Penggunaan Antibiotika Secara Rasional Evaluasi Penggunaan Antibiotika

25

3. Perhitungan dosis obat

Penentuan dosis obat pada anak-anak dianjurkan mengacu pada buku-buku standar pengobatan anak dan buku pedoman terapi anak, agar didapatkan hasil terapetik yang lebih dominan dan mengurangi efek toksisitas yang mungkin muncul.

E. Penggunaan Antibiotika Secara Rasional

Menurut WHO 2001, kriteria penggunaan obat yang rasional adalah sebagai berikut. 1. Tepat indikasi Pemilihan antibiotika berdasarkan keluhan yang dialami pasien dan disertai dengan hasil pemeriksaan fisik yang akurat. 2. Tepat dosis Dosis obat yang diberikan berada dalam range terapi obat tersebut. Pemberian dosis obat juga harus disesuaikan dengan umur, berat badan dan kronologis penyakit yang di derita pasien. 3. Tepat cara pemberian Cara pemberian obat yang tepat harus mempertimbangkan keamanan dan kondisi pasien. Misalnya secara per Oral, per Rektal, Intravena, Intratekal, subcutan, dan lain-lain 26 4. Tepat interval waktu pemberian Rentang waktu pemberian obat harus sesuai dengan aturan pemakaian yang telah ditentukan. Misalnya per 4 jam, per 6 jam, per 8 jam, per 12 jam dan per 24 jam, dan lain-lain. 5. Tepat lama pemberian Pada kasus tertentu pemberian antibiotika memerlukan durasijangka waktu tertentu. Tidak terlalu singkat atau terlalu lama. Misalnya selama 3 hari, 5 hari, 7 hari, 10 hari, 1 bulan, dan lain-lain. 6. Obat yang diberikan harus efektif dan terjamin mutunya Menghindari pemberian obat yang kedaluwarsa dan tidak sesuai dengan jenis keluhan penyakit. 7. Tersedian setiap saat dengan harga yang terjangkau Jenis obat mudah didapatkan kapanpun diperlukan dan dengan harga yang dapat dijangkau oleh pasien. 8. Meminimalkan efek samping obat Mengurangi kemungkinan terjadinya efek samping yang tidak diinginkan dari penggunaan obat. 27

F. Evaluasi Penggunaan Antibiotika

Menurut Kemenkes RI 2011, evaluasi penggunaan antibiotika bertujuan untuk. 1. Mengetahui jumlah penggunaan antibiotika di rumah sakit 2. Mengetahui dan mengevaluasi kualitas penggunaan antibiotika di rumah sakit 3. Sebagai dasar dalam menetapkan surveilans penggunaan antibiotika di rumah sakit secara sistematik dan terstandar 4. Sebagai indikator kualitas layanan rumah sakit Berdasarkan Kemenkes RI 2011 tentang pedoman pelayanan kefarmasian untuk terapi antibiotika, evaluasi penggunaan antibiotika dapat dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. Evaluasi secara kuantitatif dapat dilakukan dengan penghitungan DDD per 100 hari rawat DDD per 100 bed days, untuk mengevaluasi jenis dan jumlah antibiotika yang digunakan. Evaluasi secara kualitatif dapat dilakukan antara lain dengan metode Gyssen, untuk mengevaluasi ketepatan penggunaan antibiotika. Penelitian ini menggunakan metode Gyssen untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika yang rasional. Metode Gyssens dapat mengevaluasi seluruh aspek penggunaan antibiotika seperti ketepatan indikasi, alternatif yang lebih efektif, lebih tidak toksik, lebih murah, spektrum lebih sempit, lama pengobatan, dosis, interval, rute pemberian dan waktu pemberian. Diagram alur Gyssens merupakan alat yang penting dalan proses penilaian kualitas penggunaan antibiotika. Proses penilaian menggunakan diagram 28 alur Gyssens akan terbagi dalam beberapa kategori. Kategori ketepatan penggunaan antibiotika menurut Gyssens, yaitu sebagai berikut ini. Kategori 0 = penggunaan antibiotika tepatbijak Kategori I = penggunaan antibiotika tidak tepat waktu Kategori IIA = penggunaan antibiotika tidak tepat dosis Kategori IIB = penggunaan antibiotika tidak tepat interval pemberian Kategori IIC = penggunaan antibiotika tidak tepat cararute pemberian Kategori IIIA = penggunaan antibiotika terlalu lama Kategori IIIB = penggunaan antibiotika terlalu singkat Kategori IVA = ada antibiotika lain yang lebih efektif Kategori IVB = ada antibiotika lain yang kurang toksiklebih aman Kategori IVC = ada antibiotika lain yang lebih murah Kategoti IVD = ada antibiotika lain yang spektrum antibakterinya lebih sempit Kategoti V = tidak ada indikasi penggunaan antibiotika Kategoti VI = data rekam medik tidak lengkap dan tidak dapat dievaluasi Proses evaluasi dapat dilihat dari diagram alur Gyssens pada Gambar 1. 29 Gambar 1. Diagram alur metode Gyssens Kemenkes RI, 2011 30 Evaluasi antibiotika dimulai dari kotak yang paling atas, yaitu dengan melihat apakah data lengkap atau tidak untuk mengkategorikan penggunaan antibiotika Kemenkes RI, 2011. 1. Bila data tidak lengkap, berhenti di kategori VI Data tidak lengkap adalah data rekam medis tanpa diagnosis kerja, atau ada halaman rekam medis yang hilang sehingga tidak dapa dievaluasi. Diagnosis kerja dapat ditegakan secara klinis dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Bila data lengkap, dilanjutkan dengan pertanyaan dibawahnya, apakah ada infeksi yang membutuhkan antibiotika? 2. Bila tidak ada indikasi pemberian antibiotika, berhenti di kategori V Bila antibiotika memang terindikasi, lanjutkan dengan pertanyaan di bawahnya. Apakah pemilihan antibiotika sudah tepat? 3. Bila ada pilihan antibiotika lain yang lebih efektif, berhenti di kategori IVA Bila tidak, lanjutkan dengan pertanyaan di bawahnya, apakah ada alternatif lain yang kurang toksik? 4. Bila ada pilihan antibiotika lain yang kurang toksik, berhenti di kategori IVB Bila tidak, lanjutkan dengan pertanyaan di bawahnya, apakah ada alternatif lebih murah? 5. Bila ada pilihan antibiotika lain yang lebih murah, berhenti di kategori IVC Bila tidak, lanjutkan dengan pertanyaan di bawahnya, apakah ada alternatif lain yang spektrumnya lebih sempit? 31 6. Bila ada pilihan antibiotika lain dengan spektrum yang lebih sempit, berhenti di kategori IVD Jika tidak ada alternatif lain yang lebih sempit, lanjutkan dengan pertanyaan di bawahnya, apakah durasi antibiotika yang diberikan terlalu panjang? 7. Bila durasi pemberian antibiotika terlalu panjang, berhenti di kategori IIIA Bila tidak, diteruskan dengan pertanyaan apakah durasi antibiotika terlalu singkat? 8. Bila durasi pemberian antibiotika terlalu singkat, berhenti di kategori IIIB Bila tidak, diteruskan dengan pertanyaan di bawahnya. Apakah dosis antibiotika yang diberikan sudah tepat? 9. Bila dosis pemberian antibiotika tidak tepat, berhenti di kategori IIA Bila dosisnya tepat, lanjutkan dengan pertanyaan berikutnya, apakah interval antibiotika yang diberikan sudah tepat? 10. Bila interval pemberian antibiotika tidak tepat, berhenti di kategori IIB Bila intervalnya tepat, lanjutkan dengan pertanyaan di bawahnya. Apakah rute pemberian antibiotika sudah tepat? 11. Bila rute pemberian antibiotika tidak tepat, berhenti di kategori IIC Bila rute tepat, lanjutkan ke kotak berikutnya. 12. Bila penggunaan antibiotikanya tidak tepat waktu, berhenti di kategori I. 13. Bila antibiotika tidak termasuk kategori I sampai dengan VI, antibiotika tersebut merupakan kategori 0. 32

G. Keterangan Empiris

Dokumen yang terkait

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid Anak Di Instalasi Rawat Inap Rsau Adi Soemarmo.

1 4 12

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Sayidiman Magetan Tahun 2014.

1 28 17

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Sayidiman Magetan Tahun 2014.

0 1 11

Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul.

0 1 50

Evaluasi peresepan antibiotika pada pasien diare dengan metode gyssens di instalasi rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode April 2015.

0 4 213

Evaluasi peresepan antibiotika dengan metode gyssens pada pasien leptospirosis di RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Januari-Mei 2015.

1 10 242

Evaluasi peresepan antibiotika dengan metode gyssens pada pasien infeksi sepsis neonatal periode Maret-April 2015 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

0 7 188

Evaluasi penggunaan obat Hipoglikemia pada pasien di instalasi rawat inap bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015.

1 6 117

Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul

0 0 48

Evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien demam tifoid kelompok pediatrik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari-Desember 2010 - USD Repository

0 3 153