Apakah tenaga kesehatan memberikan Apakah tenaga kesehatan memberikan Apakah tenaga kesehatan mengajari Apakah tenaga kesehatan melatih ibu Apakah tenaga kesehatan pernah Apakah tenaga kesehatan menjelaskan Apakah tenaga kesehatan melakukan A

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Dukungan Informasional di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan No Item Pertanyaan Tidak Ya Total n n n

1. Apakah tenaga kesehatan memberikan

penyuluhan tentang ASI 80 67,8 38 32,2 118 100

2. Apakah tenaga kesehatan memberikan

penyuluhan tentang makanan pendamping ASI 75 63,6 43 36,4 118 100

3. Apakah tenaga kesehatan mengajari

ibu cara membaca KMS balita agar ibu dapat memantau pertumbuhan balita 87 73,7 31 26,3 118 100

4. Apakah tenaga kesehatan melatih ibu

untuk menyusun menu makanan pada balita sesuai umur 71 60,2 47 39,8 118 100

5. Apakah tenaga kesehatan pernah

mendampingi ibu dalam menyusun menu makan balita ibu 82 69,5 36 30,5 118 100

6. Apakah tenaga kesehatan menjelaskan

dampak yang akan terjadi pada anak jika ibu tidak memenuhi kebutuhan gizi pada balita 94 79,7 24 20,3 118 100

7. Apakah tenaga kesehatan melakukan

bimbingankonseling pada ibu tentang masalah keadaan gizi balita ibu setiap ibu berkunjung ke Posyandu 75 63,6 43 36,4 118 100

8. Apakah tenaga kesehatan menjelaskan

perlunya makanan selingan pada balita 74 62,7 44 37,3 118 100 9. Apakah kader memberikan penyuluhan tentang ASI 76 64,4 42 35,6 118 100 10. Apakah kader memberikan penyuluhan tentang makanan pendamping ASI 78 66,1 40 33,9 118 100 11. Apakah Kader mengajari ibu cara membaca KMS balita agar ibu dapat memantau pertumbuhan balita 70 59,3 48 40,7 118 100

12. Apakah kader Memberikan informasi

ibu untuk menyusun menu makanan pada balita sesuai umur? 74 62,7 44 37,3 118 100

13. Apakah kader menjelaskan dampak

yang akan terjadi pada anak jika ibu tidak memenuhi kebutuhan gizi pada 74 62,7 44 37,3 118 100 Universitas Sumatera Utara balita

14. Apakah tetangga memberikan

informasi tentang ASI 75 63,6 43 36,4 118 100

b. Dukungan Penghargaan

Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran dukungan penghargaan maka didapatkan hasil bahwa dukungan penghargaan kepada responden yang baik sebanyak 29 orang 19,5 dan dukungan yang tidak baik sebanyak 89 orang80,5. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini : Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Dukungan Penghargaan di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Dukungan Penghargaan n Tidak Baik 91 80,5 Baik 27 19,5 Total 118 100,0 Persentase jawaban responden per item pertanyaan untuk variabel dukungan penghargaan diperoleh persentase responden yang menjawab “Ya” tertinggi pada pertanyaan “Apakah kader memberikan pujian atas keberhasilan ibu memberikan makanan yang baik bagi balita anda ”, yaitu 44,9, sedangkan persentase responden yang menjawab “Tidak” tertinggi pada pertanyaan “Apakah tenaga kesehatan selalu siap mendampingi ibu dalam melakukan anjuran yang berkaitan dengan pemberian makan pada balita ”, yaitu 78,0. Persentase per item pernyataan dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Dukungan Penghargaan di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan No Item Pertanyaan Tidak Ya Total n n n 1. Apakah tenaga kesehatan selalu siap mendampingi ibu dalam melakukan anjuran yang berkaitan dengan pemberian makan pada balita 92 78,0 26 22,0 118 100 2. Apakah tenaga kesehatan selalu menyemangati memotivasi dan mendorong ibu agar terus ikut menjalankan anjuran yang diajarkan 74 62,7 44 37,3 118 100 3. Apakah tenaga kesehatan pernah memberikan pujian jika ibu berhasil melakukan anjuran yang sudah diajarkan 82 69,5 36 30,5 118 100 4. Apakah tenaga kesehatan tetap memotivasi ibu, jika ibu gagal melakukan anjuran yang telah diajarkan 81 68,6 37 31,4 118 100 5. Apakah tenaga kesehatan memberikan pujian atas keberhasilan ibu memberikan ASI ekslusif pada bayi ibu 81 68,6 37 31,4 118 100 6. Apakah tenaga kesehatan memberikan pujian atas keberhasilan ibu memberikan makanan yang baik bagi balita anda 74 62,7 44 37,3 118 100 7. Jika berat badan balita ibu naik setiap bulannya, apakah tenaga kesehatan pernah menjadikan ibu sebagai contoh yang baik bagi ibu-ibu lainnya 78 66,1 40 33,9 118 100 8. Jika berat badan balita ibu tidak mengalami kenaikan setiap bulannya apakah tenaga kesehatan tetap membimbing ibu 70 59,3 48 40,7 118 100 9. Apakah tenaga kesehatan pernah menyelenggarakan lomba balita sehat di Posyandu 77 65,3 41 34,7 118 100 10. Apakah Kader selalu menyemangati memotivasi dan mendorong ibu agar terus ikut menjalankan anjuran tentang pemberian makan balita yang diajarkan 68 57,7 50 42,4 118 100 11. Apakah kader pernah memberikan pujian jika ibu berhasil melakukan anjuran yang sudah diajarkan 75 63,6 43 36,4 118 100 12. Apakah kader tetap memotivasi ibu, jika ibu gagal melakukan anjuran yang telah berikan 76 64,4 42 35,6 118 100 Apakah kader memberikan pujian atas keberhasilan ibu memberikan ASI ekslusif pada bayi ibu 77 65,3 41 34,7 118 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Lanjutan 14. Apakah kader memberikan pujian atas keberhasilan ibu memberikan makanan yang baik bagi balita anda 65 55,1 53 44,9 118 100 15. Jika berat badan balita ibu naik setiap bulannya, apakah kader pernah menjadikan ibu sebagai contoh yang baik bagi ibu-ibu lainnya 69 58,5 49 41,5 118 100 16. Jika berat badan balita ibu tidak mengalami kenaikan setiap bulannya apakah kader tetap membimbing ibu 73 61,9 45 38,1 118 100 17. Apakah tetangga pernah memberikan pujian jika ibu berhasil melakukan anjuran yang sudah diajarkan 77 65,3 41 34,7 118 100 18 Apakah tetangga memberikan pujian atas keberhasilan ibu memberikan ASI ekslusif pada bayi ibu 82 69,5 36 30,5 118 100 19. Apakah tetangga memberikan pujian atas keberhasilan ibu memberikan makanan yang baik bagi balita anda 79 66,9 39 33,1 118 100 20 Jika berat badan balita ibu naik setiap bulannya, apakah tetangga pernah menjadikan ibu sebagai contoh yang baik bagi ibu-ibu lainnya 79 66,9 39 33,1 118 100 21. Apakah tokoh masyarakat memberikan pujian atas keberhasilan ibu memberikan ASI ekslusif pada bayi ibu 79 66,9 39 33,1 118 100 22. Apakah tokoh masyarakat memberikan pujian atas keberhasilan ibu memberikan makanan yang baik bagi balita anda? 74 62,7 44 37,3 118 100

c. Dukungan Instrumental

Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran dukungan instrumental maka tingkat dukungan instrumental dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu dukungan instrumental baik dan dukungan instrumental tidak baik. Pada penelitian ini didapat hasil bahwa dukungan instrumental kepada responden yang tidak baik sebanyak 87 orang 73,7 dan Universitas Sumatera Utara dukungan yang baik sebanyak 31 orang 26,3. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini : Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Dukungan Instrumental di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Dukungan Instrumental n Tidak Baik 87 73,7 Baik 31 26,3 Total 118 100,0 Persentase jawaban responden per item pertanyaan untuk variabel dukungan instrument al diperoleh persentase responden yang menjawab “Ya” tertinggi pada pertanyaan “Apakah tenaga kesehatan memberikan makanan tambahan kepada balita ibu setiap ibu berkunjung ke Posyandu ”, yaitu 38,1, sedangkan persentase responde n yang menjawab “Tidak” tertinggi pada pertanyaan “Apakah tenaga kesehatan mengganti KMS balita ibu jika yang lama hilang ”, yaitu 69,5. Persentase per item pernyataan dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Dukungan Instrumental di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan No Item Pertanyaan Tidak Ya Total n n n 1 Apakah tenaga kesehatan memberikan modul dalam penyuluhan tentang pemberian makanan pada balita 76 64,4 42 35,6 118 100 2 Apakah tenaga kesehatan memberikan Vitamin A kepada balita ibu 79 66,9 39 33,1 118 100 3 Apakah tenaga kesehatan memberikan makanan tambahan 73 61,9 45 38,1 118 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.12 Lanjutan kepada balita ibu setiap ibu berkunjung ke Posyandu 4 Jika ada apakah makanan tambahan tersebut rutin diberikan kepada ibu 74 44 37,3 118 100 5 Apakah tenaga kesehatan mengganti KMS balita ibu jika yang lama hilang 82 69,5 36 30,5 118 100

d. Dukungan Emosional

Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran dukungan emosional maka tingkat dukungan emosional dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu dukungan emosional baik dan dukungan emosional tidak baik. Pada penelitian ini didapat hasil bahwa dukungan emosional kepada responden yang tidak baik sebanyak 85 orang 72 dan dukungan yang baik sebanyak 33 orang 28. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini : Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Dukungan Emosional di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Dukungan Emosional n Tidak Baik 85 72,0 Baik 33 28,0 Total 118 100,0 Persentase jawaban responden per item pertanyaan untuk variabel dukungan informasional diperoleh persentase responden yang menjawab “Ya” tertinggi pada pertanyaan “Jika ibu mengalami kegagalan dalam menjalankan anjuran yang telah diajarkan apakah tetangga tetap memotivasi ibu ”, yaitu 55,9 , sedangkan persentase responden yang menjawab “Tidak” tertinggi pada pertanyaan “ Jika ibu gagal dalam menjalankan anjuran yang dianjurkan tenaga kesehatan apakah tenaga kesehatan pernah Universitas Sumatera Utara menanyakan ibu apa penyebabnya ” dan pernyataan “Apakah kader selalu siap mendengarkan keluhan tentang kondisi balita ibu ” yaitu 71,2. Persentase per item pernyataan dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Dukungan Emosional di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan No Item Pertanyaan Tidak Ya Total n n n 1 Apakah tenaga kesehatan selalu siap mendengarkan keluhan tentang kondisi balita ibu 68 57,6 50 42,4 118 100 2 Jika ibu gagal dalam menjalankan anjuran yang dianjurkan tenaga kesehatan apakah tenaga kesehatan pernah menanyakan ibu apa penyebabnya 84 71,2 34 28,8 118 100 3 Apakah tenaga kesehatan pernah mengajak ibu bersama-sama mencari penyebab masalah gizi balita ibu dan merencanakan pemecahannya? 69 58,5 49 41,5 118 100 4 Jika ibu mengalami kegagalan dalam menjalankan anjuran yang telah diajarkan apakah tenaga kesehatan siap membimbing kembali? 77 65,3 41 34,7 118 100 5 Apakah tenaga kesehatan menanyakan keadaan balita ibukeluarga jika ibu tidak datang berkunjung ke Posyandu? 74 62,7 44 37,3 118 100 6 Apakah kader selalu siap mendengarkan keluhan tentang kondisi balita ibu? 84 71,2 34 28,8 118 100 7 Jika ibu gagal dalam menjalankan anjuran yang dianjurkan tenaga kesehatan apakah kader pernah menanyakan ibu apa penyebabnya? 56 47,5 62 52,5 118 100 8 Apakah kader pernah mengajak ibu bersama-sama mencari penyebab masalah gizi balita ibu dan merencanakan pemecahannya 59 50,0 59 50,0 118 100 9 Jika ibu mengalami kegagalan dalam menjalankan anjuran yang telah 58 50,8 60 49,2 118 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.13 Lanjutan diajarkan apakah kader tetap membimbing ibu? 10 Jika ibu gagal dalam menjalankan anjuran yang dianjurkan tenaga kesehatan apakah tetangga pernah berdiskusi ibu apa penyebabnya? 62 52,5 56 47,5 118 100 11 Apakah tetangga pernah mengajak ibu bersama-sama mencari penyebab masalah gizi balita ibu dan merencanakan pemecahannya? 67 56,8 51 43,2 118 100 12 Jika ibu mengalami kegagalan dalam menjalankan anjuran yang telah diajarkan apakah tetangga tetap memotivasi ibu? 52 44,1 66 55,9 118 100

4.2.3. Pemberian Makan pada Balita

Pemberian makan pada balita di ukur dengan 31 pertanyaan yang dikelompokkan kedalam empat kelompok sesuai dengan umur balita yaitu: pemberian makanan pada balita umur 0-6 bulan dengan 7 pertanyaan jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 29 orang ibu, pemberian makanan pada balita umur 6-12 bulan dengan 6 pertanyaan jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 30 orang ibu, pemberian makan pada balita umur 13-35bulan dengan 8 pertanyaan jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 31 orang ibu dan pemberian makanan pada balita 36-59 bulan dengan 10 pertanyaan jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 28 orang ibu. Semua pertanyaan memiliki 2 pilihan jawaban ya dan tidak.

a. Pemberian Makan pada Balitaumur 0-6 Bulan

Persentase jawaban responden per item pertanyaan untuk variabel pemberian makan pada balita kelompok umur 0-6 bulan diperoleh persentase responden yang Universitas Sumatera Utara menjawab “Ya” tertinggi pada pernyataan “Setelah menyusui ibu selalu mendekap sambil menyendawakan bayi”, yaitu 58,6 , sedangkan persentase responden yang menjawab “Tidak” tertinggi pada pernyataan “Ibu selalu memberikan ASI jika bayi menangis”, yaitu 65,5. Persentase per item pernyataan dapat dilihat pada tabel 4.15

b. Pemberian Makanan pada Bayi 6-12 bulan

Persentase jawaban responden per item pertanyaan untuk variabel pemberian makan pada balita kelompok umur 7-11 bulan diperoleh persentase responden yang menjawab “Ya” tertinggi pada pernyataan “Ibu tetap memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi ”, yaitu 66,7 , sedangkan persentase responden yang menjawab “Tidak” tertinggi pada pernyataan “Ibu selalu mencampurkan sayur dan lauk kedalam makanan lembek bayi ”, yaitu 53,3. Persentase per item pernyataan dapat dilihat pada tabel 4.15

c. Pemberian Makan pada Balita Umur 13-35 Bulan

Persentase jawaban responden per item pertanyaan untuk variabel pemberian makan pada balita kelompok umur 13-35 bulan diperoleh persentase responden yang menjawab “Ya” tertinggi pada pernyataan “Ibu sudah memperkenalkan makanan dewasa kepada anak ”, yaitu 51,6 , sedangkan persentase responden yang menjawab “Tidak” tertinggi pada pernyataan “Ibu masih memberikan ASI kepada anak balita”, yaitu 90,3. Persentase per item pernyataan dapat dilihat pada tabel 4.15

d. Pemberian Makan pada Balita Umur 36-59 Bulan

Persentase jawaban responden per item pertanyaan untuk variabel pemberian makan pada balita kelompok umur 36-59 bulan diperoleh persentase responden yang Universitas Sumatera Utara menjawab “Ya” tertinggi pada pernyataan “Ibu selalu mendampingi anak pada waktu makan ”, yaitu 67,9 , sedangkan persentase responden yang menjawab “Tidak” tertinggi pada pernyataan “Ibu memberikan susu formula 3 gelas sehari”, yaitu 76,8. Persentase per item pernyataan dapat dilihat pada tabel 4.15 Pilihan-pilihan jawaban responden tentang pernyataan tentang pemberian makan pada balita umur 0-6 bulan, 6-12 bulan, 13-35 bulan dan 36-59 bulan dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut : Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pemberian Makan pada Balita No Item Pertanyaan Kelompok Umur 0-6 Bulan Ya Tidak total n n n 1 Ibu memberikan air susu ibu yang pertama sekali keluar 16 55,2 13 44,8 29 100 2 Ibu segera memberikan ASI pada bayi setelah lahir 16 55,2 13 44,8 29 100 3 Ibu memberikan bayi ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan 15 51,7 14 48,3 29 100 4 Ibu selalu memberikan ASI jika bayi menangis 10 34,5 19 65,5 29 100 5 Ibu selalu membelai bayi selama menyusui 10 34,5 19 65,5 29 100 6 Setelah menyusui ibu selalu mendekap sambil menyendawakan bayi 17 58,6 12 41,4 29 100 7 Ibu memberikan ASI sedikitnya 8 kali sehari 17 58,6 12 41,4 29 100 No Item PertanyaanKelompok Umur 7-12 Bulan 1 Ibu sudah memperkenalkan makanan lumatlembek bubur pada bayi 17 56,7 13 43,3 30 100 2 Ibu selalu mencampurkan sayur dan lauk kedalam makanan lembek bayi 14 46,7 16 53,3 30 100 3 Ibu memberikan makanan lumat 3 kali dalam satu hari 18 60,0 12 40,0 30 100 4 Ibu sudah mulai memberikan buah atau sari buah jeruk, pepaya, pisang kepada bayi 17 56,7 13 43,3 30 100 5 Ibu tetap memberikan ASI sesuai kebutuhan bayi 14 46,7 16 53,3 30 100 6 Jika bayi menolak makanan yang disuguhkan ibu akan membujuk dan terus memberikannya sedikit- sedikit 17 56,7 13 43,3 30 100 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.15 Lanjutan No Item PertanyaanKelompok Umur 13-35 Bulan 1 Ibu sudah memperkenalkan makanan dewasa kepada anak 16 51,6 15 48,4 31 100 2 Ibu memberikan anak makan 3 kali dalam satu hari 13 41,9 18 58,1 31 100 3 Ibu selalu menyajikan makanan terdiri dari nasi, lauk pauk, sayu, buah dan makanan selingan 12 38,7 19 61,3 31 100 4 Makanan yang disajikan ibu selalu bervariasi setiap hari 12 38,7 19 61,3 31 100 5 Bila anak mau makan ibu membujuk anak dengan sabar sambil mengajak bermain dan menyuapinya sedikit-sedikit sampai makanannya habis 15 48,4 16 51,6 31 100 6 Ibu masih memberikan ASI kepada anak balita 3 9,7 28 90,3 31 100 7 Ibu memberikan susu formula 3 gelas sehari 16 51,6 15 48,4 31 100 8 Ibu memberikan makanan selingan 2x sehari 10 32,3 21 67,7 31 100 No Item Pertanyaan Kelompok Umur 36-59 Bulan 1 Dalam menyusun menu makanan setiap hari ibu selalu melibatkan anak 6 21,4 23 76,8 28 100 2 Makanan yang disajikan terdiri dari nasi, lauk pauk, sayu, buah dan makanan selingan 15 53,6 13 46,4 28 100 3 Ibu selalu mendampingi anak pada waktu makan 19 67,9 9 32,1 28 100 4 Jika anak tidak mau makan sayur, ibu membujuk sambil bercerita dan mencampurkan sayur kedalam makanan kesukaan anak 10 35,7 18 64,3 28 100 5 Ibu membiasakan anak sarapan setiap hari 6 21,4 22 76,8 28 100 6 Jika ibu tidak membiasakan anak sarapan, apakah ibu memberikan jajan setiap pagi pada anak? seperti kerupuk dan permen 18 64,3 10 35,7 28 100 7 Ibu memberikan susu formula 3 gelas sehari 6 21,4 22 76,8 28 100 8 Ibu memberikan anak makan 3 x sehari 15 53,6 13 46,4 28 100 9 Ibu memberikan anak makan selingan 2 x sehari 11 39,3 17 60,7 28 100 10 Ibu dan keluarga selalu makan bersama 13 46,4 15 53,6 28 100 Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran pemberian makan pada balita maka didapatkan hasil bahwa pemberian makanan kepada balita umur 0-6 bulan paling banyak yang tidak baik sebanyak 16 Universitas Sumatera Utara orang 55,2, umur 7-12 bulan paling banyak yang tidak baik sebanyak 23 orang 76,7, umur 13-24 bulan paling banyak yang tidak baik sebanyak 21 orang 71,0, dan umur 25-59 bulan paling banyak yang tidak baik sebanyak 20 orang 71,5. Secara keseluruhan pemberian makanan pada balita paling banyak dalam keadaan tidak baik yaitu sebanyak 81 orang 77,1. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini : Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pemberian Makan pada Balita Kelompok Umur Pemberian Makan Total Baik Tidak Baik n n n 0-6 Bulan 13 44,8 16 55,2 29 100,0 7-12 Bulan 7 23,3 23 76,7 30 100,0 13-24 Bulan 9 29,0 22 71,0 31 100,0 25-59 Bulan 8 28,5 20 71,5 28 100,0 Jumlah 37 22,9 81 77,1 118 100,0

4.3 Hubungan Karakteristik Keluarga dan Dukungan Sosial terhadap Pemberian Makan pada Balita

Untuk mengetahui hubungan dua variabel yaitu antara variabel independen dengan satu variabel dependen maka digunakanlah analisis statistik bivariat. Pada penelitian ini analisis bivariat yang digunakan adalah uji Chi square, masing-masing variabel independen dan dependen yang sudah dikategorikan diuji apakah ada hubungan antara variabel independen yaitu Karakteristik Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, dan Besar keluarga serta Dukungan Sosial Dukungan informasional, Dukungan Penghargaan, Dukungan Instrumental dan Dukungan Emosionaldengan Universitas Sumatera Utara variabel dependen yaitu pemberian makanan tambahan pada balita. Jika nilai p 0,05 maka H ditolak atau hipotesis penelitian diterima. 4.3.1 Hubungan Pendidikan dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pendidikan dengan Pemberian Makan pada Balita Di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan di peroleh data bahwa dari 37 responden dengan pendidikan dasar sebanyak 2 responden 5,4 yang memberikan makan baik dan 35 responden 94,6 yang memberikan makan tidak baik. Dari 49 responden dengan pendidikan menengah sebanyak 25 responden 51,0 yang memberikan makan baik dan 24 responden 49,0 yang memberikan makan tidak baik. Sedangkan dari dari 32 responden dengan pendidikan tinggi sebanyak 10 responden 31,3 yang memberikan makan baik dan 24 responden 68,7 yang memberikan makan tidak baik. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0, 001, artinya ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pemberian makanan pada balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan, dan variabel ini berkandidat untuk diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda p 0,25. Seperti pada tabel 4.17 berikut ini : Tabel 4.17. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan No Tingkat Pendidikan Pemberian Makan Total p Baik Tidak Baik n n n 1 Dasar 2 5,4 35 94,6 37 100 0,001 2 Menengah 25 51,0 24 49,0 49 100 3 Tinggi 10 31,3 22 68,8 32 100 Universitas Sumatera Utara 4.3.2 Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pekerjaan dengan Pemberian Makan Pada Balita Di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medandi peroleh data bahwa dari 36 responden dengan pekerjaan sebagai IRT sebanyak 20 responden 55,5 yang memberikan makan baik dan 16 responden 45,5,1 yang memberikan makan tidak baik. Dari 10 responden dengan pekerjaan sebagai honor sebanyak 5 responden 50,0 yang memberikan makan baik dan 5 responden 50,0 yang memberikan makan tidak baik. Dari 37 responden dengan pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 7 responden 18,9 yang memberikan makan baik dan 30 responden 81,1 yang memberikan makan tidak baik. Dari 23 responden dengan pekerjaan sebagai pagawai swasta sebanyak 3 responden 13,0 yang memberikan makan baik dan 20 responden 87,0 yang memberikan makan tidak baik. Sedangkan dari 12 responden dengan pekerjaan sebagai PNS sebanyak 2 responden 25,0 yang memberikan makan baik dan 10 responden 75,0 yang memberikan makan tidak baik. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0, 001, artinya ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan pemberian makanan pada balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan, dan variabel ini berkandidat untuk diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda p 0,25. Seperti pada tabel 4.18 berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.18. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan No Pekerjaan Pemberian Makan Total p Baik Tidak Baik n n n 1 IRT 20 55,5 16 44,5 36 100 0,001 2 Honor 5 50,0 5 50,0 10 100 3 Wiraswasta 7 18,9 30 81,1 37 100 4 Pegawai Swasta 3 13,0 20 87,0 23 100 5 PNS 2 16,6 10 83,4 12 100 4.3.3 Hubungan Penghasilan dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Berdasarkan hasil tabulasi silang antara penghasilan dengan Pemberian Makanan Pada Balita Di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan di peroleh data bahwa dari 46 responden dengan penghasilan rendah sebanyak 19 responden 41,3 yang memberikan makan baik dan 27 responden 58,7 yang memberikan makan tidak baik. Sedangkan dari 72 responden dengan penghasilan tinggi sebanyak 18 responden 25,0 yang memberikan makan baik dan 54 responden 75,0 yang memberikan makan tidak baik. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,613, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara penghasilan dengan Pemberian Makanan Pada Balita Di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Seperti pada tabel 4.19 berikut ini : Tabel 4.19. Hubungan Penghasilan dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan No Tingkat Penghasilan Pemberian Makanan Total p Baik Tidak Baik n n n 1 Rp.1.460.000,- 19 41,3 27 58,7 46 100 0,613 2 Rp.1.460.000,- 18 25,0 54 75,0 72 100 Universitas Sumatera Utara 4.3.4 Hubungan Besar Keluarga dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Berdasarkan hasil tabulasi silang antara besar keluarga dengan Pemberian Makanan Pada Balita Di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medandi peroleh data bahwa dari 79 responden dengan besar keluarga kecil sebanyak 23 responden 29,1 yang memberikan makan baik dan 56 responden 70,9 yang memberikan makan tidak baik. Sedangkan dari 39 responden dengan besar keluarga besar sebanyak 14 responden 35,9 yang memberikan makan baik dan 25 responden 64,1 yang memberikan makan tidak baik. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,455, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara besar keluarga dengan Pemberian Makanan Pada Balita Di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Seperti pada tabel 4.20 berikut ini : Tabel 4.20. Hubungan Besar Keluarga dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan No Tingkat Besar Keluarga Pemberian Makan Total p Baik Tidak Baik n n n 1 Kecil 23 29,1 56 70,9 79 100 0,455 2 Besar 14 35,9 25 64,1 39 100 4.3.5 Hubungan Dukungan Informasional dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Berdasarkan hasil tabulasi silang antara dukungan informasional dengan Pemberian Makanan Pada Balita Di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medandi peroleh data bahwa dari 27 responden dengan dukungan informasional baik sebanyak 14 responden 51,9 yang memberikan makan baik dan 13 responden 48,1 yang Universitas Sumatera Utara memberikan makan tidak baik sedangkan 91 responden dengan dukungan informasional tidak baik sebanyak 23 responden 25,3 yang memberikan makan baik dan 68 responden 74,7 yang memberikan makan tidak baik. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,009, artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan informasionaldengan Pemberian Makanan Pada Balita Di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan, dan variabel ini berkandidat untuk diikutsertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda p 0,25. Seperti pada tabel 4.21 berikut ini : Tabel 4.21. Hubungan Dukungan Informasional dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan No Tingkat Dukungan Informasional Pemberian Makan Total p Baik Tidak Baik n n n 1 Baik 14 51,9 13 48,1 27 100 0,009 2 Tidak baik 23 25,3 68 74,7 91 100 4.3.6 Hubungan Dukungan Penghargaan dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Berdasarkan hasil tabulasi silang antara dukungan penghargaan dengan Pemberian Makanan Pada Balita Di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medandi peroleh data bahwa dari 27 responden dengan dukungan penghargaan baik sebanyak 12 responden 44,4 yang memberikan makan baik dan 15 responden 55,6 yang memberikan makan tidak baik. Sedangkan dari 91 responden dengan dukungan penghargaan tidak baik sebanyak 25 responden 27,5 yang memberikan makan baik dan 66 responden 72,5 yang memberikan makan tidak baik. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,195, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan Universitas Sumatera Utara penghargaan dengan Pemberian Makanan Pada Balita Di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Seperti pada tabel 4.22 berikut ini : Tabel 4.22. Hubungan Dukungan Penghargaan dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan No Tingkat Dukungan Penghargaan Pemberian Makan Total p Baik Tidak Baik n n n 1 Baik 12 44,4 15 55,6 27 100 0,195 2 Tidak baik 25 27,5 66 72,5 91 100 4.3.7 Hubungan Dukungan Instrumental dengan Pemberian Makanan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Berdasarkan hasil tabulasi silang antara dukungan instrumental dengan Pemberian Makanan Pada Balita Di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medandi peroleh data bahwa dari 31 responden dengan dukungan instrumental baik sebanyak 14 responden 45,2 yang memberikan makan baik dan 17 responden 54,8 yang memberikan makan tidak baik,Sedangkan dari 87 responden dengan dukungan instrumental tidak baik sebanyak 64 responden 75,3 yang memberikan makan baik dan 23 responden 26,4 yang memberikan makantidak baik. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,254, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan instrumental dengan Pemberian Makan Pada Balita Di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Seperti pada tabel 4.23 berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.23. Hubungan Dukungan Instrumental dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan No Tingkat Dukungan Instrumental Pemberian Makan Total p Baik Tidak Baik n n n 1 Baik 14 45,2 17 54,8 31 100 0,254 2 Tidak baik 23 26,4 64 73,6 87 100 4.3.8. Hubungan Dukungan Emosional dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Berdasarkan hasil tabulasi silang antara dukungan emosional dengan pemberian makanan pada balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan di peroleh data bahwa dari 33 responden dengan dukungan emosional baik sebanyak 17 responden 51,5 yang memberikan makan baik dan 16 responden 48,5 yang memberikan makan tidak baik,Sedangkan dari 85 responden dengan dukungan emosional tidak baik sebanyak 20 responden 23,5 yang memberikan makan baik dan 65 responden 76,5 yang memberikan makan tidak baik. Hasil uji statistik chi-square didapat nilai p = 0,003, artinya ada hubungan yang signifikan antara dukungan emosional dengan pemberian makanan pada balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan, dan variabel ini dapat untuk diikut sertakan dalam uji regresi logistik berganda p 0,25. Seperti pada tabel 4.24 berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.24 Hubungan Dukungan Emosional dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan No Tingkat Dukungan Emosional Pemberian Makan Total p Baik Tidak Baik n n n 1 Baik 17 51,5 16 48,5 33 100 0,003 2 Tidak baik 20 23,5 65 76,5 85 100 4.4 Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Dukungan Keluarga terhadap Pemberian Makan pada Balita Pada penelitian ini, variabel bebas yang memenuhi kriteria kemaknaan statistik p 0,25 dimasukkan ke dalam analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda, yaitu variabel nilai pendidikan, pekerjaan, dukungan informasi, dan dukungan emosional. Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model terbaik dalam menentukan determinan tingkat pemberian makanan pada balita. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 4.25 berikut ini : Tabel 4.25. Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Dukungan Keluarga terhadap Pemberian Makan pada Balitadi Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Variabel B P Exp β 95 CI for Exp B Lower Upper Pendidikan -1,145 0,002 0,318 0,156 0,648 Pekerjaan 0,644 0,001 1,904 1,331 2,722 Dukungan Informasional 1,473 0,015 4,362 1,335 14,254 Dukungan Emosional 1,285 0,022 3,616 1,201 10,885 Constant -0,480 0,578 0,619 - - Dalam tabel 4.25 di atas hasil uji regresi logistik diatas menunjukkan bahwa keempat variabel dependen yaitu pendidikan orang tua p=0,002, pekerjaan orangtua p=0,001, dukungan informasional p=0,015 dan dukungan emosional p=0,022 memiliki pengaruh p0,05 terhadap pemberian makan pada balita di Kecamatan Universitas Sumatera Utara Medan Helvetia Kota Medan. Variabel yang paling dominan dalam pemberian makan pada balita adalah variabel dukungan informasional karena memiliki nilai Koefisien regresi paling besar yaitu 1,473. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel dukungan informasional diperoleh nilai Exp β sebesar 4,362 sehingga dapat disimpulkan bahwa orang tua yang mendapatkan dukungan informasional rendah mempunyai kemungkinan 4 kali lebih besar memberikan makan yang tidak baik dibanding dengan orang tua yang mendapatkan dukungan informasional yang tinggi. Variabel dukungan emosional diperoleh nilai Exp β sebesar 3,616 sehingga dapat disimpulkan bahwa orang tua yang mendapatkan dukungan emosional rendah mempunyai kemungkinan 3 kali lebih besar memberikan makan yang tidak baik dibanding dengan orang tua yang medapatkan dukungan emosional yang tinggi. Variabel pekerjaan orang tua diperoleh nilai Exp β sebesar 1,904 sehingga dapat disimpulkan bahwa orang tua yang tidak memiliki pekerjaan mempunyai kemungkinan 1 kali lebih besar memberikan makan yang tidak baik dibanding dengan orang tua yang memiliki pekerjaan. Variabel pendidikan orang tua diperoleh nilai Exp β sebesar 0,318, sehingga dapat disimpulkan bahwa orang tua yang memiliki pendidikan rendah mempunyai kemungkinan 0,3 kali lebih besar memberikan makan yang tidak baik dibanding dengan orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda tersebut dapat ditentukan model persamaan regresi logistik berganda yang dapat menafsirkan faktor dukungan informasional, dukungan emosional, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua terhadap pemberian makan pada balita di Kecamatan Medan Helvetia sebagai berikut: P = + � −− , + , � + , + , � +− , ��� Keterangan: P = Peluang pemberian makan balita e = Konstanta, 2,718 X1 = Dukungan Informasional, koefisien regresi 1,473 X2 = Dukungan emosional, koefisien regresi 1,285 X3 = Pekerjaan orang tua, koefisien regresi 0,644 X4 = Pendidikan orang tua, koefisien regresi -1,145 Persamaan diatas menyatakan bahwa orang tua yang mendapatkan dukungan sosial yang tidak baik, dukungan emosioanal yang tidak baik, orang tua yang tidak bekerja dan pendidikan orang tua yang rendah memiliki kemungkinan sebesar 95,7 akan memberikan makan yang tidak baik Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Karakteristik Keluarga dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Karakteristik keluarga meliputi pendidikan orangtua, pendapatan keluarga, pekerjaan orangtua, besar keluarga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak ditamatkan oleh responden adalah pendidikan menengah yaitu sebesar 41,5. Pekerjaan responden paling banyak adalah sebagai wiraswasta yaitu sebesar 31,4. Pendapatan keluarga responden paling banyak adalah yang diatas Rp.1.460.000,- sebesar 61. Besar keluarga responden terbanyak adalah keluarga kecil sebesar 66,9. Dalam penelitian ini karakteristik keluarga yang memiliki hubungan dengan pemberian makan balita adalah pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor pendidikan orang tua itu penting dan sangat berhubungan dengan pemberian makan pada balita. Dalam memberikan makan yang baik terhadap balitanya orang tua yang memiliki pendidikan yang baik umumnya akan memberikan makan yang baik kepada balitanya. Notoatmdjo2003 Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baikcara Universitas Sumatera Utara mempraktekkan pola asuh dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana cara menjaga kesehatan anak, pendidikan dan sebagainya Soetjiningsih, 2004. Menurut Depkes RI 2005, bahwa seorang ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah maka balitanya berisiko dua kali lebih banyak menghadapi masalah kesehatan dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan tinggi. Berarti jika seorang ibu berpendidikan lebih tinggi maka kemungkinan ibu dapat menerima banyak informasi, termasuk informasi tentang gizi balita sehingga ibu dapat memberikan asupan gizi yang baik untuk balitanya. Penelitian Megawati 2002 memperlihatkan bahwa ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak memberikan makanan prelakteal pada bayinya pada saat baru lahir dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi. Sehingga bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif. Nursalam, 2003 menyatakan pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup balitanya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi yang pada akhirnya semakin menambah pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Karakteristik keluarga yang memiliki hubungan dengan pemberian makan pada balita selanjutnya adalah pekerjaan orang tua. Dilihat dari karakteristik responden yang sebagian besar memiliki pekerjaan yaitu sebesar 69,5 maka kemampuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan pangan balitanya tidak akan Universitas Sumatera Utara memiliki kesulitan karena pekerjaan berpengaruh terhadap kemampuan membayar ability to pay khususnya terhadap belanja pangan Maisya dkk, 2007. Namun orang tua balita yang memiliki pekerjaan akan memiliki waktu yang sedikit untuk memberikan makan balitanya secara langsung jika pekerjaannya membutuhkan waktu yang banyak. Maka dalam hal ini biasanya pemberian makan pada balita dilakukan oleh pengasuh balita. Tingginya pemberian makan balita yang tidak baik pada ibu yang memiliki pekerjaan 65,5 mungkin disebabkan oleh faktor kurangnya pengetahuan pengasuh balita dalam pemberian makan balita Dilihat dari besar keluarga yang tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pemberian makan pada balita, namun dalam keluarga kecil terdapat banyak pemberian makan yang tidak baik 70,9 mungkin dikarenakan banyak keluarga yang dalam kategori keluarga kecil juga memiliki pekerjaan yang membutuhkan waktu yang banyak sehingga pengasuhan balita diberikan kepada orang terdekat, bisa nenek atau tante si balita bahkan tidak jarang balita yang dititipkan kepada tetangga atau keluarga memiliki pengasuh balita. Dalam beberapa kasus balita diasuh oleh pengasuh balita yang kurang paham akan pengasuhan dan pemberian makan pada balita, dimana mereka hanya menuruti kemauan balita agar tidak rewel atau menangis sampai ibu si balita kembali dari pekerjaannya sehingga balita kemungkinan besar akan mengalami gizi kurang. Dalam penelitian ini faktor pendapatan keluarga tidak memiliki pengaruh dengan pemberian makan pada balita. Tetapi pada umumnya tingkat penghasilan keluarga akan mempengaruhi kemampuan untuk menyediakan bahan pangan dan Universitas Sumatera Utara juga keragamannya Gunarsa dan Gunarsa 2004. Namun dilingkungan masyarakat terdapat juga keluarga yang memiliki pendapatan rendah tapi memberikan makan yang baik pada balita hal ini mungkin disebabkan karena faktor pengetahuan dan waktu yang dimiliki oleh ibu dalam mengasuh balita. 5.2 Pengaruh Dukungan Sosial dengan Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Helvetia Kota Medan Dukungan sosial terbagi atas dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penghargaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan informasional kepada responden yang tidak baik sebesar 77,1 dukungan informasional yang baik sebesar 22,9, dukungan penghargaan kepada responden yang baik sebesar 19,5 dukungan penghargaan yang tidak baik sebesar 80,5, dukungan instrumental kepada responden yang tidak baik sebesar 73,7, dukungan instrumental yang baik sebesar 26,3 dukungan emosional kepada responden yang tidak baik sebesar 72, dukungan emosional yang baik sebesar 28. Dalam penelitian ini yang memiliki hubungan yang signifikan adalah dukungan informasional dan dukungan emosional. Dari seluruh dukungan sosial terlihat dalam kondisi yang tidak baik, kondisi di masyarakat perkotaan yang jarang terjadi interaksi dan pekerjaan yang beragam sehingga waktu untuk berinteraksi antara tetangga jarang terjadi, petugas kesehatan pun mengalami kendala dalam melakukan pemberian informasi, interaksi antara petugas kesehatan hanya sebatas di posyandu atau melalui media leaflet petugas lebih banyak menunggu di puskesmas dan di posyandu dan jarang melakukan kunjungan Universitas Sumatera Utara rumah untuk melihat langsung kondisi lingkungan masyarakat. Dari interaksi dengan masyarakat juga segan untuk bertanya jika ada hal yang mereka kurang paham pada petugas kesehatan, sebagian besar lebih merasa nyaman jika bertanya kepada kader atau tetangga. Dari tokoh masyarakat dukungan sosial dalam bentuk apapun sangat jarang dilakukan Dukungan emosional melalui perhatian,memberikan nasehat, berkata-kata yang baik, menemani, memberikan sesuatu yang menyenangkan sehingga tidak membuat subjek tertekan. Selain itu melarang segala sesuatu yang dapat membuat subjek salah mengambil tindakan, menghibur dan membuat subjek nyaman itu juga merupakan bentuk dari satu dukungan emosional. Dukungan emosional diberikan melalui percakapan, tukar pikiran, dan tidak melibatkannya untuk masalah yang dapat membuatnya stres itu dapat membuat subjek merasa dihargai. Dukungan emosional yang diterima oleh subjek membuat subjek merasa terhibur, subjek mendapatkan dorongan dan semangat sehingga dapat lebih termotivasi untuk memberikan makan yang baik kepada balita. Gottlieb, dalam Smet, 1994 Menurut hasil penelitian Siregar, L.T. 2008 menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari tenaga kesehatan terhadap pemberian makanan pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan. Beberapa bentuk dukungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan adalah dukungan informasional penyuluhan, pelatihan dan pendampingan dan dukungan instrumental, seperti: pemberian makanan tambahan roti, telur, bubur, kacang hijau dan makanan lainnya. Universitas Sumatera Utara Demikian juga dengan hasil penelitian Theresiana K.L., 2002, tentang faktor-faktor yang memengaruhi pemberian makanan pada balita di Kabupaten Tangerang, menyatakan bahwa ada pengaruh tenaga kesehatan terhadap perilaku pemberian makanan pada balita. Bahkan, dari beberapa faktor yang diteliti umur, pekerjaan, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap ibu dan dukungan tenaga kesehatan, dukungan tenaga kesehatan merupakan faktor yang paling dominan. Peluang ibu untuk memberikan makanan yang tepat pada balita yang memperoleh dukungan dari tenaga kesehatan, 3,6 kali lebih baik dibanding ibu yang tidak memperoleh dukungan dari tenaga kesehatan. Bentuk dukungan yang diberikan dapat berupa; penyuluhan, pelatihan dan pendampingan pemberian makanan. 5.3 Pengaruh Dukungan Informasional terhadap Pemberian Makan pada Balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Berdasarkan uji regresi logistik berganda diketahui yang paling dominan dalam pemberian makan pada balita adalah dukungan informasional. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa dukungan berupa informasi sangat mempengaruhi ibu dalam pemberian makan pada balita. Menurut Gottlieb, B.H. 1983 dukungan sosial dapat bersumber antara lain dari orangtua, saudara kandung, anak-anak, kerabat, pasangan hidup, sahabat,rekan kerja, dan tetangga. Biasanya pemberi dukungan adalah orang-orang yang memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari individu. Secara umum dukungan sosial dapat ditemukan pada relasi antar pribadi yang ditandai oleh keakraban dan saling percaya. Dukungan sosial merupakan suatu gejala yang ada dan tidak terpisahkan dari Universitas Sumatera Utara kehidupan sosial manusia di dalam masyarakat. Dukungan informasional membentuk perasaan subjek bahwa lingkungan memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang harus diketahuinya. Dukungan informasional ini dapat diperoleh dari dokter, perawat dan juga tenaga kesehatan lainnya. Pada umumnya dukungan informasinal sangat diperlukan oleh seseorang dalam menghadapi masalah. Ibu yang memiliki balita yang membutuhkan informasi yang benar dalam memberikan makan yang baik, ia membutuhkan informasi yang benar- benar berpengaruh positif terhadap tindakannya dalam memberikan makan yang tepat untuk bayinya. Dukungan informasional baik berupa nasihat atau petunjuk yang sesuai sehingga dapat membantu ibu untuk mencari jalan keluar terbaik untuk masalah yang dihadapinya. Bentuk dukungan sosial informasional yang diberikan seperti yang sudah dijelaskan di atas berupa, pemberian informasi nasehat-nasehat, pengetahuan tentang pemberian makan, dan saran cara untuk pemberian makan yang baik sesuai usia balita yang disampaikan oleh tetangga, petugas kesehatan maupun kader posyandu. Menurut Huda 2012 Sumber dukungan sosial berasal dari orang-orang di sekitar individu yang sedang mengalami masalah, yaitu keluarga orangtua, kakak, adik, saudara, dll, teman, dan sahabat. Hal tersebut sama dengan teori yang dijelaskan oleh Sarafino 1990; dalam Huda, 2012 tentang bentuk dukungan sosial informasional berupa pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Universitas Sumatera Utara Lembaga swadaya masyarakat juga dapat berperan dalam memberikan informasi mengenai pemberian makan pada balita melalui penyuluhan yang berkesinambungan sehingga untuk menanggapi umpan balik yang datang dari ibu mengenai pemberian makan pada balita dapat cepat ditanggapi dan diselesaikan jika ada keluhan ataupun masalah dalam menjalankan informasi yang ibu dapatkan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan informasi memegang peranan penting untuk membentuk suatu kepatuhan dalam diri ibu karena dengan adanya dukungan membuat keadaan dalam diri ibu muncul, terarah dan mempertahankan perilaku untuk patuh dalam pemberian makan pada balita sesuai dengan umur yang telah ditentukan. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemberian makan pada balita di di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan adalah pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dukungan informasional dan dukungan emosional. 2. Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap pemberian makanan balita di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan adalah dukungan informasional 3. Berdasarkan pemberian makan pada balita didapat hasil bahwa pemberian makan kepada balita yang paling banyak yaitu pada kategori tidak baik 77,1

6.2 Saran

1. Perlunya peningkatan pengetahuan para pengasuh balita dalam pemberian makan balita melalui penyuluhan dan pelatihan di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. 2. Meningkatkan peran para petugas kesehatan dan kader masyarakat dalam menyampaikan informasi yang lebih baik dan mudah dipahami kepada ibu yang memiliki balita tentang pemberian makan pada balita. Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S.2004. Prinsip dasar ILmu gizi. PT.Gramedia Pustaka Umum. Jakarta Amalia, Linda. 2007.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Segera pada bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Daerah Kabupaten Cianjur Tahun 2007. Tesis.FKM UI.Depok. Ariani, 2008. Makanan Pendamping ASI MP-ASI. http:parentingislami .wordpress.com20080527makanan-pendamping-ASI MP-ASI. Di akses 7 Juli 2012 Arikunto,S .2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT.Rieneka Cipta:Jakarta. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Azwar, Azrul, 2006, Strategi Percepatan Penurunan Kematian Ibu Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan, Advocasi Workshop Strategi dan Kegiatan yang berhasil dalam program Safe Motherhood. Depkes RI, Jakarta Berg. A .1986. Peranan Gizi Dalam Pembanguan Nasional. CV.Rajawali.Jakarta. Cohen dan S. L Syme , 1985 Social Supprot and Health, Academic Press. San Fransisco Depkes RI.2000. Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta Depkes RI, 2004. Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI. Jakarta. ,2005. Pedoman Pemberian ASI dan Makanan Balita. Jakarta. ,2007. Keluarga Sadar Gizi Kadarzi.jakarta. Dinkes Sumatera Utara. 2006. Pedoman Rencana Aksi Penanggulangan Gizi Buruk 2006-2010. ,2011.Buku Profil Kesehatan Sumatera Utara 2010. Universitas Sumatera Utara Green, L.W.1980. Health Education Planning, a Diagnostic Approuch. The Jhon Hoplins University My Field Publishing:USA. Gottlieb, B.H. 1983. Social Support Strategies Guidelines for Mental Health Practices. London: Sage Publications Harper, Laura J. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian Terjemahan Oleh Suharjo, UI- Press. Jakarta Husaini.1999. Makanan Bayi Bergizi cetakan ke-7.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Kaplan, R. M., Sallis, J. F., Patterson, T.L. 1993. Health and human behavior. New York : McGraw-Hill, Inc Koentjaraningrat, 2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan, Jakarta Komsatiningrum. 2009. Hubungan Antara Tingkat pengetahuan Gizi Ibu dan Pendapatan Keluarga dengan Pola Komsumsi Pangan Balita di Desa Meger Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten.Skripsi.FT-UNS.Semarang. Megawati. 2002. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Makanan Pralaktal pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor Selatan Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Skripsi FKM UI.Depok Notoatmodjo,S.2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Catakan Pertama. PT.Rineka Cipta, Jakarta. ,2005.Promosi kesehatan teori dan Aplikasi. Cetakan pertama. PT. Rineka cipta :Jakarta. _______.2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Cetakan Pertama PT.Rineka Cipta :Jakarta. Nurlila, Ratna Umi. 2002 Faktor Penyebab Gizi Buruk Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Kendari. STIKES Mandala Waluya Kota Kendari Nursalam. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Agung Seto Prita.2009. Pentingnya Menu Seimbang. Club Nutricia. Dalam http:www.clubnutricia.co.id yang diakses tanggal 18 Februari 2011. Universitas Sumatera Utara Purwanto,H.1993. Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta. Rajagukguk,T.2007. Pengaruh Promosi Komsumsi Sayur dan Buah Terhadap Prilaku Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Padang Bulan kecamatan Medan Baru Tahun 2007. Skripsi.FKM-USU.Medan. Ramadhan,S.2010. Gizi Buruk Masih Ada, Harian Analisa. Safawi, Z. 2009. ”Memutuskan Rantai Gizi Buruk” dalam http:www. republika.co.id yang diakses tanggal 14 januari 2011. Riyadi H., dkk., Studi tentang Status Gizi pada Rumah tangga Miskin dan Tidak Miskin. Gizi Indonesia. 2006. Roesli, U, 2000, Mengenal ASI Ekslusif. Trubus Agriwidya, Jakarta Rosidah, D, 2004. Pemberian Makanan Tambahan. EGC. Jakarta Santoso,S.dkk.2004.Kesehatan dan Gizi. Cetakan Kedua. Jakarta:PT.Asdi Mahasatya. Sarafino, E. P. 1990. Health Psychology Biopsychological Interaction. USA : John Wiley Sons. Sarafino, E. P. 1998. Health Psychology Biopsychological Interaction 3 rd ed. USA : John Wiley Sons. Sarafino, 2003. Dukungan Keluarga. Jakarta : Salemba Medika Sari,N.C.2008.Pengaruh Penyuluhan Kadarzi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kadarzi Serta Pola Komsumsi Pangan Pada Ibu Hamil Di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok Tahun 2008.Skripsi FKM-USU.Medan. Sears, D. O., Peplau, L. A., Taylor, S. E. 1991. Social Psychology 7 th ed. USA : Prentice-Hall International, Inc Smet, 1994. Psikologi Kesehatan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta Soeditama, A.D. 1985. Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa Jilid I. Dian Rakyat. Jakarta Sotjiningsih. 1997. ASI: Petunjuk Untuk Petugas Kesehatan. Jakarta: EGC Universitas Sumatera Utara Suhardjo, 1999. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta : Kanisius. Suprapto, Agus, dkk, 1999. Analisis Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Pola Pertolongan Persalinan 5 Tahun Terakhir Dengan Faktor Sosial Ekonomi di Indonesia, Analisis Data Susenas, 2001, Jakarta Suprapto, 2003, Komplikasi Persalinan dan Risiko Kematian ibu, EGC, Jakarta Stanley, 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. 1991. Principles and practice of. Psychiatric Nursing. St. Louis : Mosby Company Stuart dan Sundden , 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC Suhardjo.1998. Sosial Budaya Gizi.IPB. Bogor. ,2003.Berbagai Cara Pendidikan Gizi. PT Bumi Aksara.Jakarta. Sumarwan, 1993. Keluarga Masa Depan Dan Perubahan Pola Konsumsi. Warta Demografi Tahun ke-23 no.5 LD.FEUI. Jakarta Taylor, S.E. 1995. Health Psychology. New York: Mcgraw-Hill, Inc Theresiana, K.L. 2002 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Pemberian MP-ASI Pada Bayi Umur 4-11 Bulan Di Kabupaten Tangerang Tahun 2002. Tesis Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Uripi.V.2004. Menu Sehat Untuk Balita.Puspa Swara, Jakarta. Watson, D.L., Tregerthan, G.B., Frank, J. 1984. Social psychology: Science and application. Illinois: Scott, Foresman, and Company Widyawati, 2005. Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Perubahan Respon Sosial- Emosional. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESONER PENELITIAN PENGARUH KARAKTERISTIK KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PEMBERIAN MAKAN BALITA DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA KOTA MEDAN I. DATA UMUM RESPONDEN Nomor:……………………………………………………………………………… Nama :……………………………………………………………………………… Alamat:……………………………………………………………………………… II.Karakteristik Responden 1. Umur :…………………………………………………..Tahun 2. Pendidikan : 1 SD2 SMP3SMA4 PT 3. Pekerjaan : 4. Pendapatan :Rp……………………………………………………….. 5. Besar Keluarga :……………………………………………………Orang III.IDENTITAS BALITA 1. Nama Balita :………………………………………………………….. 2. Umur :…………………………………………………..bulan 3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2.Perempuan IV.DAFTAR PERTANYAAN 1. Pemberian Makan pada Balita Petunjuk: 1.Pertanyaan yang diajukan kepada ibu, disesuaikan dengan usia balita 2.Kelompok umur balita dibagi menjadi empat, yaitu:0-6 bulan, 6-11 bulan, 1-3 tahun dan 3-5 tahun Universitas Sumatera Utara

1. Pemberian Makanan Pada Bayi 0-6 bulan No

Pertanyaan Ya Tidak 1 Ibu memberikan air susu ibu yang pertama sekali keluar 2 Ibu segera memberikan ASI pada bayi setelah lahir 3 Ibu memberikan bayi ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan 4 Ibu selalu memberikan ASI jika bayi menangis 5 Ibu selalu membelai bayi selama menyusui 6 Setelah menyusui ibu selalu mendekap sambil 7 Ibu memberikan ASI sedikitnya 8 kali sehari

2. Pemberian makanan Pada Bayi 6-12 bulan No