ulkus karena alkohol merupakan senyawa yang memicu sekresi asam lambung Hardman, Limbird, and Gilman, 2001, selain itu merokok, diet, dan stres,
konsumsi NSAID, dan penyakit kronis seperti gagal ginjal kronis, sirosis hati, penyakit paru-paru kronis, dan
Crohn’s disease juga berperan dalam menyebabkan ulkus Ilse Truter, 2009.
4. Patofisiologi
a. Asam lambung dan pepsin
Faktor yang berpotensial untuk merusak membran mukosa adalah sekresi asam lambung asam klorida dan pepsin. Asam lambung disekeresi oleh
sel-sel parietal yang mengandung reseptor histamin, gastrin, dan asetilkolin. Asam lambung merupakan faktor independen yang berkontribusi pada gangguan
membran mukosa. Pada pasien dengan gastric ulcer biasanya asam lambung disekresi dalam jumlah normal atau kurang hipokloridia Dipiro, Talbert, Yee,
Matzke, Wells, Posey, 2005. Sekresi asam dikeluarkan dalam jumlah yang sama dengan asam yang
disekresi di bawah basal atau kondisi puasa, basal acid output BAO; setelah setelah stimulasi maksimal, maximal acid output MAO; atau respons setelah
makan. Basal, maximal, dan makanan akan menstimulasi sekresi asam dan dapat dipengaruhi oleh kondisi psikologis, usia, umur, dan kondisi kesehatan Dipiro,
2008. Dipiro 2005 mengatakan pepsin diaktivasi oleh pH asam pH optimal
antara 1,5-3,8, inaktivasi revesibel pepsin pada pH 4, dan inaktivasi irreversibel pada pH 7. Pepsin berperan dalam aktivitas proteolitik dalam pembentukan ulkus.
Perbaikan mukosal berkaitan dengan pergantian sel epitel, pertumbuhan dan regenerasi yang dimediasi oleh prostaglandin. Perubahan pada mukosa
pertahanan yang disebabkan H. pylori dan NSAID merupakan kofaktor yang menyebabkan peptic ulcer Dipiro, et al., 2008.
b. Helicobacter pylori dan NSAID
Helicobacter pylori adalah bakteri gram negatif dengan bentuk spiral
merupakan penyebab paling umum selain NSAID, infeksi H. pylori seringkali disebarkan melalui rute oral. H. pylori ditemukan dalam lingkungan asam.
Mekanisme patogenik H. pylori meliputi a kerusakan mukosa secara langsung, b perubahan dalam respon imun,dan c hipergastrinemia menyebabkan sekresi
asam meningkat. H. pylori menempel membentuk molekul adhesi pada permukaan sel epitel lambung. Di duodenum, H. pylori menempel hanya pada
area yang mengandung sel epitel dan meningkatkan sekresi asam lambung pada mukosa duodenum. Kerusakan mukosa secara langsung disebabkan oleh faktor
virulensi vacuolating cytotoxin, cytotoxin-associated protein gene, dan faktor penghambat pertumbuhan akan menguraikan enzim bakteri lipase, protease, dan
urease. H. pylori dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang tidak sesuai karena memproduksi enzim urease yang mengubah urea menjadi ammonia
Golan, Tashjian, Armstrong, Armstrong, 2012. Urease dapat merusak host, agen perusak lainnya adalah lipopolisakarida
endotoksin. Keberadaan H. pylori dapat ditelusuri sebagian dari abnormalitas respon imun yang muncul, bahkan respon imunitas mukosal TH2 yang
mengontrol infeksi luminal dengan mensekresi antibody IgA, H. pylori
memunculkan respon TH1, sitokin yang terasosiasi TH1 memicu inflamasi dan kerusakan sel epithelial Golan, et al, 2012.H. pylori menimbulkan kerusakan
mukosa lambung dan duodenum melalui pelepsan faktor kemotaktik, platelet activating factor, leukotrien,
dan eukosanoid lain yang berasal dari asam arakidonat, dan sitotoksin seperti protease, lipase fosfolipase A
2
, fosfolipase C dan vacuolating cytotoksin Dipiro, et al., 2008.
Kerusakan mukosa lambung karena endotoksin yang dibentuk oleh Helicobacterpylori
memicu pembentukan leukosit, dimana leukosit akan menuju ke daerah yang mengalami kerusakan, sehingga cytokines tambahan dilepaskan.
Derajat infeksi H.pylori dan beratnya kerusakan mukosa berbanding lurus dengan luasnya infiltrasi leukosit. Endotoksin H. pylori meningkatkan inflamasi mukosa
melalui peningkatan adhesi lekosit pada sel-sel endotelium. H. pylori merangsang faktor-faktor dalam tubuh manusia untuk meningkatkan produksi interleukin 8
IL-8 mRNA epitel dan IL-8 imunoreaktif Dipiro, et al., 2008. Mekanisme lain yaitu kenaikan gastrin. Meningkatnya sekresi gastrin
dipicu oleh dua mekanisme, yaitu: 1 Ammonia yang dihasilkan membentuk lingkungan basa dekat sel G dan memicu pelepasan gastrin, 2 jumlah sel D
antral dibawah normal pada pasien terinfeksi H. pylori, sehingga menurunkan produksi somatostatin dan meningkatkan pelepasan gastrin. H. pylori juga
menurunkan sekresi bikarbonat duodenal dan melemahkan mekanisme perlindungan mukosa duodenal Golan, et al, 2012.
Respon antibodi lambung memicu pelepasan IgA dan IgG. Sekresi IgA dapat melindungi mukosa tanpa aktivasi komplemen, sedangkan IgG dengan
mengaktivasi komplemen yang menyebabkan kerusakan epitel immune complex mediated
dan penurunan sitoproteksi. Pada strain H.pylori yang virulen ditemukan lebih banyak adhesi antara H. pylori dengan permukaan mukosa
lambung. H. pylori dapat meningkatkan gastrin plasma melalui perangsangan sel G lambung dan menurunkan sekresi somatostatin melalui inhibisi sel G lambung,
akibatnya terjadi hipersekresi gastrin Dipiro, et al., 2008.
Gambar 1. Mekanisme infeksi H. Pylori
sumber : http:www.nobelprize.org.html Efek merugikan NSAID yang menimbulkan terjadinya ulkus peptik
diakibatkan oleh penghambatan COX-1 dan COX-2. COX atau prostaglandin H
sintase PGHS berfungsi sebagai katalis pada tahap pertama proses biosintesis prostaglandin, tromboksan dan prostasiklin. Ada dua bentuk isoform dari enzim
siklooksigenase, yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1 adalah bentuk enzim utama yang ditemukan dibanyak jaringan dan bertanggung jawab dalam menjaga fungsi
normal tubuh termasuk keutuhan mukosa lambung dan pengaturan aliran darah ginjal. Sebaliknya, COX-2 tidak ditemukan di jaringan pada kondisi normal,
tetapi diinduksi oleh berbagai stimulus, seperti endotoksin, sitokin, mitogen dan dikaitkan dengan produksi prostaglandin selama proses inflamasi, nyeri, dan
respon piretik Dipiro, 2008.
Gambar 2. Mekanisme efek NSAID
sumber : http:www.nobelprize.org.html Aspirin dan NSAID non selektif menghambat COX-1 dan COX-2 yang
mengakibatkan toksisitas pada saluran cerna. Selain itu, aspirin dan NSAID non
aspirin menghambat aktivitas platelet pada COX-1 yang mengakibatkan menurunnya agregasi platelet dan terjadi perdarahan berkepanjangan sehingga
meningkatkan perdarahan saluran cerna. NSAIDmenyebabkan kerusakan mukosa lambung melalui dua mekanisme: a iritasi langsung maupun topikal pada epitel
lambung dan b penghambatan sistemik sintesis prostaglandin mukosa endogen Dipiro, et al., 2008.
Gambar 3. Mekanisme pembentukan ulkus
Price and Wilson, 1984
5. Manifestasi Klinik