terjadinya obesitas akan meningkat. Misalnya pada anak seperti berkurangnya lapangan tempat bermain serta tersedianya hiburan dalam bentuk game elektonik atau
playstation dan tontonan televisi Nugraha, 2009. Kurangnya aktivitas fisik inilah yang menjadi penyebab obesitas karena kurangnya pembakaran lemak dan sedikitnya
energi yang dipergunakan Mustofa, 2010. Disamping itu fakor kecenderungan anak-anak sekarang suka makan “fast food” yang berkalori tinggi seperti hamburger,
pizza, ayam goreng dengan kentang goreng, es krim, aneka macam mie dan lain-lain Soetjiningsih, 1995.
Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi. Peranan faktor gizi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat
badan dan lemak anak dipengaruhi oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak Syarif, 2003.
2.5. Pengukuran Berat Badan Balita
Berat badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk menilai keadaan suatu gizi manusia. Menurut Cipto Surono dalam Mabella 2000,
mengatakan bahwa berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun.
Pengukuran berat badan balita adalah dengan alat ukur berat badan dengan suatu satuan kilogram. Alat yang digunakan dalam pengukuran berat badan
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1 Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke
tempat lain, 2 Mudah diperoleh dan relatif murah harganya, 3 Ketelitian penimbangan maksimum 0,1 kg, 4 Skalanya mudah dibaca, 5 Aman untuk
menimbang balita. Sedangkan jenis timbangan sebaiknya yang memenuhi persyaratan tersebut, timbangan yang dianjurkan untuk anak balita adalah dacin dengan kapasitas
minimum 20 kg dan maksimum 25 kg. Jenis timbangan lain yang dapat digunakan adalah detecto, sedangkan timbangan injak bath room scale akurasinya kurang
karena menggunakan per, sehingga hasilnya dapat berubah-ubah. Berkaitan dengan pengukuran berat badan maka penentuan kegemukan dan
obesitas dapat dilihat dari Indeks Antropometri WHO 2005 berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan. Indeks Antropometri adalah ukuran standar yang
digunakan untuk anak berusia 0 - 59 bulan. Klasifikasi Indeks Antropometri menurut WHO 2005 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.2. Klasifikasi Indeks Antropometri WHO 2005 menurut BBTB Nilai Z-Skor
Klasifikasi
+3 SD Sangat Gemuk
+2 SD sd ≤ +3 SD
Gemuk +1 SD
Resiko Gemuk ≥-2 SD sd +1 SD
Normal -2 SD sd
≥ -3 SD Kurus
-3 SD Sangat Kurus
Universitas Sumatera Utara
2.6. Penatalaksanaan Penurunan Berat Badan pada Anak Obesitas
Penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan obesitas seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga
dalam proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet,
peningkatan aktifitas fisik, dan mengubahmodifikasi pola hidup. Mengingat faktor lingkungan mempunyai peran yang besar dalam terjadinya
obesitas, orangtua perlu membentuk pola makan dan aktivitas anak yang sehat sejak sedini mungkin. Modifikasi perilaku dan perubahan gaya hidup merupakan kunci
keberhasilan mengatasi obesitas pada anak. Berikut cara untuk mengatasi obesitas pada anak, khususnya untuk anak berusia di atas 2 tahun anak di bawah usia 2 tahun
tidak dianjurkan untuk menurunkan berat badan karena masa tersebut merupakan periode perkembangan otak yang pesat.
Ada beberapa cara untuk mengatasi obesitas pada anak yaitu :
a. Dukung anak untuk mengkonsumsi lebih banyak sayur dan buah
Berikan anak sedikitnya 5 porsi buah atau sayur setiap harinya. Buah-buahan sangat baik untuk diberikan sebagai pengganti cemilansnack yang manis.
Usahakan agar buah diberikan dalam bentuk buah potong dan bukan jus. Dengan mengkonsumsi buah potong, anak harus mengunyah, dan dengan
demikian akan mengurangi asupan kalori ke dalam tubuh. Apabila hendak memberikan jus, batasi pemberian jus hanya 1 gelas 180 mL untuk anak usia 1
- 6 tahun.
Universitas Sumatera Utara
b. Batasi konsumsi minuman yang manis
Minuman dalam kemasan yang mengandung tambahan gula, termasuk minuman bersoda, atau susu kental manis yang dikonsumsi sebagai susu, mempunyai
kalori yang tinggi, namun nilai gizi yang rendah.
c. Batasi waktu menonton anak maksimal 2 jam dalam sehari
Batasan waktu ini termasuk waktu untuk menonton televisi dan bermain di depan komputer. Pada obesitas yang berat, waktu menonton TV secara bertahap dibatasi
hingga maksimal 1 jam dalam sehari.
d. Upayakan anak melakukan aktivitas fisik minimal 60 menit setiap harinya
Pada anak kecil, aktivitas fisik dapat dilakukan sambil bermain, sedangkan pada anak yang lebih besar aktivitas dapat bersifat lebih terarah, misalnya bersepeda,
berenang, senam, atau olahraga lain yang disukai anak.
e. Batasi frekuensi makan di restoran
Kurangi makan makanan di restoran cepat saji dan perbanyak makan makanan rumah yang disajikan bergizi dan berkualitas baik.
f. Biasakan anak untuk sarapan setiap pagi dengan makanan yang sehat
Sejumlah penelitian memperihatkan bahwa anak-anak yang mengalami overweight dan obesitas jarang mengkonsumsi sarapan pagi dibandingkan anak
dengan berat badan normal. g.
Yang terpenting : jadikan upaya untuk mengatasi obesitas anak sebagai program seluruh anggota keluarga, dan bukan hanya untuk anak yang mengalami kelebihan berat badan.
Universitas Sumatera Utara
Pada anak yang overweight, modifikasi perilaku dan gaya hidup bertujuan untuk mempertahankan agar berat badan tidak bertambah, sehingga dengan
adanya pertumbuhan tinggi badan anak, diharapkan indeks massa tubuh akan turun secara bertahap hingga di bawah persentil 85. Berbeda untuk anak yang sudah
mengalami obesitas, penurunan berat badan diharapkan terjadi secara bertahap, namun tidak melebihi 0,5 kg per bulan untuk anak berusia 2-5 tahun. Penurunan
berat badan yang sangat drastis dapat menyebabkan terbentuknya batu empedu, diare, anak menjadi lemas, asam urat yang meningkat, kadar protein tubuh menjadi rendah,
dan hipotensi ortostatik, yaitu tekanan darah rendah yang terjadi pada saat perubahan posisi tubuh.
2.7. Prinsip Diit pada Balita Gizi Lebih