Restorasi Gambar menggunakan TSVD
Selanjutnya untuk memulihkan kembali gambar yang mengalami efek derau dapat dilakukan restorasi gambar. Langkah awal yang perlu
dilakukan dalam proses restorasi adalah membentuk matriks pengaburan. Pembentukkan matriks pengaburan ini dimaksudkan untuk memodelkan
efek derau yang terjadi, sehingga saat melakukan proses restorasi dapat dihasilkan penyelesaian optimal. Dalam proses restorasi ini akan
digunakan matriks pengaburan yang dibentuk dengan
a=zerosr,1; a1:5=[5:-1:1]25;
A=toeplitza;
Gambar 4.4. Visualisasi matriks pengaburan
dimana toeplitz adalah matriks yang mempunyai entri konstan pada setiap diagonalnya. Gambar 4.4 menunjukkan visualisasi dari matriks
pengaburan yang dibentuk dengan menggunakan toeplitz. Notasikan matriks pengaburan yang dibentuk sebagai matriks
�, dimana matriks tersebut memliki ukuran piksel seperti gambar 4.3.
Setelah mendapatkan model dari matriks pengaburan selanjutnya akan dihitung SVD dari matriks
�. Dari perhitungan SVD tersebut didapatkan nilai-nilai singular
� sebagai matriks Λ. Dengan memilih suatu parameter dapat dibentuk suatu matriks singular yang banyaknya nilai singularnya
akan sama dengan yang dipilih. Matriks yang demikian disebut sebagai Λ . Dengan Λ yang diperoleh dapat dibentuk sebuah matriks Λ
−1
. Dan hasil restorasi gambar digital dengan metode TSVD dituliskan dalam
bentuk =
Λ
−1
�.
Gambar di bawah ini menunjukkan hasil restorasi gambar dengan pemilihan
= 200,
Gambar 4.5. Gambar hasil restorasi TSVD dengan
= 200 kemudian untuk mengetahui besar galat yang terjadi pada perhitungan
restorasi, maka perlu dihitung norma antara gambar asli dengan gambar hasil restorasi. Semakin kecil norma yang didapat maka hasil restorasi
yang diperoleh akan semakin baik, sebab hasil yang diperoleh semakin
mendekati gambar aslinya. Pada gambar 4.5 hasil restorasi TSVD dengan = 200 memiliki norma sebesar 25,3104, tentunya hasil tersebut masih
kurang optimal. Untuk mendapatkan hasil restorasi terbaik, maka harus dicari parameter yang mengoptimalkan proses restorasi. Berikut adalah
hasil perhitungan norma yang bersesuaian dengan pemilihan parameter .
Gambar 4.6.
Grafik TSVD Dari gambar 4.6 di atas dapat dilihat besar norma yang terjadi pada setiap
pemilihan parameter . Berdasarkan hasil tersebut nilai norma terkecil berada pada interval parameter
50,100 dengan norma di antara nilai 0 sampai 10. Dengan mempertimbangkan hal ini maka diperoleh grafik
TSVD sebagai berikut
Gambar 4.7. Grafik TSVD dengan
axis[50 100 0 10]
kemudian dengan mengubah
axis[70 75 5 6]
diperoleh
Gambar 4.8. Grafik TSVD dengan
axis[70 75 5 6]
Dari gambar 4.8 terlihat bahwa nilai norma terkecil terletak di antara nilai 5,7 dan 5,8 yang berada pada
= 73 dan = 74. Untuk mengetahui letak norma terkecil tersebut, maka dipilihlah
axis[70 75 5.7 5.8]
sehingga diperoleh
Gambar 4.9. Grafik TSVD dengan
axis[70 75 5.7 5.8]
Berdasarkan hasil grafik TSVD pada gambar 4.9 didapatkan bahwa nilai norma terkecil diperoleh ketika dipilih parameter
= 74. Dengan memilih parameter
= 74 didapatkan hasil restorasi TSVD sebagai berikut
Gambar 4.10. Gambar hasil restorasi TSVD dengan
= 74 memiliki norma sebesar 5,7171
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa parameter = 74 memberikan
nilai norma yang mengoptimalkan hasil restorasi gambar dengan metode TSVD.
Bila dijelaskan dalam bentuk algoritma dan diagram alir, maka metode TSVD dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Bentuk matriks pengaburan yang berukuran sama seperti gambar
yang akan direstorasi. 2.
Hitunglah SVD dari matriks pengaburan dengan menggunakan fungsi svd Matlab, dan plot nilai-nilai singularnya.
3. Tentukan parameter pemotongan untuk nilai-nilai singular yang
diperoleh pada langkah 2, kemudian bentuk matriks Λ .
4. Dari Λ yang diperoleh bentuklah matriks Λ
−1
. 5.
Hitunglah =
Λ
−1
�. 6.
Ulangi langkah 3 sampai 5 sampai mendapatkan parameter yang mengoptimalkan hasil restorasi.
Kode sintaks dalam program MATLAB akan dilampirkan pada program 4.1a dan program 4.1b.