Latar Belakang Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obesitas adalah penyakit multifaktorial yang diduga karena adanya interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan yang berlebih. Obesitas tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga dapat terjadi pada bayi yang dapat disebabkan oleh karena pemberian makanan yang terlalu dini Nugraha, 2009. Banyak orang beranggapan bahwa obesitas sering memiliki makna sama dengan kegemukan overweight, padahal kedua makna kata di atas berbeda. obesitas memiliki arti kelebihan berat badan BB jauh melebihi berat yang diinginkan, sementara overweight kelebihan berat badan adalah keadaan dimana BB seseorang melebihi BB normal. Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan epidemi global, sehingga obesitas sudah menjadi problem kesehatan yang harus segera ditangani Hidayati, dkk 2006. Kelebihan Berat Badan pada Balita dapat menetap hingga dewasa dan berpotensi mengakibatkan berbagai penyakit antara lain peningkatan resiko penyakit jantung, masalah pernapasan, masalah tidur, tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2. Selain disebabkan oleh karena masalah genetik, lingkungan, aktifitas fisik, gizi tidak seimbang, faktor genetik atau keturunan sebagian besar penyebab gizi Universitas Sumatera Utara lebih diduga oleh karena terjadinya intervensi dan modifikasi gaya hidup lifestyle. Pada beberapa suku di Indonesia obesitas justru merupakan suatu simbol kemakmuran dan status sosial yang tinggi. Obesitas dan kegemukan sekarang ini sudah menjadi salah satu masalah kesehatan dunia. WHO menyatakan bahwa obesitas atau kegemukan kini bukan lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang lazim ditemukan di negara-negara maju tapi telah merambah ke negara-negara berkembang Arisman, 2010. Sejak tahun 1970 hingga sekarang kejadian obesitas meningkat 2 dua kali lipat pada usia 2 - 5 tahun. Di Amerika 26,7 persen anak uisa 2 - 5 tahun tergolong obesitas. Prevalensi obesitas pada anak di New York sebesar 17,8-19,9. Prevalensi obesitas pada anak dan remaja usia 6 - 18 tahun di Bangkok sebesar 14,3 Arisman 2010. Perkiraan dari 210 juta penduduk Indonesia tahun 2010, ditemukan jumlah penduduk yang overweight mencapai 76.7 juta 17.5 dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta 4.7 yang ditemukan di Puskesmas maupun di Rumah sakit. Menurut data dari American Heart Association AHA pada tahun 2011, terdapat 12 juta 16,3 anak di Amerika yang berumur 2 - 19 tahun sebagai penyandang obese . Sekitar satu pertiga 32,9 atau 72 juta orang dewasa warga negara Amerika Serikat adalah obesitass. Sedangkan di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas pada tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3 laki-laki 13,9, perempuan 23,8 Depkes RI, 2009. Universitas Sumatera Utara Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010, prevalensi kegemukan pada anak balita secara nasional sebanyak 14 persen. Terjadi peningkatan dibanding hasil riset serupa tahun 2007, yakni 12,2 persen, prevalensi itu berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Prevalensi balita gemuk paling tinggi terjadi di DKI Jakarta yaitu 19,6. Provinsi lain yang tinggi prevalensi balita gemuknya antara lain Sumatera Utara sebesar 18,3, Bali 17,5, Jawa Timur 17,1, Sumatera Selatan 16,8 dan Lampung 16,4. Laporan hasil penimbangan balita di Kota Pematangsiantar pada tahun 2012 menunjukkan dari 27 dua puluh tujuh Puskesmas yang ada di Kota Pematang Siantar terdapat 14.678 balita. Dari jumlah tersebut diperoleh 58 0,39 balita mengalami gizi lebih. Distribusi jumlah balita yang mengalami gizi lebih terbanyak terdapat di Kecamatan Siantar Sitalasari kelurahan Bahkapul yaitu sebanyak 47 0.32 balita yang ada di Kota Pematangsiantar atau dari 504 balita yang ada di Kelurahan Bahkapul ada 47 9,3 balita gizi lebih dengan kriteria Gemuk Z-score +2 SD sd ≤ +3 SD dan Sangat gemuk Z-score +3 SD Kelebihan berat badan pada balita dapat menetap hingga dewasa dan berpotensi mengakibatkan berbagai penyakit. Pendidikan tentang gizi dan pengaturan pola makan, merupakan salah satu upaya untuk menanggulangi kelebihan berat badan. Penelitian Widhayati 2009 mengatakan bahwa pendidikan gizi melalui penyuluhan kelompok maupun individu memberikan efek dapat menurunkan persentil IMT. Universitas Sumatera Utara Wawancara yang dilakukan peneliti pada kader Posyandu menyebutkan bahwa pemberian informasi tentang gizi lebih, memang kurang dilaksanakan. Mereka lebih cenderung memberikan penyuluhan tentang gizi kurang dan evaluasi tentang angka gizi lebih pada balita kurang menjadi perhatian analisis mereka. Para kader juga menyebutkan bahwa perhatian yang kurang pada balita yang memiliki berat badan lebih sebenarnya disebabkan oleh karena fokus perhatian pada balita yang kurang gizi juga belum dapat terselesaikan dengan baik. Hasil wawancara yang dilakukan pada 7 orang ibu balita yang kegemukan pada bulan Oktober 2012, menyatakan bahwa mereka hampir tidak pernah mendapat informasi tentang obesitas atau kegemukan dari para kader yang ada di Posyandu. Bahkan mereka menganggap bahwa pertambahan berat badan balita mereka adalah suatu cermin keberhasilan mereka dalam merawat bayinya. Para ibu kurang menyadari bahwa overweight dan obesitas dapat memberi dampak kepada penyakit yang akan diderita anaknya. Para ibu juga tidak terlalu memperhatikan besarnya jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal pemberian makanan yang diberikan pada balita mereka, ibu-ibu tersebut juga jarang mengajak balita mereka bermain atau melakukan banyak aktivitas, kebanyakan dari balita mereka hanya menonton televisi di rumah dengan ibunya. Melihat kenyataan ini sebenarnya perlu adanya kebijakan program penanganan gizi balita yang terkait dengan kelebihan berat badan di daerah ini. Diperlukan ketanggapan dari para kader tentang jumlah balita yang memiliki berat overweight dan obesitas di wilayah kerja mereka. Peran Dinas Kesehatan Setempat Universitas Sumatera Utara dan juga jajarannya sangat diharapkan dalam mencegah semakin meningkatnya jumlah balita yang memiliki berat badan overweight dan obesitas. Disebutkan oleh salah seorang petugas Dinas kesehatan Kota Pematang Siantar bahwa sebenarnya program pemantauan gizi balita sudah dilaksanakan namun belum terlaksana secara optimal. Hal ini menyebabkan angka balita yang kegemukan terus meningkat. Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah melalui perbaikan gizi yang diberikan sejak dini pada anak, di samping peningkatan aktifitas fisik dan modifikasi pola hidup. Dengan demikian edukasi terhadap orang tua mengenai hal ini sangat diperlukan. Penanggulangan obesitas pada anak sebaiknya dilakukan secara terapadu antara orangtua dan petugas kesehatan . Peran serta orang tua memegang peranan penting dalam penanganan anak obesitas. Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum anak menjadi obesitas karena pencegahan lebih mudah daripada pengobatan. Pencegahan harus dimulai sejak dini dengan menerapkan pola hidup sehat dalam keluarga. Beberapa jabaran diatas menunjukkan pentingnya penyuluhan gizi dalam peningkatan pengetahuan ibu dalam pengaturan diit balita, aktifitas balita dan mengubah pola hidup yang memungkinkan terjadinya penurunan berat badan balita overweight dan obesitas. Dari uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada pengaruh penyuluhan gizi pada ibu-ibu yang memiliki balita overweight dan Universitas Sumatera Utara obesitas terhadap penurunan berat badan balitanya di Kecamatan Sitalasari kelurahan Bahkapul Kota Pemantang Siantar.

1.2. Perumusan Masalah