendah, kalau orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi, bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik. Dengan demikian sangatlah perlu penyuluhan gizi dilakukan secara rutin.

Tujuan dilakukannya Penyuluhan Gizi menurut Suharjo (2003) adalah : a. Terciptanya sikap positif terhadap gizi


(48)

c. Adanya motivasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan gizi

d. Timbulnya kebiasaan makan yang baik

Pendekatan yang dapat dilakukan dalam melaksanakan penyuluhan gizi adalah pendekatan massal, kelompok, maupun secara perorangan, seperti yang dikemukakan depkes (1990) yaitu :

Pendekatan dalam penyuluhan gizi : a. Individu dengan metode konsultasi

b. Kelompok dengan metode ceramah, diskusi kelompok, demonstrasi c. Massal dengan metode ceramah, film, tv, poster dan sebagainya.

Ketiga pendekatan yang digunakan dalam penyuluhan gizi di atas dapat membantu dalam pencapaian tujuan penyuluhan gizi.

Agar penyuluhan gizi yang kita lakukan berhasil sesuai dengan pengharapan maka perlu diperhatikan langkah–langkah persiapan penyuluhan gizi. Adapun langkah-langkah tersebut meliputi :

1. Pengenalan masalah masyarakat yaitu obesitas

2. Mengenal pola konsumsi keluarga social dan ekonomi keluarga serta pemahaman ibu akan obesitas pada balitanya

3. Mengenal lokasi penyuluhan, memperhatikan jalur transportasi

4. Menentukan tujuan penyuluhan yaitu terciptanya pengertian oleh ibu yang memiliki balita obesitas tentang obesitas dan bagaimana penanggulangannya agar terjadi penurunan berat badan balita obesitas


(49)

30

5. Menentukan sasaran, yang harus diperhatikan penyuluh dari segi sasaran adalah : a. Tingkat pengetahuan, ketrampilan dan sikap sasaran, Penyuluh harus

mengetahui dalam tingkat mana sebagian besar dari sasaran itu berada. Setelah itu harus menghubungkannya dengan tujuan yang akan dicapai. Hal ini penting untuk dapat menentukan metode mana yang paling tepat.

b. Sosial budaya, Penyuluh harus mengetahui adat kebiasaan sasaran, norma-norma yang berlaku dan status kepemimpinan yang ada. Hal ini penting bukan saja dalam pemilihan metode penyuluhan tetapi juga dalam menentukan teknik-teknik penyuluhannya.

c. Banyaknya sasaran yang hendak dicapai oleh seorang penyuluh pada suatu waktu tertentu akan menentukan metode penyuluhan yang akan dicapai.

2.8.1. Metode Penyuluhan

Menurut Van deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode penyuluhan ada tiga :

1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena, sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Sementara itu adapun kelemahan metode ini adalah dari segi sasaran


(50)

mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu, selain itu ada juga membutuhkan banyak tenaga penyuluh dan membutuhkan waktu yang lama.

2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer informasi juga terjadi tukar pendapat dan pengalaman antara sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Serta memungkinkan adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma anggotanya. Kelemahan metode ini adalah adanya kesulitan dalam mengkoordinir sasaran karena faktor geografis dan aktivitas sasaran. Salah satu cara yang efektif dalam metode pendekatan kelompok adalah dengan metode ceramah, metode ini cocok digunakan untuk masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi maupun rendah.

3. Metode berdasarkan pendekatan massal.

Sesuai dengan namanya, metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata. Beberapa penelitian mengatakan bahwa metode pendekatan massa dapat mempercepat proses perubahan, tapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Yang termasuk


(51)

32

dalam metode ini antara lain : rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, surat kabar dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih metode pendekatan kelompok dengan metode ceramah untuk melakukan penyuluhan gizi, dengan tujuan terjadinya proses perubahan perilaku ke arah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran penyuluhan dalam memberikan umpan balik terhadap penyuluh serta adanya saling tukar informasi dan pengalaman sesama peserta penyuluhan.

2.8.2. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan mmelalui penuturan (penjelasa lisan), metode ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan. Pendengar ceramah adalah mendengar dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh orang yang memberikan ceramah tersebut (Nurlaili, 2009).

Ceramah merupakan metode penyuluhan yang efektif pada kelompok yang besar yaitu lebih dari 15 (lima belas) orang. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo,2003).

Pengaruh besarnya jumlah sasaran dalam metode ini seringkali dengan menggunakan alat bantu yang berupa materi tertulis dan gambar terproyeksi untuk menarik perhatian dan memperjelas materi yang disampaikan. Waktu penyelenggaraan ceramah juga harus dibatasi, maksimum 1-2 jam (Mardikanto, 1993).


(52)

Menurut Lunandi (1993), beberapa keuntungan menggunakan metode ceramah adalah murah dari segi biaya, mudah mengulang kembali jika ada materi yang kurang jelas ditangkap peserta daripada proses membaca sendiri, lebih dapat dipastikan tersampaikannya informasi yang telah disusun dan disiapkan. Apalagi kalau waktu yang tersedia sangat minim, maka metode inilah yang dapat menyampaikan pesan dalam waktu singkat.

Menurut Notoatmodjo (2007), ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri mempunyai persiapan dengan menguasai materi yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiakan diri dengan mempelajari materi dengan sistematikan yang baik, lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema, mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran (Makalah singkat, slide, transparan, sound

sistem dan sebagainya).

Keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk itu penceramah harus mempunyai sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara hendaknya cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah, berdiri di depan (di pertengahan) dan tidak boleh duduk (Notoatmodjo, 2007).


(53)

34

Masalah gizi merupakan masalah yang multi dimensi oleh karena dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab. Masalah gizi tidak hanya kurang gizi tetapi juga gizi lebih yang dapat menyebabkan overweight dan obesitas (Sunita, 2004). Orang yang mengalami obesitas biasanya memiliki berat badan yang melampaui orang-orang gemuk seperti biasanya. Bila penderita obesitas tidak menjaga pola asuh makannya, dapat menimbulkan dampak buruk seperti penyakit jantung dan diabetes, serta dapat menimbulkan kematian. Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak daripada yang diperlukan oleh tubuh.

Penanganan gizi lebih khususnya pada balita memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Pembuatan berbagai program menyangkut gizi seimbang dan penanggulangan balita berat badan lebih dan penderita obesitas dapat disalurkan melalui pelayanan kesehatan atau kader-kader kesehatan. Penyampaian informasi dapat disalurkan melalui pelayanan kesehatan setempat dan tenaga kesehatan yang ada. Pemberian informasi yang kompleks dan baik yang mudah diserap para ibu harus mampu menjangkau segenap lapisan masyarakat. Penyerapan informasi yang baik oleh ibu tentunya diharapkan dapat menjadi suatu cara dalam penanggulangan peningkatan berat badan lebih pada balita. Meningkatnya pengetahuan ibu tentang penanganan gizi seimbang akan membantu ibu melakukan pemberian gizi yang tepat pada balitanya.

Menurut Notoadmodjo (2010) pengetahuan tentang kesehatan pada masyarakat dapat menjadi salah satu upaya dalam pencapain derajat kesehatan yang


(54)

untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat sehingga pengetahuan itu dapat diserap secara baik.

2.10. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan Penelitian dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti adalah dengan memberikan Penyuluhan gizi kepada ibu yang memiliki balita gizi lebih diharapkan nantinya ibu balita tersebut memahami tentang apa itu gizi lebih, apa gejalanya, apa efeknya bagi balitanya dan bagaimana cara menurunkan berat badan balitanya dan selanjutnya dengan berbekal pengetahuan yang didapatkan ibu balita tersebut melalui penyuluhan yang diberikan oleh peneliti maka akan terjadi penurunan berat badan balita gizi lebih yang ada di Kelurahan Bahkapul.

Penyuluhan Gizi

Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita

Overweight dan

Penurunan Berat Badan

Balita


(55)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Pre eksperimental design dengan rancangan One Group Pre-test – Post-test design. Rancangan ini tidak ada pembanding (kontrol) tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pre-test) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan (Notoatmodjo, 2002).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kecamatan Siantar Sitalasari Kelurahan Bahkapul. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian karena di wilayah ini jumlah balita yang

overweight dan obesitas paling banyak dibanding kecamatan lainnya di Kota

Pematang Siantar. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2012 sampai Juli 2013.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita yang Overweight dan Obesitas (Index antropometri : Z-score >+2 dan Z-score >+3) di Kecamatan Siantar Sitalasari Kelurahan Bahkapul Kota Pematang Siantar yang


(56)

3.3.2. Sampel

Dalam penelitian ini jumlah populasi masih dapat dijangkau oleh peneliti untuk diteliti seluruhnya, maka seluruh populasi dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini atau sampel penelitian ini adalah total populasi yaitu 47 (empat puluh tujuh) responden.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data

Data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut: 1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara :

a. Melakukan penimbangan berat badan dengan dacin kapasitas 25 kg dengan ketelitian 0,1 kg, mengukur tinggi badan dengan microtoise dengan kapasitas 200 cm dan ketelitian 0,1 cm yang selanjutnya data tersebut diolah dengan menggunakan program WHO ANTRO 2005 untuk menentukan klasifikasi indeks antropometri

b. Melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan identitas responden, pengetahuan ibu tentang balita overweight dan obesitas.

c. Melakukan observasi untuk mengetahui berat badan balita overweight dan obesitas sebelum dan sesudah diberi perlakuan penyuluhan gizi.


(57)

38

Data sekunder dikumpulkan untuk memperoleh jumlah balita overweight dan obesitas di Kecamatan Siantar Sitalasari Kelurahan Bahkapul kota pematangsiantar tahun 2012 data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar dan literatur-literatur penunjang penelitian lain.

3.4.2. Pelaksanaan Pengumulan Data

Prosedur kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu : 1. Tahap Persiapan

a. Tahap persiapan kelengkapan administratif yang meliputi pengurusan surat izin penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat ke lokasi penelitian, selanjutnya peneliti mengambil data calon responden

b. Uji coba instrumen penelitian meliputi uji Validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner pengetahuan yang dilakukan kepada 20 orang responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian. Uji kuesioner dilakukan di Desa indah.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Mei-22 Juni di Keluraha Bahkapul Kota Pematangsiantar dengan 47 responden dengan mekanisme sebagai berikut :

a. Pada tanggal 14 Mei 2013, seluruh responden diberi arahan tentang jalannya kegiatan,

b. Balita responden ditimbang dengan menggunakan dacin dengan kapasitas 25 kg dengan tingkat akurasi 0,1 kg dan diukur dengan menggunakan mikrotoise c. Kemudian dilanjutkan dengan pretest dengan membagikan kuesioner kepada


(58)

overweight dan obesitas di Kelurahan Bahkapul Kota Pematangsiantar yang berlangsung selama 15 menit di aula puskesmas Bahkapul,

d. Selanjutnya diberikan intervensi penyuluhan gizi, yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti menggunakan media pendukung seperti slide, flip chart dan food model. Penyuluhan berlangsung ±55 menit, intervensi penyuluhan diberikan kembali pada tanggal 16 Mei, 18 Mei dan 20 Mei 2013

e. Satu bulan setelah penyuluhan selesai diberikan dilakukan kembali penimbangan balita responden yang dilanjutkan dengan posttest yang dilakukan oleh responden untuk mengidentifikasi tingkat pemahaman ibu balita mengenai balita overweight dan obesitas sekaligus penutupann acara. Penelitian ini dapat diringkas dalam bentuk alur penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.1. Alur Penelitian 3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Ibu Balita Overweight dan Obesitas

Pre test Pengetahuan tentang balita Overweight dan

Obesitas

Post test Pengetahuan tentang Balita Overweight dan

Obesitas

Balita Overweight dan Obesitas

Ditimbang Berat Badan dan Diukur Tinggi Badan

Ditimbang Berat Badan dan Diukur Tinggi Badan ( satu bulan setelah Penyuluhan Gizi pada Ibu

Diberikan)

Intervensi Penyuluhan Gizi ( tangga l : 14,16,18,20 Mei


(59)

40

a. Uji Validitas

Kuesioner telah diuji coba di Kecamatan Siantar Sitalasari kelurahan Desa Indah karena kelurahan desa Indah dan Bahkapul memiliki karakteristik responden yang relatif sama. Agar diperoleh distribusi nilai hasil mendekati normal maka peneliti melakukan uji coba terhadap 20 orang. Dalam pengujian validitas kuesioner penulis menggunakam program SPSS yaitu uji validitas Bivariate Pearson ( Produk Momen Pearson).

Uji validitas ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total dari instrument yang ada. Pengujian uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05 memiliki kriteria pengujian sebagai berikut : jika r hitung > r tabel maka instrumen atau item pertanyaan berkolerasi signifikasi terhadap skor total dan dinyatakan valid, dan jika r hitung < r tabel maka instrument atau item pertanyaan tidak berkolerasi secara signifikasi terhadap skor total dan dinyatakan tidak valid. Dari uji validitas dengan bivariate pearson yang telah penulis lakukan diperoleh pada tiap pertanyaan nilai r hitung > 0,444 ( r hitung> r tabel) maka seluruh item pertanyaan dinyatakan valid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

b. Uji Reliabilitas

Setelah kuesioner dinyatakan valid maka penulis melanjutkan dengan menguji reliabilitas kuesioner,peneliti menggunakan uji reliabilitas dengan metode alpha (Cronbach’s) pada program SPSS. Dari hasil analisis diperoleh nilai alpha adalah 0,767, sedangkan nilai r tabel adalah 0,444, karena nilainya lebih dari 0,444 maka


(60)

butir pertanyaan adalah reliable. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan

Pengetahuan r tabel

Corrected Item Total Correlation

Status Cronbachs Alpha

Status

Pertanyaan 1 0,444 0,654 Valid

0,767

Reliabel

Pertanyaan 2 0,444 0,735 Valid Reliabel

Pertanyaan 3 0,444 0,788 Valid Reliabel

Pertanyaan 4 0,444 0,717 Valid Reliabel

Pertanyaan 5 0,444 0,717 Valid Reliabel

Pertanyaan 6 0,444 0,610 Valid Reliabel

Pertanyaan 7 0,444 0,794 Valid Reliabel

Pertanyaan 8 0,444 0,766 Valid Reliabel

Pertanyaan 9 0,444 0,791 Valid Reliabel

Pertanyaan 10 0,444 0,735 Valid Reliabel

Pertanyaan 11 0,444 0,766 Valid Reliabel

Pertanyaan 12 0,444 0,735 Valid Reliabel

Pertanyaan 13 0,444 0,717 Valid Reliabel

Pertanyaan 14 0,444 0,791 Valid Reliabel

Pertanyaan 15 0,444 0,486 Valid Reliabel

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen), variabel independent dalam penelitian ini yaitu:


(61)

42

penyuluhan gizi sedangkan variabel dependentnya adalah Pengetahuan Ibu dan Penurunan Berat badan Balita.

3.5.1. Variabel Independen

Definisi operasional variabel independen sebagai berikut:

Penyuluhan gizi adalah suatu penyampaian pesan yang berisi tentang pengenalan penyebab overweight dan obesitas dan resikonya serta upaya untuk menurunkan Berat badan balita overweight dan obesitas.

3.5.2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah :

1. Pengetahuan Ibu adalah tingkat pemahaman ibu balita dalam usaha penurunan berat badan balita overweight dan obesitas.

Diukur dengan menggunakan questioner.

2. Penurunan berat badan balita adalah adanya pengurangan massa tubuh balita sebagai akibat kemampuan ibu dalam menyeimbangkan asupan gizi pada balitanya. Diukur dengan menggunakan dacin kapasitas 25 kg dengan ketelitian 0,1 kg.

3.6. Aspek Pengukuran

Pengukuran variabel pengetahuan terdiri dari 15 buah dan seluruh pertanyan pengetahuan dengan menggunakan metode jawaban pilihan berganda dimana responden harus memilih salah satu jawaban yang benar dari beberpa pilihan jawaban yang ada. Jika ibu menjawab benar maka nilai = 1 dan jika salah nilai = 0. Skor


(1)

61

Sig. (2-tailed) .008 .000 .000 .195 .195 .398 .077 .008 .100 .008 .000 .195 .100 .038 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

soal11 Pearson Correlation .250 .577** .612** .419 .419 .289 .840** 1.000** .491* .577** 1 .577** .419 .491* .577** .766** Sig. (2-tailed) .288 .008 .004 .066 .066 .217 .000 .000 .028 .008 .008 .066 .028 .008 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

soal12 Pearson Correlation .577** 1.000** .707** .303 .303 .200 .404 .577** .378 1.000** .577** 1 .303 .378 .467* .735**

Sig. (2-tailed) .008 .000 .000 .195 .195 .398 .077 .008 .100 .000 .008 .195 .100 .038 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

soal13 Pearson Correlation .454* .303 .257 1.000** 1.000** .303 .572** .419 .435 .303 .419 .303 1 .435 .303 .717**

Sig. (2-tailed) .044 .195 .274 .000 .000 .195 .008 .066 .055 .195 .066 .195 .055 .195 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

soal14 Pearson Correlation .509* .378 .802** .435 .435 .882** .642** .491* 1.000** .378 .491* .378 .435 1 .126 .791** Sig. (2-tailed) .022 .100 .000 .055 .055 .000 .002 .028 .000 .100 .028 .100 .055 .597 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

soal15 Pearson Correlation .192 .467* .236 .303 .303 -.067 .404 .577** .126 .467* .577** .467* .303 .126 1 .486*

Sig. (2-tailed) .416 .038 .317 .195 .195 .780 .077 .008 .597 .038 .008 .038 .195 .597 .030

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

totalsk or

Pearson Correlation .654** .735** .788** .717** .717** .610** .794** .766** .791** .735** .766** .735** .717** .791** .486* 1 Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .030

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(2)

Excluded

a

0

.0

Total

20

100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items


(3)

60

Lampiran 5

MASTER DATA PENELITIAN

N

O

Pengetahuan

Ibu sebelum

penyuluhan

(01)

Pengetahuan

Ibu sesudah

penyuluhan

(02)

Per

be

daan

(02-01)

Usia

Balita

(Bulan)

Berat

badan

balita

sebelum

penyuluh

an

(01)

Berat

badan

balita

sesudah

penyuluh

an

(02)

Per

be

daan

(02-01)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

4

3

5

6

4

14

14

14

11

15

10

12

14

13

14

14

9

15

11

8

13

4

4

5

2

3

2

4

4

15

15

15

14

14

15

15

15

15

15

15

15

15

15

15

15

14

15

15

15

15

13

13

14

13

14

14

14

15

11

12

10

8

10

1

1

1

4

0

5

3

1

2

1

1

6

0

4

7

2

9

9

9

11

11

12

10

11

32

34

39

53

44

25

36

29

30

39

31

46

27

52

28

28

28

59

24

40

35

28

30

38

36

33

45

39

37

14.50

19.00

17.60

27.00

18.50

15.00

19.00

15.70

14.80

17.60

15.20

23.30

15.70

28.00

15.70

15.30

18.20

24.50

14.00

14.70

15.80

15.70

18.50

21.50

21.50

20.90

19.50

18.70

18.70

14.00

18.60

17.10

26.60

18.10

14.60

18.50

15.20

14.30

17.10

14.70

22.80

15.20

27.50

15.20

15.00

17.80

24.00

13.70

14.30

15.40

15.20

18.20

21.10

21.20

20.50

19.10

18.20

18.20

0.50

0.40

0.50

0.40

0.40

0.40

0.50

0.50

0.50

0.50

0.50

0.50

0.50

0.50

0.50

0.30

0.40

0.50

0.30

0.40

0.40

0.50

0.30

0.40

0.30

0.40

0.40

0.50

0.50


(4)

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

4

5

3

3

2

4

4

3

1

1

1

6

5

2

9

10

0

3

15

15

14

13

13

13

14

13

13

13

13

15

14

13

15

15

11

13

11

10

11

10

11

9

10

10

12

12

12

9

9

11

6

5

11

10

31

33

32

25

45

46

32

26

31

42

52

25

36

38

41

53

47

35

15.50

19.70

19.80

15.80

23.50

20.90

19.90

18.70

18.50

18.50

18.80

15.20

15.80

18.20

20.70

28.20

18.50

16.80

15.10

19.20

19.40

15.50

23.10

20.60

19.40

18.30

18.10

18.00

18.30

14.80

15.30

17.70

20.30

27.80

18.00

16.40

0.40

0.50

0.40

0.30

0.40

0.30

0.50

0.40

0.40

0.50

0.50

0.40

0.50

0.50

0.40

0.40

0.50

0.40


(5)

62

UJI t

1.Pengetahuan

Paired Samples Statistics

Mean

N

Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1

pengetsebelum

6.74

47

4.725

.689

pengetsesudah

14.19

47

.970

.141

Paired Samples Correlations

N

Correlation

Sig.

Pair 1

pengetsebelum &

pengetsesudah

47

.718

.000

Paired Samples Test

Paired Differences

t

df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower

Upper

Pair 1

pengetseb

elum -

pengetses

udah

-7.447

4.085

.596

-8.646

-6.247 -12.498

46

.000


(6)

2.BERAT BADAN BALITA

Mean

N

Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1

beratseb

18.6617

47

3.47704

.50718

beratsesudah

18.2277

47

3.47805

.50733

Paired Samples Correlations

N

Correlation

Sig.

Pair 1

beratseb & beratsesudah

47

1.000

.000

Paired Samples Test

Paired Differences

t

df Sig. (2-tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower

Upper

Pair 1

berats

eb -

berats

esudah