Tanaman Anatomi dan Fisiologi Hati Karbon Tetraklorida

7

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tanaman

P. americana Mill. 1.

Nama lain Buah Apukado, Avocado, Buah Mentega malaysia, Alligatorbirne, Avocadobirne Jerman, Avocado Filipina, Adpukat, Avokad, Buah Apokat Indonesia, avocado Italia, Abokado, Peruse jepang Lim, 2012.

2. Sinonim

Laurus persea. L, Persea drymifolia Schlecht. And cham, Persea gratissima Gaertn.f, Persea nubigena Yasir, Das dan Kharya, 2010.

3. Taksonomi

Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Magnoliidae Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Persea Spesies : P. americana Mill. Yasir et al., 2010

4. Kandungan

Penelitian Kumala, Hesty, dan Wahyu 2013 menyebutkan hasil skrining fitokimia daun P.americana memiliki kandungan flavonoid, saponin dan coumarin . Vinha dkk. 2013 menyebutkan bahwa di dalam kulit alpukat mengandung senyawa fenolik, flavonoid, karotenoid, vitamin C dan vitamin E. Penelitian lain Arukwe dkk. 2012 menyebutkan pada biji P.americana mengandung tanin, flavonoid dan fenol. Biji alpukat kering yang berwarna kecoklatan memiliki kandungan tanin 117 mgkg dan aktivitas antioksidan yang tinggi 93,045 sehingga dapat dipertimbangkan sebagai salah satu sumber antioksidan alami Malanggi et al., 2012.

5. Khasiat dan kegunaan

Penelitian Kumala dkk. 2013 menyebutkan kandungan metabolit daun P.americana Mill, memiliki khasiat yang efektif sebagai antitumor, anti-inflamasi, antibakteri, antivirus dan antihepatotoksik. Kulit alpukat mengandung senyawa kimia flavonoid yang diduga dapat bekerja sebagai bahan aktif tabir surya Mokodompit, Hosea, dan Weny, 2013.

B. Anatomi dan Fisiologi Hati

Hepar adalah kelenjar yang paling besar dalam tubuh manusia dengan berat 1500 gram atau 1,5 kg. Bagian superior dari hepar cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma. Bagian inferior hepar cekung dan dibawahnya terdapat ginjal kanan, gaster, pankreas, dan usus. Hepar dibagi menjadi dua lobus, yaitu lobus kiri dan kanan. Baradero, Marry, dan Yakobus, 2008. Hati memiliki bentuk umum prisma, dengan basisnya ke kanan dan puncaknya ke kiri, pernyataan ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 1 . Gambar hati Medscape, 2013. Hepar menerima dua macam darah yaitu darah yang kaya dengan oksigen melalui arteria hepatika dan darah yang mengandung lebih banyak karbon dioksida melalui vena porta. Salah satu fungsi utama hepar sebagai alat pencernaan adalah menyekresi empedu. Empedu adalah cairan yang basa, mengandung natrium bikarbonat, garam-garam empedu, pigmen empedu, kolesterol, dan bilirubin. Hepar melaksanakan fungsi yang vital, sehingga manusia tidak dapat hidup tanpa hepar. Hepar mempunyai peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, yang dibawa ke hepar melalui vena porta setelah absorpsi oleh vili usus halus Baradero et al., 2008. Hepar mendapat darah dari arteriae hepaticae 30 dan dari vena porta hepatis 70. Arteriae hepatica kanan dan kiri membawa darah yang kaya akan oksigen. Sebaliknya darah dari vena porta hepatis miskin akan oksigen tetapi kaya akan hasil absorbsi makanan dari saluran pencernaan makanan. Darah vena dari hepar dialirkan ke vena hepatica yang selanjutnya masuk ke dalam vena cava inferior Widjaja, 2008.

C. Kerusakan Hati

Kerusakan hati dapat dibagi dalam beberapa jenis sebagai akibat dari efek toksik yang disebabkan oleh toksisitas, antara lain adalah :

1. Sirosis hati

Setelah terjadi peradangan dan bengkak, hati mencoba memperbaiki dengan membentuk bekas luka atau parut kecit. Parut ini disebut “fibrosis” yang membuat hati lebih sulit melakukan fungsinya. Sewaktu kerusakkan berjalan, semakin banyak parut terbentuk dan mulai menyatu, dalam tahap selanjutnya disebut “sirosis”. Pada sirosis, area hati yang rusak dapat menjadi sikatriks. Darah tidak padat mengalir dengan baik pada jaringan hati yang rusak dan hati mulai menciut, serta menjadi keras. Sirosis hati dapat terjadi karena virus Hepatitis B dan C yang berkelanjutan, alkohol, perlemakan hati atau penyakit lain yang menyebabkan sumbatan saluran empedu. Sirosis tidak dapat disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk mengobati komplikasi yang terjadi seperti muntah dan keluar darah pada feses. Pemeriksaan yang dilakukan untuk deteksi adanya sirosis hati adalah pemeriksaan enzim SGOT-SGPT, waktu protombin dan protein Albumin-Globulin Elektroforesis rasio Albumin-Globulin terbalik.

2. Perlemakan hati

Perlemakan hati terjadi bila penimbunan lemak melebihi 5 dari berat hati atau mengenai lebih dari sepuluh jaringan sel hati. Perlemakan hati ini sering berpotensi menjadi penyebab kerusakan hati dan sirosis hati. Kelainan ini dapat timbul karena mengkonsumsi alkohol berlebih, disebut Alcoholic Steatohepatitis ASH, maupun bukan karena alkohol, disebut Non Alcoholic Steatohepatitis NASH.

3. Kolestasis

Kolestasis merupakan keadaan akibat kegagalan produksi danatau pengeluaran empedu. Lamanya menderita kolestasis dapat menyebabkan gagalnya penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, K oleh usus, juga adanya penumpukan asam empedu, bilirubin dan kelosterol di hati Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, DITJEN Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2007.

D. Karbon Tetraklorida

Karbon tetraklorida merupakan molekul sederhana yang biasanya digunakan dalam berbagai spesies, menyebabkan nekrosis dan perlemakan pada hepar. Hati merupakan target utama dari toksisitas karbon tetraklorida yang bergantung pada aktivitas metabolisme dari CYP2E1. Hati mengandung konsentrasi sitokrom P-450, terutama di daerah centrilobular. Destruksi sitokrom P-450 terjadi di daerah centrilobular dan mid-zonal di hepar Timbrell, 2009. Karbon tetraklorida mengakibatkan kerusakan pada semua organ, khususnya pada ginjal edema dan degenerasi lemak yang nyata pada tubuli dan hepar nekrosis sentrilobular dan degenerasi lemak. Manisfestasinya adalah berupa oliguria, ekterus, dan koma. Perbaikan fungsi yang menyeluruh pada hepar dan ginjal masih dimungkinkan, tetapi secara perlahan lambat Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2008. Karbon tetraklorida merupakan senyawa yang lazim digunakan dalam penelitian sebagai penginduksi kerusakan hati sehingga sering digunakan dalam pengujian aktivitas hepatoprotektor suatu zat. Karbon tetraklorida CCL 4 akan diubah oleh enzim Cytochorm P 450 yang ada di dalam hati menjadi CCL 4 suatu radikal bebas yang menyebabkan autolisis asam lemak yang terdapat pada fosfolipid membran sel sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran sel dan kerusakan membran sel. Tampak sel radang kronik. Adanya perdarahan dimungkinkan radikal bebas merusak endotel pembuluh darah pada hati Chodidjah, Eni, dan Utari, 2007. Nugraha, Ninisita, dan Sri 2008 dalam penelitian pemeriksaan histopatologi bahwa induksi CCl 4 mengakibatkan degenarasi sel dan nekrosis, ditandai dengan perubahan bentuk hepatosit dari simetris menjadi lebih besar dan tidak simetris. Hepatosit normal nampak lengkap dengan inti dan bentuk yang simetris. Hepatosit dengan degenerasi sel dan nekrosis nampak adanya perubahan bentuk dan keberadan inti sel. Induksi CCl 4 menimbulkan radikal bebas yang memicu terjadinya fibrosis hati. Dalam penelitian yang dilakukan, ketika ada perlakuan dengan CCl 4 , hati menunjukkan perubahan drastis, perubahan lemak yang luas, hepatosit membesar, compressed sinusoids, degenerasi lemak, nekrosis dan infiltrasi oleh sel-sel inflamasi Arhoghro, Ekpo, dan Ibeh, 2009. Buku McPhee dan William 2006 memperkirakan mekanisme penyakit hati akibat karbon tetraklorida memiliki efek radikal bebas yang menyebabkan peroksidasi lipid, selain itu juga terjadi perubahan utama morfologi hati yang ditimbulkan adalah toksik nekrosis. Karbon tetraklorida dengan adanya enzim sitokrom P-450 mengalami reduksi membentuk radikal bebas trichloromethyl ●CCl 3 kemudian diubah menjadi radikal triklorometilperoksi CCl 3 O 2 ● yang memiliki sifat lebih reaktif Gambar 2. Paparan dari karbon tetraklorida dapat meyebabkan sirosis hati, tumor hati, dan juga dapat meyebabkan kerusakan ginjal Timbrell, 2009. Gambar 2 . Mekanisme toksisitas karbon tetraklorida Timbrell, 2009.

E. Alanin Aminotransferase ALT dan Aspartat Aminotransferase AST

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif jangka panjang dekokta kulit buah persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 8

Efek hepatoprotektif pemberian infusa kulit Persea americana Mill. terhadap ALT-AST tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 125

Uji efek hepatoprotektif jangka pendek sediaan dekokta kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas alt-ast pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 8

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak etanol biji persea americana mill. terhadap aktivitas alt dan ast serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

1 2 117

Efek hepatoprotektif jangka pendek dekok biji persea americana mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 115

Uji efek hepatoprotektif jangka pendek sediaan dekokta kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas alt ast pada tikus terinduksi karbon tetraklorida

0 1 6

Efek hepatoprotektif pemberian infusa kulit Persea americana Mill. terhadap ALT AST tikus terinduksi karbon tetraklorida

0 0 123

Efek hepatoprotektif jangka pendek dekok biji persea americana mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 113

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak etanol biji persea americana mill. terhadap aktivitas alt dan ast serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 115

Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 121