Praanggapan Presupposition Tindak Tutur

akhirnya disatukan oleh Leech menjadi pragmatik umum general pragmatics yang objek kajiannya adalah keseluruhan objek kajian dari ketiga jenis pragmatik tersebut.

2.2.2 Fenomena-Fenomena Pragmatik

Studi mengenai pragmatik bertujuan untuk mengajak seseorang dalam memahami tuturan orang lain saat berkomunikasi. Dalam berkomunikasi, secara tidak sadar terkadang seseorang melakukan suatu fenomena kebahasaan yang masih termasuk dalam ilmu studi pragmatik. Fenomena-fenomena pragmatik dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini.

2.2.2.1 Praanggapan Presupposition

Dalam berkomunikasi, terkadang seseorang menganggap informasi tertentu sudah diketahui oleh pendengarnya. Oleh karena itu, informasi tertentu yang sudah diketahui tersebut biasanya tidak akan dinyatakan. Yule 2006:43 mendefinisikan praanggapan presupposition sebagai suatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Dalam hal ini, penuturlah yang memiliki praanggapan, bukan kalimatnya. Konsep lain datang dari Huang 2007:43 mendefinisikan presuposisi sebagai berikut: “presupposition can be informally defined as an inference or proposition whose truth is taken for granted in the utterance of a sentence”. Berdasarkan uraian di atas mengenai praanggapan atau presuposisi, dapat disimpulkan bahwa praanggapan merupakan suatu makna atau maksud tersirat dari tuturan dan belum diungkapkan kepada mitra tuturnya.

2.2.2.2 Tindak Tutur

Austin serta Searle 1975 dalam Nadar, 2009:14 membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan ujaran. Ketiga ujaran tersebut adalah tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusioner. Penjelasan mengenai jenis-jenis tindakan tersebut telah peneliti rangkum sebagai berikut. 1 Tindak lokusioner locutionary yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan makna kata dan makna kalimat sesuai dengan makna kata di dalam kamus makna yang sesungguhnya dan makna sintaksis kalimat menurut kaidah sintaksisnya. Secara singkat, tujuan dari tindak tutur ini untuk menyatakan sesuatu dan hanya bersifat informatif. Contoh: a Anjing merupakan binatang mamalia. b Kucing suka makan ikan. c Jari tangan manusia berjumlah sepuluh. 2 Tindak ilokusioner illocutionary yaitu tindak melakukan sesuatu. Dalam hal ini dibicarakan mengenai maksud, fungsi, atau daya ujar yang bersangkutan, serta bertanya “untuk apa ujaran itu dilakukan” atau “apa tujuan dari ujaran itu. Secara singkat, tindak ilokusioner adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu dan digunakan untuk melakukan sesuatu. Contoh: a Tono, rambutmu sudah panjang. Analisis: Dari segi lokusi, jika tuturan ini diucapkan oleh seorang ibu kepada anaknya, tuturan ini mempunyai tujuan memberitahu kepada Tono bahwa rambutnya sudah panjang. Dari segi ilokusi, tuturan ini mempunyai tujuan agar Tono memangkas rambutnya karena sudah panjang . b Seminggu lagi kita akan menghadapi ujian, lho. Analisis: Dari segi lokusi, jika tuturan ini diucapkan oleh seorang guru kepada murid-muridnya, tuturan ini bertujuan untuk memberitahu bahwa seminggu lagi ujian akan dimulai. Namun, secara ilokusi, tuturan ini memiliki tujuan agar murid-murid belajar karena ujian sudah hampir tiba . c Awas, ada anjing Analisisnya: Dari segi lokusi tuturan tersebut memiliki tujuan memberikan informasi bahwa di tempat tersebut ada anjing. Dari segi ilokusi, tuturan tersebut memiliki tujuan agar orang yang jalan di sekitar tempat itu untuk berhati-hati atau memilih jalan lain karena ada anjing . 3 Tindak perlokusioner perlocutionary yaitu tindak yang mengacu pada efek yang dihasilkan penutur dengan mengatakan sesuatu. Dengan kata lain, suatu tuturan yang dapat memberikan efek bagi yang mendengarnya. Contoh: a Tono, tulisanmu bagus sekali. Analisis: Dari segi ilokusi, tuturan ini bisa berarti pujian atau mengejek. Pujian jika memang benar tulisannya itu bagus, sehingga Tono akan merasa senang. Tetapi, akan menjadi ejekan apabila tulisannya itu tidak bagus, sehingga Tono akan merasa sedih atau malu . Efek senang dan sedih itulah yang disebut sebagai perlokusi. b Kemarin ibu aku sakit. Analisisnya: Tuturan ini diucapkan oleh Adi karena tidak dapat menghadiri undangan temannya. Dari segi ilokusi, tuturan ini memiliki makna untuk meminta maaf secara tidak langsung. Dari segi perlokusi, memiliki maksud agar orang yang mengundangnya harap maklum dengan keadaan tersebut turut simpati . c Aku sedang lelah. Analisisnya: Bayu meminta tolong kepada temannya untuk membantu mengerjakan tugas. Dari segi ilokusi, tuturan tersebut bertujuan untuk memberitahu bahwa yang dimintai tolong sedang lelah. Dari segi perlokusi, diharapkan Bayu tidak jadi meminta tolong untuk membantu mengerjakan tugasnya . Berdasarkan pada ketiga tindak tutur di atas, Searle mengembangkan teori tindak tuturnya dengan berpusat pada tindak ilokusioner illocutionary. Searle Yule, 2006:92 mengklasifikasikan tindak tutur berdasarkan fungsinya ke dalam lima macam, yakni deklarasi, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. a Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal status, keadaan, dan sebagainya yang baru. Tindak tutur ini disebut juga tindak tutur isbati. Yang termasuk dalam tindak tutur jenis ini adalah tuturan dengan maksud memutuskan, membatalkan, mengabulkan, mengizinkan, menggolongkan, mengangkat, dan memaafkan. Contoh: i Saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah S2 di bidang Linguistik  tuturan memutuskan. ii Ayah tidak jadi membelikan adik sepeda terbaru  tuturan membatalkan. b Representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Tindak tutur jenis ini disebut juga tindak tutur asertif. Yang termasuk tindak tutur jenis ini adalah tuturan mengungkapkan, mengakui, menuntut, menunjukkan, menyebutkan, memberikan kesaksian, melaporkan, dan sebagainya. Contoh: i Tina selalu unggul di kelasnya. Analisisnya: Kalimat pernyataan di atas menjadi tanggung jawab dari penutur. Menurut penutur, Tina memang selalu unggul di kelasnya. Hal ini dibuktikan dengan Tina yang selalu mendapat nilai bagus di kelas. ii Bapak Gubernur telah meresmikan Gedung Olah Raga itu pada tanggal 30 Juni 2011. Analisisnya: Bapak Gubernur memang telah meresmikan Gedung Olah Raga tersebut. Ini bisa dibuktikan dengan penutur yang berada di lokasi saat peresmian gedung tersebut. c Ekspresif adalah jenis tindak tutur untuk menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur ini disebut juga tindak tutur evaluatif . Yang termasuk dalam tindak tutur ini adalah jenis tuturan dengan maksud mengucapkan terima kasih, mengeluh, mengucapkan selamat, menyanjung, memuji, menyalahkan, mengkritik, dan sebagainya. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, kesengsaraan, dan lain sebagainya. Contoh: i Sudah kerja keras siang dan malam, tapi hasilnya tetap saja tidak dapat untuk mencukupi kebutuhan  tuturan mengeluh. ii Semua ini gara-gara Yono, kelompok kita didiskualifikasi dari lomba ini  tuturan menyalahkan. d Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Tindak tutur ini disebut juga tindak tutur impositif. Yang termasuk ke dalam tindak tutur jenis ini antara lain, tuturan dengan maksud meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, menantang, dan memberikan aba-aba. Contoh: i Mana, katanya mau traktir aku, nih  tuturan menagih. ii Belok kiri ikuti isyarat lampu lalu lintas  memberikan aba-aba. e Komisif adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini dapat berupa tuturan dengan maksud mengucapkan sumpah, berjanji, mengancam, menyatakan kesanggupan, dan berkaul. Contoh: i Jika nanti sore tidak hujan, saya akan main ke rumah Danang  tuturan berjanji. ii Kalau kamu tidak mendengarkan kata ibumu, lihat saja nanti  tuturan mengancam. Tabel 2.1 Lima Fungsi Tindak Tutur Searle Tindak Tutur Arah Penyesuaian P= penutur X= situasi Deklarasi Kata mengubah dunia P menyebabkan X Representatif Kata disesuaikan dengan dunia P meyakini X Ekspresif Kata disesuaikan dengan dunia P merasakan X Direktif Dunia disesuaikan dengan kata P menginginkan X Komisif Dunia disesuaikan dengan kata P memaksudkan X

2.2.2.3 Kesantunan Berbahasa

Dokumen yang terkait

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA POJOK SURAT KABAR KOMPAS EDISI Tindak Tutur Ilokusi Pada Wacana Pojok Surat Kabar Kompas Edisi November 2015 Diimplementasikan Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Sma/Smk Kelas X.

0 3 12

IMPLIKATUR PADA KOLOM POJOK “MANG USIL” DALAM SURATKABAR KOMPAS EDISI NOVEMBER 2014 Implikatur Pada Kolom Pojok “Mang Usil” Dalam Surat Kabar Kompas Edisi November 2014.

0 3 14

PENDAHULUAN Implikatur Pada Kolom Pojok “Mang Usil” Dalam Surat Kabar Kompas Edisi November 2014.

0 5 6

IMPLIKATUR PADA RUBRIK POJOK “MANG USIL” DALAM SURATKABAR KOMPAS EDISI NOVEMBER 2014 Implikatur Pada Kolom Pojok “Mang Usil” Dalam Surat Kabar Kompas Edisi November 2014.

0 2 20

Gaya Bahasa Sindiran dalam Wacana Pojok pada Surat Kabar Kompas.

0 0 6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Implikatur Dalam Wacana Pojok “Berabe” Pada Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi September 2017 - repository perpustakaan

0 0 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Penelitian dengan judul Implikatur dalam Wacana pojok - Implikatur Dalam Wacana Pojok “Berabe” Pada Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Edisi September 2017 - repository perpustakaan

0 0 27

KAJIAN IMPLIKATUR PADA WACANA “POJOK MANG USIL” DALAM KORAN KOMPAS EDISI AGUSTUS 2014 - repository perpustakaan

0 0 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Implikatur dalam Wacana Komik pada Majalah - KAJIAN IMPLIKATUR PADA WACANA “POJOK MANG USIL” DALAM KORAN KOMPAS EDISI AGUSTUS 2014 - repository perpustakaan

0 0 33

Model-model resensi dalam surat Kabar Kompas edisi Juli-September 2013 - USD Repository

0 0 254