Uji Sitotoksik Ekstrak Etanolik Daun Sirih terhadap Sel Kanker WiDr

adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam penyari yang sesuai pada suhu ruang dan terlindung dari cahaya. Cairan penyari masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara zat terlarut didalam sel dengan yang diluar sel maka larutan didalam sel didesak keluar dan hal ini terjadi berulang-ulang sehingga tercapainya kesetimbangan konsentrasi antara larutan yang ada di dalam dan di luar sel. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70. Hasil uji fitokimia ekstrak etanol daun sirih mengandung senyawa tanin, antrakuinon, flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin Kumari dan Rao, 2014. Daun sirih berpotensi memiliki aktivitas sitotoksik karena mengandung senyawa flavonoid, antrakuinon, dan alkaloid yang dikenal memiliki aktivitas antikanker Hasballah, 2005; Jusril, dkk., 2003; Astuti, dkk., 2005. Penelitian Lin, dkk., 2006 menyebutkan bahwa flavonoid merupakan senyawa polifenol yang secara in vitro dapat menghambat proliferasi sel kanker kolon. Flavonoid dapat terlarut oleh pelarut polar seperti air dan etanol karena mempunyai gugus hidroksil. Ekstrak etanol daun sirih berwarna hijau pekat karena kandungan klorofil yang terdapat pada daun sirih juga ikut terekstrak.

B. Uji Sitotoksik Ekstrak Etanolik Daun Sirih terhadap Sel Kanker WiDr

Uji aktivitas antikanker ekstrak etanol daun sirih terhadap sel kanker kolon WiDr dilakukan dengan metode MTT. Metode MTT dipilih karena sensitif, relatif cepat, akurat, dan digunakan untuk mengukur sampel dalam jumlah besar. Metode MTT merupakan metode kolorimetri berdasarkan perubahan warna garam tetrazolium menjadi formazan dalam mitokondria yang aktif pada sel hidup. MTT diabsorbsi oleh sel hidup dan dipecah oleh sistem reduktase suksinat tetrazolium pada respirasi mitokondria Doyle dan Griffiths, 2000 menghasilkan warna ungu yang menandakan adanya perubahan MTT menjadi kristal formazan. Warna ungu yang dihasilkan proporsional dengan jumlah sel yang masih hidup viabilitas sel. A B C D Gambar 6. Efek sitotoksik ekstrak daun sirih hijau terhadap sel WiDr. Keterangan: Konsentrasi ekstrak etanol daun sirih hijau A 2000 µgmL, B 500 µgmL, C 5 µgmL D kontrol sel. Pengamatan dilakukan dibawah mikroskop inverted perbesaran 400x. Perbedaan morfologi sel semakin terlihat setelah pemberian MTT. sel hidup: ; sel mati: Morfologi sel kanker WiDr yang diamati dibawah mikroskop inverted menunjukkan bahwa populasi sel WiDr pada kelompok kontrol sel hidup terlihat lebih cerah karena sitoplasmanya mengandung cairan sitoplasma yang dapat meneruskan cahaya dari mikroskop inverted Gambar 6D, sel menempel satu dengan yang lain, memiliki bentuk bulat dan terlihat menempel di dasar plate. Dilihat dari morfologi selnya Gambar 6 A pada konsentrasi ekstrak 2000 µgmL, sel yang mati terlihat mengambang, pada bagian pinggir sel berwarna gelap, bagian tengah terlihat kosong, kepadatan sel berkurang, dan tidak saling menempel. Sel yang mati memiliki warna lebih gelap dan berbentuk bulat, hal ini terjadi karena sel kehilangan sitoplasma akibat rusaknya membran sel, sehingga sel tidak dapat meneruskan cahaya dari mikroskop. Pada konsentrasi ekstrak 500 µgmL sel terlihat lebih padat dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak 2000 µgmL dan tidak saling menempel Gambar 6B, sedangkan pada konsentrasi 5 µgmL, kepadatan populasi mendekati kepadatan kontrol sel yang menandakan viabilitas sel masih tinggi. Berdasarkan hasil uji aktivitas antikanker ekstrak etanol daun sirih terhadap sel kanker kolon WiDr, maka dapat diketahui nilai IC 50 . Nilai IC 50 menunjukkan konsentrasi ekstrak etanol daun sirih yang mampu menghambat pertumbuhan 50 sel kanker WiDr. viabilitas sel dapat diketahui dengan ELISA reader. Hasil ELISA reader adalah data absorbansi yang dikonversikan sebagai nilai viabilitas sel. Efek ekstrak etanol daun sirih terhadap sel kanker kolon WiDr diketahui dengan membuat tabel korelasi antara konsentrasi ekstrak dan viabilitas sel Gambar 5. Gambar 5. Kurva hubungan viabilitas sel terhadap konsentrasi ekstrak etanol daun sirih Aktivitas anti kanker ekstrak etanol daun sirih berpola dose dependent yaitu viabilitas sel menurun seiring kenaikan konsentrasi sampel. Perhitungan dilakukan dengan regresi linear menggunakan Microsoft Excel 2007 pada 3 titik konsentrasi yaitu 250 µgmL, 500 µgmL, dan 1000 µgmL dan didapatkan persamaan linear y = -0,104x + 132,63 dengan R = 0,992. Sensitivitas ekstrak etanol daun sirih terhadap sel kanker WiDr diukur melalui nilai IC 50 . Berdasarkan persamaan linear diperoleh nilai IC 50 ekstrak etanol daun sirih adalah 794,23 µgmL Menurut NCI National Cancer Institute, suatu ekstrak dinyatakan memiliki aktivitas antikanker tinggi apabila memiliki nilai IC 50 30 µgmL, memiliki aktivitas antikanker sedang apabila memiliki 30 µgmL ≤ IC 50 100 µgmL dan tidak aktif apabila nilai IC 50 100 µgmL Zheng, dkk., 2000, sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol daun sirih menurut NCI tidak memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker kolon WiDr. Nilai IC 50 yang tidak poten diduga karena kompleksitas senyawa yang terkandung didalam ekstrak etanol daun sirih, namun ekstrak etanol daun sirih tetap memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai antikanker dan dilanjutkan dengan uji double staining dan imunositokimia karena dalam penelitian Awik, Sukardiman, dan Tri 2011 yang menguji sitotoksisitas dan efek ekstrak spon laut Aaptos suberitoides terhadap sel kanker payudara T47D dihasilkan nilai IC 50 sebesar 528,828 µgmL dan dilanjutkan dengan pengujian double staining dan imunositokimia. Nilai IC 50 ekstrak etanol daun sirih dibandingkan dengan nilai IC 50 doksorubisin. Doksorubisin merupakan antibiotik golongan antrasiklin yang diisolasi dari kultur Streptomyces peucetiusvarcaesius Minotti,dkk., 2004 dan merupakan agen kemoterapi yang secara luas dipakai untuk berbagai macam kanker Lupertz, dkk., 2010. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Immanuel 2015 nilai IC 50 doksoribisin pada sel kanker kolon WiDr adalah 21,44 µgmL. Nilai IC 50 doksorubisin terhadap kanker kolon WiDr jauh lebih rendah toksik apabila dibandingkan dengan perlakuan ekstrak etanol daun sirih. Morfologi sel yang mengalami perubahan perlu dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan ekstrak etanol daun sirih dalam menginduksi apoptosis sel kanker kolon WiDr pada konsentrasi IC 50 . Nilai IC 50 yang tinggi pada penelitian ini diduga disebabkan oleh kandungan beta karoten dalam ekstrak etanol daun sirih. Penelitian yang dilakukan oleh Andarwulan 1995 menunjukkan bahwa daun sirih yang diekstrasi menggunakan heksan-etanol mengandung senyawa beta karoten. Penelitian Wolf dan George 2002 menegaskan pengaruh beta karoten terhadap pertumbuhan tumor pada paru-paru yang diujikan pada musang, dinyatakan bahwa pemberian beta karoten pada dosis tinggi 2,4 mgkg BB per hari selama enam bulan dapat menyebabkan perkembangan proliferasi sel alveolar dan metaplasia keratinisasi skuamosa. Daun sirih juga mengandung minyak atsiri Moeljanto dan Mulyono, 2003 yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan Parwata, dkk., 2009, tetapi pada penelitian Sayin, dkk., 2014 menunjukkan bahwa senyawa antioksidan memiliki aktivitas sebagai prokarsinogenik. Pada kolon yang mengalami adenoma diketahui jumlah protein p53 mengalami penurunan akibat mutasi dan penekanan oleh antioksidan sehingga memicu peningkatkan proliferasi sel kanker.

C. Uji Apoptosis Ekstrak Etanolik Daun Sirih dengan Metode Double Staining