Kepuasan Konsumen LANDASAN TEORI

Menurut Kotler, et al, 2004 dalam Tjiptono dan Chandra, 2011 terdapat metode-metode dalam pengukuran kepuasan konsumen, yaitu : a. Sistem Keluhan dan Saran Berdasarkan metode ini setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan memberikan kesempatan yang luas kepada pelanggan untuk menyampaikan keluhan, saran dan pendapat mereka. Misalkan melalui telepon bebas pulsa. b. Ghost Shopping Untuk mengetahui kepuasan konsumen, perusahaan dapat mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan atau pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing. Dengan cara ini perusahaan dapat secara langsung mengetahui pelayanan yang diberikan oleh pegawainya. c. Lost Customer Analysis Perusahaan seharusnya menghubungi para konsumen yang telah beralih kepada pesaing agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan dapat mengadakan penyempurnaan selanjutnya d. Survei Kepuasan Konsumen Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan konsumen yang dilakukan dengan survei, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara pribadi. Ketika konsumen puas, maka word of mouth positif akan tercipta dan mereka lebih suka untuk memberikan rekomendasi kepada orang lain Oliver dan Swan,1989 dalam Tjiptono dan Chandra, 2011. Dalam penelitian yang dilakukan Wirts dan Chew, 2002 dalam Khairiyansyah, 2005 juga mendukung hasil tersebut yaitu kepuasan secara signifikan berpengaruh terhadap word of mouth dan keinginan untuk melakukan rekomendasi pembelian. Ketika konsumen puas maka mereka akan memberikan komunikasi word of mouth positif dan merekomendasikan orang lain untuk melakukan pembelian. Sedangkan konsumen yang tidak puas, mereka akan melarang orang lain untuk melakukan pembelian.

D. Kualitas Jasa

Menurut American Society for Quality Control, kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan atau bersifat laten Lupiyoadi, 2001:144. Konsep kualitas ini pada dasarnya bersifat relatif, tergantung dari perspektif yang digunakan untuk menentukan ciri-ciri yang spesifikasi. Terdapat tiga orientasi kualitas yang saling konsisten, yaitu : persepsi konsumen, produkjasa dan proses. Dalam hal jasa, persepsi konsumen, produkjasa dan proses tersebut tidak dapat dibedakan dengan jelas, bahkan produknya adalah proses itu sendiri Lupiyoadi, 2001:144. Struktur dan model kualitas jasa pertama kali dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry Fandy Tjiptono 2011:120 melalui Five-Gap Model. Mereka mengasumsikan metode pengukuran kualitas jasa dan kepuasan konsumen pada dasarnya sama, yaitu didasarkan pada perbandingan harapan expectation dan kinerja performance. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa kualitas jasa yang tinggi dapat menghasilkan kepuasan konsumen yang tinggi pula. Service Quality menurut Parasuraman, Zeithaml dan Berry 1985 dalam Tjiptono dan Chandra, 2011:196 adalah keseluruhan evaluasi yang sama atau mirip dengan sikap. Terdapat sepuluh dimensi dari service quality, antara lain : 1. Tangible, yaitu segala bukti fisik dari pelayanan seperti karyawan, fasilitas, peralatan, tampilan fisik dari pelayanan. 2. Realibility, mencakup konsistensi kerja dan kemampuan untuk dipercaya. Dalam hal ini, perusahaan memberikan pelayanan secar tepat sejak awal dan dapat memenuhi janji iklan nya. 3. Responsiveness,yaitu kemauan atau kesiapan para karyawan untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan pelanggan. 4. Communication, yaitu memberikan informasi yang dapat dipahami pelanggan serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. 5. Credibility, yaitu jujur dan dapat dipercaya. Dalam hal ini menyangkut nama baik dan reputasi perusahaan, karakteristik pribadi, kontak personal, dan interaksi dengan pelanggan. 6. Security, yaitu aman secara fisik, finansial, dan kerahasiaan dari bahaya, resiko, atau keragu-raguan. 7. Competence, artinya setiap kayawan perusahaan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk dapat memberikan pelayanan tertentu. 8. Courtesy, yaitu sikap sopan santun, respek, perhatian, dan keramahan dari para kontak personal perusahaan. 9. Understandingknowing the customer, yaitu upaya untuk memahami kebutuhan pelanggan. 10. Access, yaitu kemudahan untuk dihubungi dan ditemui, yang berarti lokasi fasilitas pelayanan mudah dijangkau, waktu menunggu tidak terlalu lama, saluran komunikasi mudah dihubungi. Dalam perkembangan selanjutnya Parasuraman et. al dalam Tjiptono dan Chandra 2011:198 merangkum sepuluh dimensi tersebut yakni : competence, courtesy, credibility, dan security disatukan menjadi assurance, sedangkan access, communication, dan understanding the customer dikategorikan menjadi empathy. Dengan demikian terdapat lima dimensi kualitas pelayanan jasa, yakni : 1. Tangibles Bukti fisik meliputi sarana fisik seperti bangunan dan perlengkapan, penampilan karyawan, sarana komunikasi, dan keberwujudan fisik lainnya yang dapat menjadi perhatian pelanggan. 2. Reliability Kehandalan, merupakan kemampuan yang dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan secara cepat, tepat dan konsisten sehingga dapat memuaskan pelanggan 3. Responsiveness daya tanggap adalah keinginan pribadi para staf dan karyawan perusahaan yang secara sadar bersedia membantu pelanggan dan memberikan pelayanan sesegera mungkin sehingga dapat memuaskan pelanggan. 4. Assurance jaminan mencakup pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf dan karyawan sehingga menjamin pelanggan terhindar dari bahaya, resiko, atau keragu-raguan, dan kekecewaan. 5. Emphaty empati yang mencakup perhatian individu dalam memahami kebutuhan pelanggan, kemudahan melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan mudah dipahami.

E. Word of Mouth

Word of Mouth merupakan komunikasi interpersonal antara dua bahkan lebih individu seperti anggota kelompok refrensi atau konsumen dan tenaga penjual. Word of Mouth merupakan komunikasi pemasaran yang didominasi oleh konsumen dimana pemberi informasi tidak tergantung pada pasar Brown,dkk, 2007 dalam Tjiptono, 2005 : 204. Teknik pemasaran Word of Mouth didasarkan pada konsep kepuasan konsumen, dialog dua arah, dan komunikasi yang transparan Word of mouth dapat berupa word of mouth positif, netral, atau negatif. Word of mouth positif merupakan rekomendasi kepada orang lain

Dokumen yang terkait

Pengaruh Word Of Mouth Communication Terhadap Keputusan Konsumen Menggunakan Jasa Kursus Bahasa Inggris

11 157 56

PENGARUH MARKETING STIMULI DAN SERVICE QUALITY TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DAN EFEKNYA PADA WORD OF MOUTH (Studi Pada Konsumen Rumah Makan Baru di Yogyakarta).

0 4 15

PENGARUH MARKETING STIMULI DAN SERVICE QUALITY TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DAN EFEKNYA PENGARUH MARKETING STIMULI DAN SERVICE QUALITY TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DAN EFEKNYA PADA WORD OF MOUTH (Studi Pada Konsumen Rumah Makan Baru di Yogyakarta).

1 5 15

PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP LOYALITAS MEREK PADA PRODUK LARISSA SOLO Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Merek Pada Produk Larissa Solo.

0 1 13

PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP LOYALITAS MEREK PADA PRODUK LARISSA SOLO Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Merek Pada Produk Larissa Solo.

0 1 15

Pengaruh kepuasan konsumen pada service quality terhadap perilaku Word Of Mouth studi pada konsumen Larissa Aesthetic Center Yogyakarta

15 52 200

PENGARUH SERVICE QUALITY TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN HONDA UTAMA MOTOR YOGYAKARTA.

0 3 165

Kata kunci: Functional Quality, Technical Quality, Kepuasan Konsumen, Word of Mouth Communication. Pendahuluan - PENGARUH FUNTIONAL QUALITY, TECHNICAL QUALITY TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DAN WORD OF MOUTH COMMUNICATION KONSUMEN LAUNDRYNESIA

0 0 9

ANALISIS PENGARUH MEREK, HARGA DAN KUALITAS PRODUK LARISSA AESTHETIC CENTER YOGYAKARTA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (Studi Kasus Pada Larissa Aesthetic Center Galleria Mall) - STIE Widya Wiwaha Repository

2 1 67

Larissa Aesthetic Center karena variasi

0 0 20