Obat tanpa indikasi Drug Related Problems

Berdasarkan tabel, diketahui bahwa dari 20 kasus yang dievaluasi diperoleh 2 kategori DRPs yaitu : 6 kasus obat tanpa indikasi unnecessary drug therapy, dan,3 kasus interaksi dan efek samping obat drug interaction and adverse drug reaction .

1. Obat tanpa indikasi

Obat tanpa indikasi yaitu pemberian obat yang tidak diperlukan karena tidak sesuai dengan kondisi pasien, atau karena telah ada obat lain yang juga memiliki indikasi yang sama dengan obat tersebut. Drug Related Problems untuk poin unnescessary drug ini terjadi pada kasus 8,11a, 11b, 15, 19, dan 20. Pada kasus 8 Lampiran 1, halaman 91, pasien mengalami stress ulcer menerima terapi ranitidine, PPI dan sucralfate untuk dikombinasikan. Pada tanggal 12 dan 13 malam terlihat bahwa pasien diberikan 3 obat peptik, ranitidine, PPI, dan sucralfate untuk nama generik dan brand name obat, lampiran 4 pada halaman 131 secara bersamaan. Penggunaan obat golongan PPI dan H2RA dalam hal ini ranitidine bertujuan untuk mengurangi sekresi asam lambung hanya saja melalui mekanisme obat yang berbeda, dan sucralfate bertujuan untuk melapisi daerah yang mengalami inflamasi atau ulserasi sehingga dapat mempercepat penyembuhan Wardanaiati, 2011 . Dalam pengobatan peptic ulcer biasanya menggunakan terapi tunggal, namun pada beberapa kasus ada yang menggunakan dual therapy terapi kombinasi 2 obat Dipiro, 2008, pemberian terapi kombinasi 2 obat ini disesuaikan dengan derajat luka ulkus yang dialami oleh pasien. Pada kasus ini pasien menerima 3 jenis obat anti peptik bersamaan, sehingga disarankan untuk memilih salah satu obat yang akan dikombinasikan. Menurut Dipiro 2008, dan penelitian lain dari Cook 2013 mengatakan PPI lebih unggul daripada H2RA dalam mengatasi stress ulcer, sehingga peneliti menyarankan menggunakan kombinasi sucralfate dengan PPI disesuaikan juga dengan Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito 2005, selain itu penggunaan H2RA dan PPI bersamaan dianggap tidak meningkatkan efikasi terapi Dipiro, 2009. Pada kasus 11 Lampiran 1, halaman 100 pasien mengalami melena, dan stress ulcer. Untuk mengobati stress ulcer pasien diberikan terapi injeksi ranitidine, injeksi PPI, dan sucralfate. DRPs yang terjadi adalah pada tanggal 1-4 dan 11-13 pasien menerima terapi H2RA dan PPI bersama-sama 11a Penggunaan obat golongan PPI dan H2RA bersama-sama tidak menambah efikasi pemulihan ulkus Dipiro,2008, sehingga disarankan untuk menggunakan salah satu obat. Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito merekomendasikan untuk menggunakan PPI, kemudian pada tanggal 5 pasien menerima 2 jenis PPI untuk dikombinasikan dengan mukosa protektor untuk mengobati stress ulcer11b. Penggunaan kombinasi PPI dengan mukosa protektor sudah tepat, tetapi penggunaan 2 jenis PPI kurang tepat. Menurut Dipiro 2008 dan Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito 2005 untuk terapi stress ulcer hanya digunakan 1 jenis PPI, sehingga sebaiknya dipilih salah satu jenis PPI. Penggunaan PPI ganda juga terjadi pada tanggal 12-14. Penggunaan PPI ganda ini dapat saja terjadi mungkin dikarenakan dokter ingin mengganti terapi, tetapi perawat masih menuliskan terapi obat sebelumnya. Pada kasus 15 Lampiran 1, halaman 115, pasien dengan diagnosa utama intracerebral hemoraghic dengan stress ulcer. Untuk mengobati stress ulcer pasien diberikan terapi injeksi ranitidine 1 ampul setiap 12 jam, dan injeksi omeprazole 1 ampul setiap 12 jam. Menurut Dipiro 2008, kombinasi PPI dan H2RA kurang dianjurkan karena kedua obat merupakan obat yang bekerja menghambat produksi asam lambung dengan mekanisme yang berbeda,dan bila digunakan bersama-sama kurang efisien. Menurut Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito 2005 menyarankan menggunakan obat golongan PPI untuk terapi stress ulcer. Sehingga sebaiknya dipilih salah satu obat yakni omeprazole. Pada kasus 19 Lampiran 1, halaman 126, pasien umur 8 tahun dengan gastroduodenitis dan ulkus peptikum. Untuk mengobati gastroduodenitis, pasien diberikan obat omeprazole, ranitidine dan sucralfate. Menurut Dipiro 2008, untuk mengobati ulkus peptikum dengan penyebab non H. pylori dapat digunakan dual therapy, umumnya kombinasi sucralfate dengan PPI. Dari rekam medis, diketahui pasien menerima 3 jenis obat yakni omeprazole, ranitidine dan sucralfate , sehingga sebaiknya dipilih dari salah satu obat dari ketiga obat untuk dikombinasikan. Penggunaan 3 obat tidak terlalu efektif untuk penyebuhan ulkus tetapi menambah biaya pengobatan. Pada kasus 20 Lampiran 1, halaman 129, pasien dengan diagnosa utama pneumonia dan diagnosa sekunder stress ulcer. Pasien mengalami sesak nafas dan menggunakan alat bantu nafas. Untuk mengobati stress ulcer, pasien diberikan obat ranitidine dan omeprazole. Menurut Dipiro 2008 pemberian terapi untuk stress ulcer dengan kombinasi PPI dan H2RA kurang tepat diberikan, Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito 2005 lebih merekomendasikan pemberian PPI dosis standar 1x40 mg. Berdasarkan assessment ini, peneliti menyarankan untuk menggunakan PPI saja.

2. Interakasi dan efek samping obat

Dokumen yang terkait

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

2 39 174

Evaluasi drug related problems obat antidiabetes pada pasien geriatri dengan diabetes melitus tipe 2 di ruang rawat inap rumah sakit umum pelabuhan periode januari-juni 2014

4 24 164

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Diare Akut Infeksi Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS “X” Kota Tangerang Selatan Periode Januari- Desember 2015

8 22 167

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Diare Akut Infeksi Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RS “X” Kota Tangerang Selatan Periode Januari- Desember 2015.

0 2 167

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

1 17 174

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) KATEGORI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) KATEGORI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE JANUARI – JUNI 20

0 1 16

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien dewasa dengan diagnosis Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2009-2014.

3 18 145

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien lansia dengan diagnosis Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2009-2014.

1 17 110

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada kasus terapi diabetes melitus tipe 2 rawat inap : studi kasus di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta periode Maret-Desember 2013 - USD Repository

0 1 157

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien asma pediatri rawat inap : studi kasus di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2013 - USD Repository

0 0 141