Kadar debu Pengaruh Lingkungan Aktivitas Produksi Aspal

5.2.3 Kadar debu

Kadar debu dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan dust monitor pada 3 bagian lingkungan produksi aspal Hotmix. Pengukuran debu dilakukan pada saat proses produksi pada 2 titik pada masing-masing bagian produksi yang difokuskan pada titik tempat bekerja para pekerja tersebut, alat ukur diletakkan pada titik pengukuran debu dengan menggunakan tripot kira-kira setinggi zona pernafasan tenaga kerja. Secara keseluruhan pengkuran debu dilakukan pada 6 titik, kemudian dihitung rata-rata kadar debu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 3 bagian produksi industri aspal Hotmix yang diperiksa kadar debu menunjukkan hasil yang tidak memenuhi syarat kesehatan atau tidak baik yaitu di atas nilai ambang batas 10 mgm 3 ada 2 bagian yaitu: bagian pemilihan material dan bagian pencampuran dengan rata-rata kadar debu 10,45 mgm 3 dan 11,50 mgm 3 . Sedangkan bagian pemeriksaan produksi memenuhi syarat atau baik dengan rata-rata kadar debu 9,70 mgm 3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang sebanyak 24 orang pekerja di lingkungan aktivitas produksi aspal Hotmix dengan kadar debu yang tidak memenuhi syarat, paling banyak menderita syndrome ISPA yaitu 19 orang 76,0, dan dari 5 orang di lingkungan dengan kadar memenuhi syarat, yang menderita syndrome ISPA yaitu 1 orang 20,0. Hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas p=0,0090,05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kadar debu di lingkungan aktivitas produksi aspal Hotmix dengan syndrome ISPA pada pekerja . Universitas Sumatera Utara industri aspal. Sementara dari hasil analisa multivariat diperoleh nilai eks B untuk kadar debu sebesar 18,117 dengan p value 0,009. Hal ini berarti kadar debu mempunyai peluang sebanyak 18 kali untuk terjadinya risiko syndrome ISPA di lingkungan aktivitas produksi aspal Hotmix pada pekerja. Kadar debu yang tinggi di tempat kerja akan menyebabkan terpaparnya pekerja melalui inhalasi, apalagi pekerja tersebut bekerja dalam waktu 8 jam sehari. Hal ini akan menyebabkan pekerja menderita syndrome ISPA bila tidak diatasi dengan segera. Bagian produksi yang tidak memenuhi syarat adalah bagian pemilihan dan pencampuran. Pada bagian tersebut suasana tempat kadar debunya relatif tinggi dikarenakan oleh aktivitas pada ke 2 bagian tersebut banyak menghasilkan debu. Untuk mengatasi hal tersebut, agar diberikan perlindungan dengan memakai masker pada pekerja untuk menghindari masuknya debu melalui pernafasan serta perlu dilakukan upaya pencegahan dan perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Salah satu upaya pencegahan tersebut adalah menetapkan waktu bekerja sehari-hari yaitu selama tidak lebih dari 8 jam per hari atau 40 jam per minggu UU Nomor 13, 2003. Sesuai dengan pendapat Mangkunegoro 2003, semakin tinggi partikel debu dalam udara dan semakin lama paparan berlangsung, maka jumlah partikel yang mengendap di paru akan semakin banyak. Sesuai yang dipersyaratkan dalam Kepmenkes Nomor 1405MENKESSK XI2002 tentang persyaratan kerja bagi industri nilai baku mutu debu maksimal 10 Universitas Sumatera Utara mgm 3 untuk waktu pengukuran rata-rata 8 jam. Partikel debu yang berdiameter 10 mgm 3

5.2.4 Penggunaan APD

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap Pencegahan Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Kelurahan Aek Nauli Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematangsiantar tahun 2013

3 102 120

Analisa Kecenderungan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Bayi Dan Balita Tahun 2000-2004 Untuk Peramalan Pada Tahun 2005-2009 Di Kabupaten Simalungun

0 37 101

Hubungan Peran Orang Tua dalam Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dengan Kekambuhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Medan

17 141 71

Analisa kecenderungan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ispa) pada bayi dan balita tahun 2002-2006 untuk peramalan pada tahun 2007-2011 di kota Medan

1 45 92

Gambaran Distribusi Frekuensi Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Balita Di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2005

1 41 79

Kajian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Kota Medan & Kabupaten Deli Serdang

0 33 3

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya

0 38 8

ANALISIS MODEL EPIDEMI SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA), RECOVERED) PADA PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA).

1 9 15

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Di Rsud Panembahan Senopati Bantul.

1 2 14

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) - Analisis Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kota Medan Tahun 2002-2012

0 0 14