PEMBAHASAN Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Karakteristik Keluarga dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Karakteristik keluarga meliputi pendidikan orangtua, pendapatan keluarga, pekerjaan orangtua, besar keluarga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak ditamatkan oleh responden adalah pendidikan menengah yaitu sebesar 41,5. Pekerjaan responden paling banyak adalah sebagai wiraswasta yaitu sebesar 31,4. Pendapatan keluarga responden paling banyak adalah yang diatas Rp.1.460.000,- sebesar 61. Besar keluarga responden terbanyak adalah keluarga kecil sebesar 66,9. Dalam penelitian ini karakteristik keluarga yang memiliki hubungan dengan pemberian makan balita adalah pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor pendidikan orang tua itu penting dan sangat berhubungan dengan pemberian makan pada balita. Dalam memberikan makan yang baik terhadap balitanya orang tua yang memiliki pendidikan yang baik umumnya akan memberikan makan yang baik kepada balitanya. Notoatmdjo2003 Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baikcara Universitas Sumatera Utara mempraktekkan pola asuh dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana cara menjaga kesehatan anak, pendidikan dan sebagainya Soetjiningsih, 2004. Menurut Depkes RI 2005, bahwa seorang ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah maka balitanya berisiko dua kali lebih banyak menghadapi masalah kesehatan dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan tinggi. Berarti jika seorang ibu berpendidikan lebih tinggi maka kemungkinan ibu dapat menerima banyak informasi, termasuk informasi tentang gizi balita sehingga ibu dapat memberikan asupan gizi yang baik untuk balitanya. Penelitian Megawati 2002 memperlihatkan bahwa ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak memberikan makanan prelakteal pada bayinya pada saat baru lahir dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi. Sehingga bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif. Nursalam, 2003 menyatakan pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup balitanya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi yang pada akhirnya semakin menambah pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Karakteristik keluarga yang memiliki hubungan dengan pemberian makan pada balita selanjutnya adalah pekerjaan orang tua. Dilihat dari karakteristik responden yang sebagian besar memiliki pekerjaan yaitu sebesar 69,5 maka kemampuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan pangan balitanya tidak akan Universitas Sumatera Utara memiliki kesulitan karena pekerjaan berpengaruh terhadap kemampuan membayar ability to pay khususnya terhadap belanja pangan Maisya dkk, 2007. Namun orang tua balita yang memiliki pekerjaan akan memiliki waktu yang sedikit untuk memberikan makan balitanya secara langsung jika pekerjaannya membutuhkan waktu yang banyak. Maka dalam hal ini biasanya pemberian makan pada balita dilakukan oleh pengasuh balita. Tingginya pemberian makan balita yang tidak baik pada ibu yang memiliki pekerjaan 65,5 mungkin disebabkan oleh faktor kurangnya pengetahuan pengasuh balita dalam pemberian makan balita Dilihat dari besar keluarga yang tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pemberian makan pada balita, namun dalam keluarga kecil terdapat banyak pemberian makan yang tidak baik 70,9 mungkin dikarenakan banyak keluarga yang dalam kategori keluarga kecil juga memiliki pekerjaan yang membutuhkan waktu yang banyak sehingga pengasuhan balita diberikan kepada orang terdekat, bisa nenek atau tante si balita bahkan tidak jarang balita yang dititipkan kepada tetangga atau keluarga memiliki pengasuh balita. Dalam beberapa kasus balita diasuh oleh pengasuh balita yang kurang paham akan pengasuhan dan pemberian makan pada balita, dimana mereka hanya menuruti kemauan balita agar tidak rewel atau menangis sampai ibu si balita kembali dari pekerjaannya sehingga balita kemungkinan besar akan mengalami gizi kurang. Dalam penelitian ini faktor pendapatan keluarga tidak memiliki pengaruh dengan pemberian makan pada balita. Tetapi pada umumnya tingkat penghasilan keluarga akan mempengaruhi kemampuan untuk menyediakan bahan pangan dan Universitas Sumatera Utara juga keragamannya Gunarsa dan Gunarsa 2004. Namun dilingkungan masyarakat terdapat juga keluarga yang memiliki pendapatan rendah tapi memberikan makan yang baik pada balita hal ini mungkin disebabkan karena faktor pengetahuan dan waktu yang dimiliki oleh ibu dalam mengasuh balita. 5.2 Pengaruh Dukungan Sosial dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Helvetia Kota Medan Dukungan sosial terbagi atas dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penghargaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan informasional kepada responden yang tidak baik sebesar 77,1 dukungan informasional yang baik sebesar 22,9, dukungan penghargaan kepada responden yang baik sebesar 19,5 dukungan penghargaan yang tidak baik sebesar 80,5, dukungan instrumental kepada responden yang tidak baik sebesar 73,7, dukungan instrumental yang baik sebesar 26,3 dukungan emosional kepada responden yang tidak baik sebesar 72, dukungan emosional yang baik sebesar 28. Dalam penelitian ini yang memiliki hubungan yang signifikan adalah dukungan informasional dan dukungan emosional. Dari seluruh dukungan sosial terlihat dalam kondisi yang tidak baik, kondisi di masyarakat perkotaan yang jarang terjadi interaksi dan pekerjaan yang beragam sehingga waktu untuk berinteraksi antara tetangga jarang terjadi, petugas kesehatan pun mengalami kendala dalam melakukan pemberian informasi, interaksi antara petugas kesehatan hanya sebatas di posyandu atau melalui media leaflet petugas lebih banyak menunggu di puskesmas dan di posyandu dan jarang melakukan kunjungan Universitas Sumatera Utara rumah untuk melihat langsung kondisi lingkungan masyarakat. Dari interaksi dengan masyarakat juga segan untuk bertanya jika ada hal yang mereka kurang paham pada petugas kesehatan, sebagian besar lebih merasa nyaman jika bertanya kepada kader atau tetangga. Dari tokoh masyarakat dukungan sosial dalam bentuk apapun sangat jarang dilakukan Dukungan emosional melalui perhatian,memberikan nasehat, berkata-kata yang baik, menemani, memberikan sesuatu yang menyenangkan sehingga tidak membuat subjek tertekan. Selain itu melarang segala sesuatu yang dapat membuat subjek salah mengambil tindakan, menghibur dan membuat subjek nyaman itu juga merupakan bentuk dari satu dukungan emosional. Dukungan emosional diberikan melalui percakapan, tukar pikiran, dan tidak melibatkannya untuk masalah yang dapat membuatnya stres itu dapat membuat subjek merasa dihargai. Dukungan emosional yang diterima oleh subjek membuat subjek merasa terhibur, subjek mendapatkan dorongan dan semangat sehingga dapat lebih termotivasi untuk memberikan makan yang baik kepada balita. Gottlieb, dalam Smet, 1994 Menurut hasil penelitian Siregar, L.T. 2008 menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari tenaga kesehatan terhadap pemberian makanan pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan. Beberapa bentuk dukungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan adalah dukungan informasional penyuluhan, pelatihan dan pendampingan dan dukungan instrumental, seperti: pemberian makanan tambahan roti, telur, bubur, kacang hijau dan makanan lainnya. Universitas Sumatera Utara Demikian juga dengan hasil penelitian Theresiana K.L., 2002, tentang faktor-faktor yang memengaruhi pemberian makanan pada balita di Kabupaten Tangerang, menyatakan bahwa ada pengaruh tenaga kesehatan terhadap perilaku pemberian makanan pada balita. Bahkan, dari beberapa faktor yang diteliti umur, pekerjaan, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap ibu dan dukungan tenaga kesehatan, dukungan tenaga kesehatan merupakan faktor yang paling dominan. Peluang ibu untuk memberikan makanan yang tepat pada balita yang memperoleh dukungan dari tenaga kesehatan, 3,6 kali lebih baik dibanding ibu yang tidak memperoleh dukungan dari tenaga kesehatan. Bentuk dukungan yang diberikan dapat berupa; penyuluhan, pelatihan dan pendampingan pemberian makanan. 5.3 Pengaruh Dukungan Informasional terhadap Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Berdasarkan uji regresi logistik berganda diketahui yang paling dominan dalam pemberian makan pada balita adalah dukungan informasional. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa dukungan berupa informasi sangat mempengaruhi ibu dalam pemberian makan pada balita. Menurut Gottlieb, B.H. 1983 dukungan sosial dapat bersumber antara lain dari orangtua, saudara kandung, anak-anak, kerabat, pasangan hidup, sahabat,rekan kerja, dan tetangga. Biasanya pemberi dukungan adalah orang-orang yang memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari individu. Secara umum dukungan sosial dapat ditemukan pada relasi antar pribadi yang ditandai oleh keakraban dan saling percaya. Dukungan sosial merupakan suatu gejala yang ada dan tidak terpisahkan dari Universitas Sumatera Utara kehidupan sosial manusia di dalam masyarakat. Dukungan informasional membentuk perasaan subjek bahwa lingkungan memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang harus diketahuinya. Dukungan informasional ini dapat diperoleh dari dokter, perawat dan juga tenaga kesehatan lainnya. Pada umumnya dukungan informasinal sangat diperlukan oleh seseorang dalam menghadapi masalah. Ibu yang memiliki balita yang membutuhkan informasi yang benar dalam memberikan makan yang baik, ia membutuhkan informasi yang benar- benar berpengaruh positif terhadap tindakannya dalam memberikan makan yang tepat untuk bayinya. Dukungan informasional baik berupa nasihat atau petunjuk yang sesuai sehingga dapat membantu ibu untuk mencari jalan keluar terbaik untuk masalah yang dihadapinya. Bentuk dukungan sosial informasional yang diberikan seperti yang sudah dijelaskan di atas berupa, pemberian informasi nasehat-nasehat, pengetahuan tentang pemberian makan, dan saran cara untuk pemberian makan yang baik sesuai usia balita yang disampaikan oleh tetangga, petugas kesehatan maupun kader posyandu. Menurut Huda 2012 Sumber dukungan sosial berasal dari orang-orang di sekitar individu yang sedang mengalami masalah, yaitu keluarga orangtua, kakak, adik, saudara, dll, teman, dan sahabat. Hal tersebut sama dengan teori yang dijelaskan oleh Sarafino 1990; dalam Huda, 2012 tentang bentuk dukungan sosial informasional berupa pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Universitas Sumatera Utara Lembaga swadaya masyarakat juga dapat berperan dalam memberikan informasi mengenai pemberian makan pada balita melalui penyuluhan yang berkesinambungan sehingga untuk menanggapi umpan balik yang datang dari ibu mengenai pemberian makan pada balita dapat cepat ditanggapi dan diselesaikan jika ada keluhan ataupun masalah dalam menjalankan informasi yang ibu dapatkan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan informasi memegang peranan penting untuk membentuk suatu kepatuhan dalam diri ibu karena dengan adanya dukungan membuat keadaan dalam diri ibu muncul, terarah dan mempertahankan perilaku untuk patuh dalam pemberian makan pada balita sesuai dengan umur yang telah ditentukan. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN