protektif dari efek hepatoprotektif sebesar 76,8; 76,5; dan 72,4 Nopitasari, 2013. Berdasarkan penelitian Carpena dkk. 2011, bahwa biji P. americana
mengandung senyawa fenolik dari hasil isolasi dengan pelarut organik yang bersifat polar.
Parameter standarisasi ekstrak etanol kulit buah P. americana dilihat dari pencapaian bobot tetap dengan tujuan untuk menghitung sisa zat yang diperoleh
dengan bobot tetap setelah dilakukan penguapan di atas waterbath. Ekstrak dalam cawan porselen di timbang setiap dua jam hingga bobot tetap. Hasil dari proses
penguapan didapatkan hasil ekstrak etanol kulit buah P. americana tidak mengalami perubahan bobot ekstrak etanol, sehingga peneliti menganggap bahwa
ekstrak yang dihasilkan tidak mengandung pelarut penyari. Total ekstrak etanol kulit buah P. americana yang diperoleh adalah 44,8 gram dari 8 kali replikasi,
sehingga diperoleh rata-rata ekstrak etanol kulit buah P. americana sebesar 5,6 gram. Persen rendemen ekstrak etanol kulit buah P. americana dalam penelitian
ini sebesar 14 . Menurut Tensiska, Marsetio, dan Silvia, 2007 bahwa perhitungan rendemen untuk mengukur efektivitas jenis pelarut untuk
mengekstrak komponen yang terkandung. Hasil rendemen yang didapatkan 14 artinya bahwa efektivitas pelarut etanol 70 mampu mengekstrak kandungan
kulit buah P.americana sebesar 14
B. Uji Pendahuluan
1. Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida
Senyawa yang digunakan dalam penentuan hepatotoksin dalam penelitian ini adalah karbon tetraklorida. Penentuan dosis karbon tetraklorida bertujuan
untuk mengetahui pada dosis berapa dapat menyebabkan hepatotoksik yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas serum ALT dan AST pada tikus jantan
galur Wistar. Berdasarkan penelitian Novitasari 2013 dan Avista 2013 bahwa dosis 2 mLkgBB karbon tetraklorida mampu memberikan efek hepatotoksik,
maka dalam penelitian ini peneliti memakai dosis hepatotoksik karbon tetraklorida 2 mLkgBB, sehingga diharapkan dapat menjadi pembanding dalam
efek hepatoprotektif yang paling efektif dari ekstrak yang berbeda. Karbon tetraklorida digunakan sebagai hepatotoksin yang dapat
menyebabkan kerusakan hati. Peningkatan aktivitas serum ALT dan AST akibat induksi karbon tetraklorida 2 kali dibandingkan dengan kontrol, secara signifikan
mampu meyebabkan kerusakan sel hati Rajendran, 2009. Karbon tetraklorida 2 mLkgBB mampu menyebabkan kerusakan hati yang ditunjukkan dengan
peningkatan aktivitas serum ALT 2,99 kali dan serum AST 5,03 kali dibandingkan dengan kontrol Febrianti, 2013.
Pada penelitian ini dilakukan orientasi aktivitas serum ALT pada pemberian dosis karbon tetraklorida 2 mLkgBB. Hasil yang diperoleh terjadi
peningkatan 3,0 kali pada jam ke-24 dibandingkan dengan aktivitas serum ALT pada jam ke-0 sebelum diberi perlakuan. Hasil orientasi aktivitas serum ALT
terjadi peningkatan yang signifikan, membuat peneliti menyimpulkan bahwa dengan induksi 2 mLkgBB karbon tetraklorida mampu merusak hati tikus atau
memberikan efek hepatotoksik pada tikus jantan galur Wistar. Peneliti hanya memakai orientasi aktivitas serum ALT sebagai pedoman bahwa dosis 2
mLkgBB karbon tetraklorida telah menyebabkan kerusakan hati pada tikus
karena pemeriksaan yang sering dilakukan untuk menilai kerusakan hati salah satunya dengan pemeriksaan laboratorium dengan melihat enzim alanin
aminotransferase ALT. Enzim ALT dalam keadaan normal berada di dalam
jaringan tubuh terutama hati, sementara enzim AST berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung Sutedjo, 2006.
2. Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji