36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penentuan SPF Ekstrak Lidah Buaya
Pada penelitian ini digunakan ekstrak lidah buaya dari CV Eteris Nusantara Yogyakarta dengan identifikasi beberapa uji yang telah dibuktikan oleh
Certificate of Analysis CoA Lampiran 1. Pengukuran nilai SPF dilakukan
untuk mengetahui tingkat keefektifan dari suatu sediaan sunscreen yang dapat melindungi kulit dari paparan sinar UV dengan panjang gelombang 200-400 nm.
Scanning nilai SPF dilakukan pada panjang gelombang 290-320 nm karena biasanya sediaan sunscreen dapat memberikan perlindungan terhadap sinar UV-B
yang memiliki panjang gelombang 290-320 nm.
Tabel IV. Hasil Perhitungan Nilai SPF Ekstrak Lidah Buaya pada konsentrasi 10 ppm
Replikasi Nilai SPF
Rata-rata ± SD
1 1,02
1,01 ± 0,005 2
1,01 3
1,01
Tabel IV menunjukkan hasil nilai SPF yang didapatkan pada konsentrasi 10 ppm ekstrak lidah buaya sebesar 1,01. Nilai SPF tersebut sangatlah kecil jika
dibandingkan dengan nilai SPF yang tergolong mampu memberikan efek perlindungan paling minimum yaitu dengan niilai SPF sebesar 2 untuk suatu
sediaan sunscreen Wilkinson and Moore, 2005. Pada sediaan emulgel yang dibuat digunakan ekstrak sebanyak 0,8 gram dalam 200 gram sediaan sehingga
konsentrasi ekstrak adalah 4000 ppm. Jika dibandingkan dengan konsentrasi pada pengujian sebelumnya tentu konsentrasi 4000 ppm lebih besar jadi kemungkinan
ada peningkatan nilai SPF ketika dilakukan pengujian. Namun perlu dilakukan optimasi lebih lanjut terhadap konsentrasi yang bisa digunakan oleh ekstrak lidah
buaya untuk suatu sediaan sunscreen agar dapat memberikan nilai SPF yang maksimal sehingga mampu memberikan efek perlindungan yang maksimal juga
dari sengatan sinar UV.
B. Formulasi Emulgel Sunscreen Ekstrak Lidah Buaya
Pada pembuatan emulgel sunscreen ini menggunakan senyawa aloin yang ada pada tanaman lidah buaya sebagai zat aktif. Menurut Basmatker, Jais,
dan Daud 2011 senyawa aloin yang terkandung pada tanaman lidah buaya dapat digunakan sebagai sunscreen karena dapat memblok radiasi dari sinar UV pada
panjang gelombang tertentu. Senyawa aloin sendiri memiliki sifat yang hidrofobik atau sukar larut dalam air dan karena sifatnya yang lebih berminyak sehingga
aloin dilarutkan pada sistem emulsi. Sediaan yang dibuat berupa emulgel yang merupakan emulsi, dengan
tipe minyak dalam air ataupun air dalam minyak, yang dapat menjadi gel setelah penambahan gelling agent. Sistem emulsi mempunyai kelebihan karena
penetrasinya yang cukup tinggi dalam kulit, namun memiliki keterbatasan pada stabilitasnya dan untuk sediaan gel sendiri memiliki kelebihan yaitu mudah dalam
pengaplikasiannya namun memiliki keterbatasan dalam penghantaran obat yang bersifat hidrofobik Block, 1996. Maka diharapkan dengan membuat sediaan
yang berbentuk emulgel akan memudahkan dalam pengaplikasian terutama jika zat aktif yang terkandung di dalamnya bersifat hidrofobik. Selain itu juga
memberikan kenyamanan kepada penggunanya. Zat aktif yang bersifat hidrofobik dapat diformulasikan ke dalam
emulgel yang memiliki sistem MA sehingga lebih mudah dan lebih nyaman jika diaplikasikan pada kulit dan juga lebih mudah dicuci. Sistem emulsi dibuat
dengan cara mencampurkan fase minyak yang berupa parafin cair dengan fase air yang berupa Tween 80 dan juga aquadest. Pada sistem emulsi fase minyak
sebagai fase internal dan fase air sebagai fase eksternal sehingga akan terbentuk suatu sistem emulsi dengan tipe MA. Fase air dibuat dengan mencampurkan
aquadest dan Tween 80 pada suhu 70ºC di atas waterbath sambil diaduk hingga homogen. Fase minyak dalam sistem emulsi ini juga dipanaskan pada suhu 70ºC.
Tujuan dilakukan pemanasan karena bahan yang digunakan memiliki konsistensi yang berbeda sehingga diharapkan dengan adanya pemanasan maka akan
memudahkan dalam pencampuran dan proses pencampuran akan lebih optimal. Parafin cair ini dapat bertindak sebagai emolien yang bisa mencegah dehidrasi
ketika diaplikasikan pada kulit sehingga dapat menjaga kelembaban kulit. Sedangkan pada fase air ditambahkan Tween 80 yang berperan sebagai emulgator
yang biasa digunakan sebagai emulsifying agent dalam pembuatan emulsi tipe MA.
Gelling agent yang digunakan dalam pembuatan emulgel sunscreen ini adalah Carbopol 940. Menurut Patil 2005, Carbopol 940 merupakan suatu
gelling agent yang memiliki viskositas yang cukup baik dan juga lebih stabil dalam penyimpanannya. Carbopol 940 yang didispersikan ke dalam aquadest
akan bersifat asam dan memiliki pH yang cukup rendah sehingga diperlukan suatu bahan yang dapat menetralkan pH Carbopol 940, maka TEA perlu ditambahkan
ke dalam Carbopol 940 hingga mencapai pH ± 6. TEA juga dapat meningkatkan viskositas karena akan terbentuk ion-ion yang bermuatan negatif sehingga akan
terjadi gaya tolak menolak antar ion tersebut sehingga Carbopol 940 akan lebih rigid dan juga kaku Barry, 1983. Aquadest dipilih karena merupakan pelarut
yang aman dan biasa digunakan serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Pengawet yang digunakan adalah kombinasi metil paraben dan propil
paraben sehingga dapat meningkatkan aktivitas antimikrobial. Pengawet yang digunakan dilarutkan ke dalam propilen glikol yang dapat berfungsi sebagai
humektan dan juga jika diaplikasikan bersamaan dengan paraben akan meningkatkan aktivitas antimikrobial Rowe et al., 2009.
C. Evaluasi Sediaan Emulgel