memupuk korupsi, yang artinya, tindak korupsi yang ada semakin subur atau bahkan semakin tumbuh meluas di berbagai kalangan.
Tuturan “Kesannya koruptor itu kok pejabat terhormat” pada data percakapan 19 memiliki ilokusi yang menyatakan untuk tidak pilih kasih dalam
memberikan hukuman bagi para terpidana. Perlokusi dari tuturan tersebut menyatakan agar pemerintah dapat menerapkan hukum yang ada di Indonesia
secara adil dan merata. Tuturan “Kesannya koruptor itu kok pejabat terhormat” yang terdapat
dalam data pojok KOMPAS mengandung implikatur dengan maksud kritik atau memberikan kritik
. Munculnya tanggapan tersebut oleh Mang Usil, yakni digunakan untuk mengkritik pemerintah yang mengusulkan agar terpidana korupsi
dan teroris diberikan remisi pengurangan hukuman untuk para terpidana, karena menurut Muladi, Mantan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional, kedua jenis
kejahatan itu sangat luar biasa, sehingga tidak pantas jika diberikan remisi.
4.2.2.10 Maksud Mengucapkan Selamat
Mengucapkan selamat adalah suatu ungkapan yang ditujukan oleh seseorang untuk memberikan sanjungan, pernyataan yang mengandung sebuah
harapan agar sejahtera, beruntung, dan lebih baik. Dalam pengumpulan datanya, peneliti menemukan data dengan maksud implikatur memberikan selamat atau
mengucapkan selamat .
20 Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1432 H Mohon Maaf Lahir dan Batin.
KOMPAS, Sabtu, 27 Agustus 2011 Konteks: Tuturan tersebut dikemukakan oleh pengasuh pojok, yakni
Mang Usil, dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1432 H yang jatuh pada Rabu, 31 Agustus 2011. Mang Usil
mewakili pengurus dan seluruh staf KOMPAS mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri.
Pada data percakapan 20 di atas, hanya terdapat satu tuturan, yaitu “Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1432 H Mohon Maaf Lahir dan Batin” yang
memiliki ilokusi menyampaikan ucapan maaf lahir dan batin kepada para pembaca. Perlokusi dari tuturan tersebut agar semua masyarakat sadar akan
kesalahan masing-masing yang pernah dilakukan terhadap sesama. Tuturan percakapan 20 di atas merupakan implikatur dengan maksud
mengucapkan selamat . Implikasi dari tuturan tersebut adalah agar semua
masyarakat segera meminta maaf dan memaafkan antarsesama dalam Hari Raya Idul Fitri tersebut.
4.2.2.11 Maksud Mengeluh
Tuturan mengeluh adalah suatu ungkapan yang menyatakan susah karena suatu penderitaan, kesakitan, kekecewaan, dan sebagainya. Dalam data pojok
KOMPAS edisi Juli
– September 2011, peneliti menemukan beberapa data dengan maksud implikatur mengeluh. Berikut peneliti jabarkan data tersebut.
21 Indonesia genap berusia 66 tahun.
Lirik lagu “Ibu Pertiwi”: ... ibu sedang lara, merintih ... KOMPAS, Selasa, 16 Agustus 2011
Konteks: Tuturan tersebut memberikan informasi mengenai Indonesia yang akan berusia 66 tahun pada tanggal 17 Agustus 2011.
Tutran tersebut dikaitkan dengan keadaan Indonesia saat itu, dengan
menggunakan liriklagu “Ibu Pertiwi”.
22 Persoalan mudik dari tahun ke tahun sama.
Selalu sama: semrawut, gedebak-gedebuk KOMPAS, Rabu, 24 Agustus 2011
Konteks: Tuturan tersebut merupakan berita mengenai pelayanan bagi para pemudik di stasiun kereta api, di Jakarta. Seorang pekerja,
Jatmiko, mengemukakan bahwa pelayanan untuk pembelian tiket KA tidak sesuai dengan data yang tertera di papan pengumuman
stasiun.
Ilokusi dari tuturan “Lirik lagu “Ibu Pertiwi”: ... ibu sedang lara, merintih ...
” pada data percakapan 21 adalah ingin menyindir mengenai keadaan Indonesia yang dikaitkan dengan syair lagu Ibu Pertiwi. Perlokusi dari tuturan
tersebut agar pemerintah sadar dan berbenah diri sehingga nantinya dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik.
Tuturan “Lirik lagu “Ibu Pertiwi”: ... ibu sedang lara, merintih ...” pada data percakapan 21 mengandung implikatur dengan maksud mengeluh. Mang
Usil mengibaratkan Indonesia dengan sebutan Ibu Pertiwi, serta keadaan Indonesia yang kacau-balau digambarkan dengan syair dari lagu tersebut yang
berbunyi “... ibu sedang lara, merintih...”. Tuturan tersebut ingin menggambarkan keadaan Indonesia yang telah berusia 66 tahun, yang seharusnya Indonesia
semakin menjadi negara yang dewasa dan bijaksana, meratanya keadilan, serta adanya kesejahteraan dalam kehidupan. Namun, semuanya itu tidak seperti yang
diharapkan, Indonesia selalu diliputi oleh berbagai macam masalah yang tak kunjung selesai, sebagai contoh yang paling jelas yakni korupsi. Dengan adanya
korupsi, mereka yang mengambil uang tersebut dapat menikmati hidup yang diinginkan, namun tidak demikian bagi rakyatnya. Yang kaya semakin kaya,
sedangkan yang miskin semakin hidup menderita.
Ilokusi dari tuturan “Selalu sama: semrawut, gedebak-gedebuk” pada data percakapan 22 adalah suatu beentuk protes mengenai layanan publik yang ada di
stasiun setiap menjelang Lebaran. Perlokusi dari tuturan tersebut adalah adanya tindakan untuk mengentaskan permasalahan yang selalu muncul setiap tahunnya.
Pada tuturan “Selalu sama: semrawut, gedebak-gedebuk” yang terdapat di percakapan 22 mengandung implikatur dengan maksud mengeluh. Munculnya
tanggapan tersebut yang dibuat oleh Mang Usil adalah untuk menyuarakan keluhan dari para pemudik di Jakarta, tepatnya para pemudik dengan
menggunakan kereta api. Para pemudik mengeluhkan mengenai pelayanan penjualan tiket yang selalu tidak sesuai dengan jadwal yang dipasang di papan
pengumuman. Namun hal tersebut tidak murni kesalahan dari pihak stasiun, namun juga tidak adanya tindakan pemerintan dalam hal pengamanan agar stasiun
terbebas dari aksi para calo tiket. Oleh karena itu,perlunya tindakan dari pemerintah yang terstruktur agar hal tersebut tidak terjadi lagi di tahun
mendatang.
4.2.2.12 Maksud Menyarankan