sitokrom P-450 mengalami reduksi membentuk radikal bebas trichloromethyl ●CCl
3
kemudian diubah menjadi radikal triklorometilperoksi CCl
3
O
2 ●
yang memiliki sifat lebih reaktif Gambar 2. Paparan dari karbon tetraklorida dapat
meyebabkan sirosis hati, tumor hati, dan juga dapat meyebabkan kerusakan ginjal Timbrell, 2009.
Gambar 2 . Mekanisme toksisitas karbon tetraklorida Timbrell, 2009.
E. Alanin Aminotransferase ALT dan Aspartat Aminotransferase AST
Alanin aminotransferase ALT dan aspartat aminotransferase AST
merupakan serum yang sering digunakan untuk melihat kerusakan sel hati Dipiro, Robert, Gary, Gry, Barbara, dan Michael, 2008.
AST dan ALT serum sering disebut uji fungsi hati, merupakan pengukuran kadar enzim-enzim yang
normalnya terletak di dalam hapatosit. Keberadaan keduanya dalam serum adalah tanda nekrosis sel hati dan bukan merupakan indikasi sejati fungsi hati
McPhee
dkk., 2006. Peningkatan aktivitas ALT dalam serum merupakan indikator adanya kerusakan yang terjadi dalam sel hati, terutama kerusakan yang bersifat akut Sari,
Azizahwati, dan Retno, 2008. Penelitian yang dilakukan oleh Elya, et al., 2010 mengukur aktivitas
enzim aminotransferase AST dan ALT sebagai parameter untuk melihat apakah pemberian ekstrak etanol daun gandarusa pada mencit menimbulkan efek toksik
pada hati mencit. Alasannya adalah peningkatan kadar AST dan ALT dalam darah dapat terjadi apabila ada pelepasan enzim secara intraseluler ke dalam darah yang
disebabkan oleh nekrosis sel-sel hati atau adanya kerusakan hati secara akut, misalnya nekrosis hepatoselular atau infark miokard akut.
F. Landasan Teori
Hepar merupakan kelenjar paling besar dari tubuh. Tiga fungsi utama hepar adalah 1 produksi dan sekresi empedu kedalam saluran cerna, 2 berperan
pada metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein, dan 3 sebagai filter dari darah terhadap kuman maupun zat-zat toksik Widjaja, 2008. Fungsi normal hati
antara lain metabolisme energi dan interkonversi substrat, membentuk protein, melarutkan, mengangkut dan menyimpan beragam zat yang tanpa peran hati akan
sulit diperoleh atau diserap dan dikeluarkan oleh jaringan McPhee dkk., 2006. Karbon tetraklorida merupakan senyawa yang lazim digunakan dalam
penelitian sebagai penginduksi kerusakan hati sehingga sering digunakan dalam pengujian aktivitas hepatoprotektor suatu zat. Karbon tetraklorida CCL
4
akan diubah oleh enzim Sitokrom P 450 yang ada di dalam hati menjadi CCL
4
suatu radikal bebas yang menyebabkan autolisis asam lemak yang terdapat pada
fosfolipid membran sel sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran sel dan kerusakan membran sel. Tampak sel radang kronik. Adanya perdarahan
dimungkinkan radikal bebas merusak endotel pembuluh darah pada hati Chodidjah et al., 2007.
Penelitian Kumala dkk. 2013 menyebutkan hasil skrining fitokimia daun P.americana memiliki kandungan flavonoid, saponin dan coumarin.
Malanggi dkk. 2012 menyebutkan bahwa di dalam biji alpukat memiliki persen aktivitas antioksidan yang tinggi 93,045 sehingga dapat dipertimbangkan
sebagai salah satu sumber antioksidan alami. Berdasarkan penelitian Carpena dkk. 2011, bahwa biji P. americana mengandung senyawa fenolik dari hasil isolasi
dengan pelarut organik yang bersifat polar. Penelitian Nopitasari 2013 menduga kandungan dalam biji buah P.americana yaitu senyawa flavonoid dan fenol yang
dapat tersari oleh pelarut yang bersifat polar yaitu etanol mampu melindungi sel hati yang ditunjukkan dengan penurunan aktivitas ALT dan AST. Pernyataan
Nopitasari didukung dengan perolehan persen hepatoprotektif ekstrak etanol biji buah P. americana dengan dosis 0,35; 0,70 dan 1,40 gkgBB berturu-turut sebesar
76,8; 76,5 dan 72,4 . Antioksidan biji buah P.americana berfungsi menghambat radikal bebas dengan menginisiasi rantai reaksi oksidasi atau propagasi pada
rantai reaksi oksidasi, sehingga kerusakan oksidatif dapat berkurang. Pemberian ekstrak metanol-air biji buah P.americana pada jam ke-1, 4, dan 6 memberikan
efek hepatoprotektif yang berbeda signifikan antar kelompok dengan persen hepatoprotektif secara berturut-turut sebesar 67,7; 92,5 dan 101 Sasadara,
2013. Kulit alpukat terkandung beberapa senyawa kimia flavonoid yang diduga
dapat bekerja sebagai bahan aktif tabir surya Mokodompit et al., 2013. Vinha dkk. 2013 menyebutkan bahwa di dalam kulit buah alpukat mengandung
senyawa flavonoid sebesar 44,3±3,1 mg100g, sedangkan dalam penelitian Arukwe et al., 2012 menyebutkan bahwa dalam biji buah P. americana
mengandung flavonoid 1,90±0,07 mg100g. Menurut Wijayanti, Syarifuddin, dan Soesanto, 2003 bahwa flavonoid rutin 100 mg dalam 0,5 mL aquades mampu
menjaga konsentrasi protein mikrosomal hati atau mimiliki daya antioksidan dalam melindungi molekul protein dari radikal bebas CCl
4
. Penelitian Redha, 2010 menyatakan bahwa flavonoid sebagai salah satu
kelompok senyawa fenolik yang banyak terdapat pada jaringan tanaman dapat berperan sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidan flavonoid bersumber pada
kemampuan mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuan mengkelat logam. Penelitian Carpena dkk . 2011 berpendapat bahwa dalam biji
P. americana dapat diperoleh senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan dari hasil
isolasi dengan pelarut organik bersifat polar. Penelitian Andriani, 2014 menyebutkan bahwa hasil isolasi yang diperoleh menggunakan pelarut metanol
dengan nilai Rf 0,286 diduga merupakan senyawa flavonoid. Menurut Purwanti cit., Nopitasari, 2013 etanol dan metanol merupakan pelarut yang termasuk
golongan alkohol yang pada umumnya bersifat polar. Namun kedua pelarut tersebut memiliki tingkat kepolaran yang berbeda, dimana metanol memiliki
tingkat kepolaran yang lebih polar bila dibandingkan dengan pelarut etanol karena memiliki jumlah atom C yang lebih sedikit
.
G. Hipotesis