Big-O Fungsi bernilai vektor

iii Diketahui bahwa adalah matriks invertibel jika dan hanya jika transposenya, yaitu juga invertibel dan −1 = −1 . Kemudian dengan mengalikan kedua sisi pada persamaan 2.12 dengan −1 , diperoleh −1 = −1 � � = ��, maka = �.

BAB III INVERSE PROBLEM

A. Prinsip Dasar Inverse Problem

Dalam matematika, terdapat dua cara untuk meyelesaikan permasalahan, yaitu metode penyelesaian langsung dan metode penyelesaian tidak langsung. Metode penyelesaian langsung adalah cara penyelesaian dengan mengoperasikan input dalam sistem kemudian diperoleh output. Metode penyelesaian tidak langsung adalah cara penyelesaian dengan menduga input, berdasar informasi sistem dan output yang diberikan. Pada kesempatan ini, penulis akan membahas mengenai metode penyelesaian secara tidak langsung. Metode penyelesaian tidak langsung pada prinsipnya untuk menduga input berdasar dua informasi penting, yaitu sistem dan output. Menduga input berarti menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan invers dari permasalahan, sehingga metode penyelesaian ini dinamakan sebagai Inverse Problem . Agar dapat lebih memahami metode invers problem, perhatikan gambar berikut. Gambar 3.1. Prosedur metode Inverse Problem Inverse Problem Input Sistem Output Dalam melakukan perhitungan untuk mendapatkan penyelesaian berupa input terkadang tidak mudah. Terlebih, apabila sistem yang ada pada masalah sulit untuk diselesaikan, sehingga tidaklah mungkin menyelesaikannya secara manual. Karena alasan tersebut, maka digunakanlah perhitungan dengan komputer. Sebab, komputer dapat membantu menyelesaikan perhitungan secara lebih akurat dan cepat. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keakuratan penyelesaian. Pertama , sistem yang kurang stabil. Kedua, algoritma yang digunakan untuk menyelesaikan masalah invers tersebut. Dengan mengetahui faktor- faktor tersebut, maka mengontrol penyelesaian agar menghasilkan galat yang terkecil adalah tujuan dari metode invers problem ini. Karena semakin kecil galat, maka nilai dari penyelesaian yang didapat akan semakin mendekati nilai penyelesaian eksaknya.

3.1 Kestabilan Algoritma pada Sistem

Seperti yang telah dijelaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keakuratan penyelesaian, salah satunya mengenai kestabilan algoritma. Sebuah algoritma dikatakan stabil, apabila perubahan galat kecil yang terjadi dalam data awal memberikan perubahan galat kecil pada hasil akhir. Sebaliknya, apabila perubahan galat kecil dalam data awal menghasilkan perubahan galat yang besar pada hasil akhir, algoritma dikatakan tidak stabil. Gagasan mengenai kondisi dan kestabilan sistem penting untuk dipahami. Sebab, hal ini dapat mempengaruhi besarnya galat pada perhitungan untuk mendapatkan input. Karena tidak mungkin mendapatkan input optimal, apabila sebelumnya belum diketahui bagaimana kondisi dan kestabilan sistem yang digunakan pada perhitungan masalah invers. Dalam melakukan perhitungan terdapat beberapa pilihan algoritma yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah invers. Dari beberapa kemungkinan itu harus dipilih algoritma terbaik, yang menghasilkan galat terkecil pada penyelesaian. Perhatikan contoh berikut Contoh 3.1.1 Selesaikan sistem + 2 = 3 1,001 + 2 = 3,001 dan tentukan kestabilan dari sistem tersebut. Penyelesaian: Dengan menjumlahkan persamaan pertama dan kedua, diperoleh 1 + 2 2 = 3 1,001 1 + 2 2 = 3,001 −0,001 1 + 0 = −0,001 dari −0,001 1 = −0,001, didapat nilai 1 = 1. Kemudian substitusikan 1 = 1 ke persamaan 1 + 2 2 = 3, sehingga didapatkan nilai = 1. Jadi, penyelesaian dari sistem ini adalah 1 = 1 dan 2 = 1. Algoritma yang digunakan: 1. Eliminasi nilai 2. Substitusikan nilai ke salah satu persamaan 3. Tentukan nilai Selanjutnya untuk melihat kestabilan sistem, bilangan di ruas kanan pada persamaan kedua akan diberi perubahan kecil sebesar = 0,002, sehingga 1 + 2 2 = 3 1,001 1 + 2 2 = 3,003 dengan mengurangkan persamaan pertama dan kedua, diperoleh 1 + 2 2 = 3 1,001 1 + 2 2 = 3,003 −0,001 1 + 0 = −0,003 dari −0,001 1 = −0,003, didapat nilai 1 = 3. Kemudian substitusikan 1 = 3 ke persamaan 1 + 2 2 = 3, sehingga 2 2 = 3 − 3 = 0 dan diperoleh nilai 2 = 0. Jadi, penyelesaian dari sistem setelah dipengaruhi adalah 1 ′ = 3 dan 2 ′ = 0. Dari perhitungan tersebut didapatkan bahwa penyelesaian eksaknya adalah = 1 1 dan penyelesaian hampirannya ′ = 3 . Maka galat dari perhitungan tersebut ditulis sebagai � = − ′ = − 2 1 dan galat relatif diberikan oleh � ∞ ∞ = 2 1 = 2. Selanjutnya akan dihitung vektor sisa sebagai = � − � ′ = 3 3,001 − 3 3,003 = 0,002 kemudian dengan menggunakan norma- ∞ diperoleh sisa relatif sebagai ∞ � ∞ = � − � ′ ∞ � ∞ = 0,002 3,001 ≈ 0,000666. Setelah itu, akan dilihat bagaimana bilangan kondisi dari = 1 2 1,001 2 dan diperoleh bahwa −1 = − 1 0,002 2 −2 −1,001 1 = − 2 0,002 2 0,002 1,001 0,002 − 1 0,002 = − 1000 1000 500,5 500 Dari perhitungan tersebut didapatkan bahwa ∞ = 3,001 dan −1 ∞ = 2000, sehingga cond ∞ = ∞ . −1 ∞ = 6002. Berdasarkan perhitungan di atas didapat bahwa galat relatif dari sistem sebesar 2 dan sisa relatif sebesar 0,000666, sehingga galat relatif besarnya 3003 kali sisa relatifnya. Ini tidak mengherankan, jika diperoleh cond ∞ = 6002. Karena diperoleh nilai cond ∞ = 6002, hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi dari matriks adalah buruk. Sehingga apabila dilakukan perubahan sebesar akan menyebabkan perubahan besar pada penyelesaian sistem. Akibatnya, algoritma yang digunakan untuk menyelesaikan sistem tersebut adalah tidak stabil.