Levinson dalam Rani, dkk., 2006:173 mengemukakan ada empat kegunaan konsep implikatur, yaitu:
a Dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta yang tidak
terjangkau oleh teori linguistik. b
Dapat memberikan suatu penjelasan yang tegas tentang perbedaan lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa.
c Dapat memberikan pemerian semantik yang sederhana tentang
hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung yang sama.
d Dapat memberikan berbagai fakta yang secara lahiriah kelihatan tidak
berkaitan, malah berlawanan seperti metafora. Berdasarkan penjelasan mengenai implikatur di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa implikatur adalah sebuah kajian yang berusaha untuk menemukan maksud dari sebuah ujaran yang dinyatakan secara implisit oleh
penutur.
2.2.3.1 Implikatur Konvensional
Implikatur konvensional merupakan implikatur yang ditentukan oleh arti konvensional kata-kata yang digunakan Grice, 1975 dalam Rani, 2006:171-182.
Menurut Yule 2006:78 implikatur konvensional tidak didasarkan pada prinsip kerjasama atau maksim-maksim. Sementara itu, Lusia 2011:29 memahami
implikatur konvensional memiliki makna yang bersifat lebih lama, tidak seperti implikatur percakapan yang hanya memiliki makna temporer, yakni suatu makna
yang hanya ada saat terjadi percakapan pada situasi tertentu. Secara singkat, implikatur konvensional adalah sebuah tuturan yang memiliki arti paten pada
suatu daerah tertentu. Agar dapat memahami implikatur konvensional, perhatikan contoh di
bawah ini: a
Si Tigor orang Medan, jadi nada bicaranya seperti orang marah- marah.
b Masih cukup banyak masyarakat Indonesia yang tinggal di pedalaman
mengalami buta aksara. Implikatur tuturan a menyatakan bahwa nada bicara Tigor seperti orang
yang sedang marah merupakan konsekuensinya sebagai orang Medan. Jika Tigor bukan orang Medan, tentu tuturan tersebut tidak berimplikatur bahwa nada bicara
Tigor seperti orang marah karena ia orang Medan. Pada tuturan b menyatakan bahwa masih cukup banyak masyarakat Indonesia yang tinggal di pedalaman
belum bisa membaca dan menulis. Buta aksara sudah diketahui maknanya oleh masyarakat sebagai belum bisa membaca dan menulis.
2.2.3.2 Implikatur Non-konvensionalImplikatur Percakapan
Implikatur percakapan memiliki lebih banyak pengertian dan makna. Oleh sebab itu, pemahaman terhadap sesuatu yang dimaksudkan sangat bergantung
pada konteks situasi terjadinya percapakan. Implikatur percakapan ini hanya memiliki makna yang temporer, yaitu makna yang hanya terjadi ketika
percakapan tersebut terjadi.
Dalam suatu dialog, sering terjadi bahwa seorang penutur tidak mengutarakan maksudnya secara langsung. Hal yang ingin diucapkan justru
“disembunyikan” atau diucapkan secara tidak langsung. Perhatikan contoh berikut.
c P
1
: “Selamat siang, Pak Apakah Bapak puas dengan pelayanan kami semalam?”
P
2
: “Ya, saya sangat puas.”
Percakapan di atas terjadi antara P
1
dan P
2
pada sebuah bagian reservasi di hotel. P
1
menanyakan pada mitra tuturnya P
2
mengenai kepuasan menikmati layanan di hotel. Dikatakan memiliki makna yang temporer karena peristiwa ini
hanya terjadi saat itu, pada orang yang mengalami, dan di tempat terjadinya peristiwa itu. Jika tuturan tersebut diulang, maka maksud yang ingin disampaikan
tidak akan sama seperti saat tuturan tersebut diungkapkan di hotel. Implikatur percakapan merupakan implikasi pragmatis yang terdapat di
dalam percakapan yang timbul sebagai terjadinya pelanggaran prinsip percakapan. Menurut Grice 1975:43 dan Gazdar 1979:38, implikatur percakapan adalah
pernyataan implikatif, yakni apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau dimaksudkan oleh penutur, berbeda dari apa yang dikatakan dalam ucapannya.
Sementara itu, Purwo 1990:20 menyatakan bahwa implikatur percakapan adalah hubungan atau keterkaitan antartuturan penutur dengan mitra tutur yang
maknanya tidak terungkap secara literalpada tuturan itu sendiri. Pandangan lain mengenai implikatur percakapan oleh Grice 1975 dalam
Rani, 2006:171 yang menambahkan bahwa implikatur percakapan mengutip
prinsip kerjasama atau kesepakatan bersama, yakni bahwa hal yang dibicarakan oleh partisipan harus saling terkait.
Yule 2006:70-75 menjelaskan bahwa implikatur percakapan dibagi menjadi dua macam, yakni implikatur percakapan umum dan implikatur
percakapan khusus. Implikatur percakapan umum adalah implikatur yang memperhitungkan makna tambahan. Implikatur percakapan khusus adalah
percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana pembaca mengasumsikan informasi secara lokal.
Selain itu, ada juga implikatur percakapan berskala yang masih termasuk dalam
implikatur percakapan
umum. Implikatur
percakapan berskala
memperhitungkan sebuah kata yang mengandung skala jumlah atau kjuantitas, karena penggunaannya akan mempengaruhi maksud yang dituturkan. Skala nilai
adalah tingkatan kuantitas yang dilambangkan oleh sebuah kata seperti, semua, banyak, sebagian besar, beberapa, sedikit,
dan lain sebagainya. Perhatikan contoh di bawah ini.
d
Dea sedang memilih beberapa jenis kain untuk dijadikan baju.
e
Semua mahasiswa PBSI angkatan 2008 harus lulus pada bulan Mei
2015. Implikatur percakapan berskala dalam tuturan d ditandai dengan adanya
penggunaan kata beberapa yang berarti kain yang akan dipilih Dea tidak lebih dari kata banyak. Implikaturnya adalah, kain yang akan dibeli Dea tidak banyak.
Kemudian dala tuturan e menggunakan kata semua. Penutur ingin mengatakan bahwa mahasiswa PBSI angkatan 2008 harus lulus tanpa ada yang tersisa.
2.2.4 Konteks