Pengaruh Iklim Kerja terhadap Produktivitas Kerja pada Tenaga Kerja

Sampoerna 2004, rendahnya kadar Hb dalam tubuh sering disebut dengan anemia. Tanda dan gejala seseorang mengalami anemia adalah lesu, lemah, letih, lelah dan lalai 5 L, sering mengeluh pusing, mata berkunang–kunang sedangkan gejala lebih lanjut adalah pucat pada kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan. Pada orang dewasa akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit dan produktivitas kerja menurun. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kadar hemoglobin normal dapat memengaruhi tingkat produktivitas kerja terlihat bahwa mayoritas responden dengan kadar hemoglobin normal memiliki produktivitas baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andriani 1999, mengatakan bahwa hemoglobin merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap produktivitas kerja pada tenaga kerja wanita yang bekerja di bagian potong perapihan di pabrik sepatu Tangerang. Departemen Kesehatan 1996 dalam Merulalia 2010 mengatakan tenaga kerja yang diduga kekurangan zat besi tetapi belum menunjukkan gejala anemia mempunyai produktivitas kerja 10 lebih rendah daripada tenaga kerja normal dan tenaga kerja yang menderita anemia mempunyai produktivitas kerja 20 lebih rendah daripada tenaga kerja normal.

5.4. Pengaruh Iklim Kerja terhadap Produktivitas Kerja pada Tenaga Kerja

Bongkar Muat di Sektor II Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata iklim kerja pada produktivitas kerja baik adalah 30,02ºC dengan standar deviasi 0,18ºC. Sedangkan rata-rata iklim Universitas Sumatera Utara kerja pada produktivitas kerja tidak baik adalah 30,00ºC dengan standar deviasi 0,16ºC. Ini menunjukkan bahwa tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara ISBB produktivitas kerja baik dan produktivitas kerja tidak baik. Energi panas di lingkungan kerja dapat menimbulkan peningkatan iklim kerja di tempat kerja bahkan melebihi nilai ambang batas yang telah ditentukan. Iklim kerja panas dengan ISBB 27,5 ºC diwaktu pagi dan siang hari berasal dari panas sinar matahari dan kurangnya sirkulasi udaara di dalam kapal. Sedangkan iklim kerja panas diwaktu malam hari berasal dari efek angin laut, energy dari beberapa lampu sorot berkapasitas 1.000 watt yang digunakan sebagai lampu penerangan dan uap panas dari besi dinding kapal yang terkena paparan sinar matahari. Bekerja di lingkungan kerja panas dengan ISBB iklim kerja 27,5ºC membuat pekerja merasa tidak nyaman dan banyak mengeluarkan keringat. Banyak mengeluarkan keringat akan menyebabkan berkurangnya cairan dalam tubuh. Apabila tidak ditangani secara baik maka tubuh akan mengalami kekurangan cairan dan tubuhpun tidak dapat berfungsi dengan baik. Sebagai respon TKBM terhadap iklim kerja panas adalah bekerja dengan tidak menggunakan pakaian kerja yang layak. Pakaian kerja yang layak dimaksud adalah menggunakan celana panjang dan baju berlengan. Namun pada saat bekerja tidak sedikit pekerja hanya menggunakan pakaian dalam. Hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan uji t-independent didapat nilai p- value = 0,758 α 0,05. Dengan nilai tersebut disimpulkan bahwa tidak ada Universitas Sumatera Utara perbedaan yang signifikan rata-rata iklim kerja antara produktivitas baik dengan produktivitas tidak baik atau tidak ada pengaruh antara iklim kerja dengan produktivitas kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Sektor II Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan. Energi panas yang diterima oleh tenaga kerja merupakan beban tambahan disamping beban panas yang dihasilkan tubuh sebagai akibat pelaksanaan kerja yang dapat mengakibatkan pengaruh negatif berupa gangguan pekerjaan dan gangguan kesehatan seperti kepala pusing, mata berkunang-kunang, berkeringat dan cepat lelah akan mengakibatkan banyak waktu kerja yang hilang dan lebih lanjut menurunkan produktivitas kerja Moeljosoedarmo, 2008. Suma’mur 2009, mengungkapkan untuk dapat bekerja secara produktif pekerjaan harus dilakukan di lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan, apabila syarat tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi gangguan kesehatan dan daya kerja akhirnya berpengaruh buruk terhadap produktivitas. Iklim kerja yang memenuhi syarat kesehatan adalah tidak panas dan tidak dingin, keadaan ini tidak hanya untuk dapat melaksanakan pekerjaan tetapi juga untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Meliyani dan Stephani 2008 mengatakan bahwa lingkungan kerja berpengaruh terhadap produktivitas pada karyawan Restoran Bakmi Gili di Kertajaya dan Plaza Surabaya. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan ungkapan diatas. Hasil penelitian mengatakan bahwa iklim kerja tidak berhubungan dengan produktivitas Universitas Sumatera Utara kerja, ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soerdjadibroto 1986 dalam Dameria 2012, mengatakan ada 6 faktor yang memengaruhi produktivitas yaitu gizi dan kesehatan, pendidikan dan pelatihan, penghasilan dan jaminan sosial, kesempatan dan manajemen. Ini menunjukkan bahwa iklim kerja tidak termasuk dalam faktor yang dapat memengaruhi produktivitas kerja. Produktivitas kerja baik yang telah dicapai TKBM dapat dipengaruhi oleh tingginya kemampuan dan semangat kerja yang dimiliki oleh TKBM. Dengan kemampuan dan semangat kerja yang tinggi, TKBM tetap bekerja tanpa memperhatikan iklim kerja di lingkungan mereka. TKBM menganggap aktivitas bongkar muat yang mereka lakukan sudah merupakan suatu kebiasaan sehingga tidak merasa mengangkat barang itu suatu beban yang berat. Asumsi di atas sejalan dengan pendapat Arsad 1998, untuk mendapatkan produktivitas kerja yang tinggi diperlukan kemampuan kerja dan semangat kerja yang tinggi sehingga hasil yang dicapai meningkat dan efisiensi kerja tinggi. Pendapat di atas dibuktikan dengan melihat karakteristik TKBM yang dilihat berdasarkan usia yaitu berada antara usia 25-73 tahun dan masa kerja antara 1-48 tahun. Karena pekerjaan bongkar muat sudah merupakan aktivitas rutin sehingga, apabila tidak melakukan aktivitas maka pekerja akan merasa kurang sehat. Anggapan ini disebabkan karena kurangnya pergerakan tubuh. Selain merasa kurang sehat, tidak sedikit tenaga kerja lansia umur 60 tahun ke atas tetap bekerja karena merasa masih Universitas Sumatera Utara mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tidak mau bergantung pada keluarga. Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana yang disediakan oleh pihak perusahaan seperti adanya crane alat bantu angkat berkapasitas besar juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan TKBM masih dapat berproduktivitas dengan baik. Karena alat bantu telah tersedia, maka pekerjaan yang dilakukan adalah hanya mengisi barang ke dalam jala dan mengeluarkan barang dari dalam jala. Sehingga dengan proses pekerjaan ini pekerja tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memindahkan barang dari palka kapal ke dermaga. Nurmianto 2003 dalam Imam 2011, mengungkapkan bahwa teknologi sangat dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan yang dipengaruhi oleh lingkungan kerja serta bila perlu teknologi digunakan untuk mengendalikan lingkungan kerja. Itulah sebabnya lingkungan kerja harus dirancang sebaik mungkin sehingga diharapkan dapat memberikan rasa aman dan nyaman pada pemakaiannya dan akhirnya menghasilkan produktivitas yang baik. Asumsi di atas sejalan dengan pendapat Siagian 1982 dalam Dameria 2012, produktivitas dapat mencapai hasil yang maksimal apabila sarana dan prasarana disediakan oleh perusahaan. Sarana adalah benda atau barang yang dapat dipakai sebagai alat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja seperti mobil, crane, pulpen dan lain-lain sedangkan prasarana adalah barang atau benda yang tidak bergerak dapat menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja seperti gedung Universitas Sumatera Utara perkantoran, kantin. Sejalan dengan pendapat Nurmianto dan Siagian di atas, yang dimaksud dengan penggunaan teknologi dan sarana dalam penelitian ini adalah penyediaan alat bantu crane. Produktivitas yang diperoleh TKBM saat ini didorong oleh adanya semangat dan motivasi kerja serta penyediaan alat bantu crane.

5.5. Pengaruh Kebisingan terhadap Produktivitas Kerja pada Tenaga Kerja

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Tenaga Kerja Bongkar Muat Lansia terhadap Produktivitas Kerja di Sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan Tahun 2011

2 53 84

Pengaruh Faktor Predisposisi dan Faktor Pendukung terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Primkop “Upaya Karya” Sektor II Ujung Baru Pelabuhan Belawan

0 71 124

Kajian Hukum Terhadap Kontrak Kerja Untuk Kegiatan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan)

4 53 90

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Kerja Pada Tenaga Kerja Wanita Industri Rumah Tangga Lia Garmen Boyolali.

0 1 17

PENDAHULUAN Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Kerja Pada Tenaga Kerja Wanita Industri Rumah Tangga Lia Garmen Boyolali.

0 0 6

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Kerja Pada Tenaga Kerja Wanita Industri Rumah Tangga Lia Garmen Boyolali.

0 1 5

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA TENAGA KERJA WANITA Hubungan Indeks Massa Tubuh Dan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Kerja Pada Tenaga Kerja Wanita Industri Rumah Tangga Lia Garmen Boyolali.

0 1 10

Kajian Hukum Terhadap Kontrak Kerja Untuk Kegiatan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan)

0 1 8

Kajian Hukum Terhadap Kontrak Kerja Untuk Kegiatan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan)

0 0 1

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DAN PERALATAN TERHADAP SISTEM BONGKAR MUAT DI PELABUHAN PANTOLOAN

0 1 7