42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien anak dengan demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati
Bantul Yogyakarta periode Januari-Desember 2013 akan disajikan dalam empat bagian yaitu karakteristik pasien anak dengan demam tifoid, profil penggunaan
obat secara keseluruhan selama pasien dirawat inap, profil penggunaan antibiotika dan evaluasi kerasioanalan penggunaan antibiotika menurut metode Gyssens.
A. Karakterikstik Pasien Anak Dengan Demam Tifoid
1. Jenis Kelamin
Karakteristik pasien anak penderita demam tifoid berdasarkan jenis kelamin di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
periode Januari-Desember 2013 dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Persentasi jumlah pasien laki-laki dan perempuan penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
periode Januari-Desember 2013 N=40 Berdasarkan Gambar 2 di atas pasien anak penderita demam tifoid di
Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Januari-Desember 2013, lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar
60 24 pasien dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 40 16 pasien.
60 40
Laki-laki Perempuan
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rufaldi 2011 diperoleh hasil bahwa proporsi pasien anak penderita demam tifoid lebih
banyak diderita oleh pasien anak berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan karena anak laki-laki memiliki aktifitas diluar
rumah lebih banyak, sehingga memungkinkan anak laki-laki beresiko lebih besar terinfeksi Salmonella typhi dibandingkan anak perempuan Artanti, 2013.
2. Umur
Penelitian ini menggunakan pasien anak yang berumur berumur 0-12 tahun. Anak dikelompokan berdasarkan tingk
at umur yaitu neonatus umur ≤1 tahun, balita umur 1-5 tahun, dan anak sekolah umur 5-12 tahun Wahab,
2011. Karakteristik pasien anak penderita demam tifoid berdasarkan umur di
Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Januari-Desember 2013 dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Persentasi kasus demam tifoid berdasarkan umur di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Januari-Desember
2013 N=40 Berdasarkan Gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa persentasi kasus
demam tifoid berdasarkan umur banyak diderita oleh anak pada rentang umur 5- 12 tahun yaitu sebesar 57,5 23 pasien, diikuti oleh anak pada rentang umur
2,5 40
57,5 ≤1 tahun 2,5
1-5 tahun 40
5-12 tahun 57,5
1-5 tahun yaitu sebesar 40 16 pasien dan anak umur ≤1 tahun yaitu sebesar
2,5 1 pasien. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rufaldi
2011 diperoleh hasil bahwa persentasi kasus demam tifoid banyak diderita oleh anak pada rentang umur 5-12 tahun. Hal ini disebabkan karena kelompok umur
5-12 tahun merupakan kelompok anak sekolah yang mempunyai kebiasaan jajan di sekolah atau tempat lain diluar rumah yang kebersihannya tidak dapat dijamin
Artanti, 2013. 3.
Jumlah pasien anak yang menderita demam tifoid pada bulan Januari- Desember 2013
Jumlah pasien anak yang menderita demam tifoid pada bulan Januari- Desember 2013 di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.
Gambar 4. Jumlah pasien anak yang menderita demam tifoid tiap bulan di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode
Januari-Desember 2013
1 2
3 4
5 6
7
Jumlah Kasus
Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa proporsi teringgi penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati
Bantul Yogyakarta tahun 2013 berdasarkan bulan adalah bulan April 17,5 7 kasus dan terendah pada bulan Januari, Mei, Juni, dan Juli yaitu sebesar 2,5 1
kasus. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rufaldi 2011 di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Kasus demam tifoid pada tahun
2010 di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta paling banyak terdiagnosis pada bulan Maret 22,2 dan terendah pada bulan November 11,1.
4. Distribusi diagnosis akhir demam tifoid pada pasien anak
Diagnosis akhir demam tifoid dapat dilakukan dengan melihat gejala- gejala klinik yang ada disertai hasil pemeriksaan penunjang laboratorium.
Diagnosis akhir penyakit demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta dibagi menjadi 2 yaitu demam tifoid
dan demam tifoid dengan penyakit lain dan atau komplikasi. Diagnosa akhir demam tifoid menyatakan bahwa pasien hanya
menderita demam tifoid saja tanpa disertai penyakit lain dan atau komplikasi. Demam tifoid dengan penyakit lain dan atau komplikasi menyatakan bahwa selain
pasien menderita demam tifoid, muncul penyakit lain. Hal ini disebabkan karena sebelumya pasien sudah terinfeksi bakteri, virus dan fungi lain, misalnya ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut, RFA Rhino Faringitis Akut, ISK Infeksi Saluran Kemih, PKTB Primer Komplek Tuberkulosis, DHF Dengue
Hemorrhagic Fever dan stomatitis.
Gambar 5. Persentasi Jumlah pasien anak yang di diagnosis akhir penyakit demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
periode Januari-Desember 2013 N=40
Berdasarkan Gambar 5 di atas dapat dilihat bahwa diagnosa akhir demam tifoid memiliki persentasi yang lebih tinggi yaitu sebesar 52,5 21
pasien. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Triana 2003 di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2000-
Desember 2001, menyatakan bahwa persentasi diagnosis akhir demam tifoid tanpa penyakit lainkomplikasi lebih tinggi 87,27 dibandingkan diagnosis
akhir demam tifoid dengan penyakit lainkomplikasi 12,73. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pratiwi 2010 di RSUD
Dr. Agoesdjam Ketapang periode Juni 2008-Juni 2009 menyatakan bahwa persentasi diagnosis akhir demam tifoid dengan penyakit lainkomplikasi lebih
tinggi 75 dibandingkan diagnosis akhir demam tifoid tanpa penyakit lainkomplikasi 25.
52,5 47,5
Demam Tifoid 52,5
Demam Tifoid dengan penyakit
lain dan atau komplikasi 47,5
B. Profil Pengunaan Obat Secara Keseluruhan