5. Dapat memperbaiki kondisi tanah di bawah bangunan yang mempunyai arti yang besar, misal untuk pondasi mesin karena sensitif terhadap kondisi tanah
dalam perhitungan amplitudo. 6. Sebagai faktor keamanan tambahan dalam bangunan jembatan terhadap erosi.
2.2 Jenis dan Keadaan Tanah Pendukung Pondasi
Tanah merupakan kumpulan partikel-partikel yang ukurannya beraneka ragam. Tanah dihasilkan sebagai produk sampingan dari pelapukan batuan secara
mekanis dan kimiawi yang sebagian dari partikel-partikel ini diberikan nama khusus sebagai kerikil, lanau, lempung, dan sebagainya. Tanah terdiri dari butiran partikel
padat disertai air dan udara yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel- partikel padat tersebut.
Tanah sebagai media pendukung pondasi mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan jenis dan keadaan tanahnya. Berbagai parameter yang
mempengaruhi karakteristik tanah antara lain: ukuran butiran, berat jenis, kadar air, kerapatan, angka pori, dan lain sebagainya yang dapat diketahui melalui penyelidikan
laboratorium. Tanah mempunyai sifat kemampatan yang sangat besar jika dibandingkan
bahan kontruksi seperti baja atau beton. Hal ini disebabkan tanah mempunyai ronggapori yang besar, sehingga bila dibebani melalui pondasi maka akan
mengakibatkan perubahan struktur tanah deformasi dan terjadi penurunan pondasi. Bila penurunan yang terjadi terlalu besar dapat mengakibatkan kerusakan pada
kontruksi diatasnya. Berlainan dengan bahan-bahan kontruksi yang lain, karakteristik
Universitas Sumatera Utara
tanah ini didominasikan oleh karakteristik mekanisnya seperti kekuatan geser dan permeabilitas
kemampuan mengalirkan air. Mengingat kemampuan butir-butir tanah atau air secara teknis sangat kecil,
maka proses deformasi tanah akibat beban luar dapat dipandang sebagai suatu gejala penyusutan pori. Jika beban yang bekerja pada tanah kecil, maka deformasi ini terjadi
tanpa pergeseran pada titik-titik sentuh antara butir-butir tanah. Das, 1999 Deformasi pemampatan tanah yang terjadi memperlihatkan gejala elastis,
sehingga bila beban-beban yang bekerja ditiadakan, tanah akan kembali kebentuk semula. Tetapi umumnya beban-beban yang bekerja cukup besar dan mengakibatkan
pergeseran titik sentuh antara butir-butir tanah, sehingga terjadi deformasi pemampatan. Deformasi yang demikian disebut deformasi plastis, karena bila beban
ditiadakan tanah tidak akan kembali ke bentuk semula. Air dalam pori pada tanah yang jenuh air perlu dialirkan supaya
penyusutan pori itu sesuai dengan perubahan struktur butir-butir tanah yang terdeformasi.
Mengingat kemampuan mengalirkan air permeabilitas tanah kohesif lebih kecil dari permeabilitas tanah kepasiran, maka pengaliran keluar ini
membutuhkan waktu yang lama. Maka untuk mencapai keadaan deformasi yang tetap diperlukan jangka waktu yang lama, gejala demikian disebut konsolidasi.
Das, 1999 Nilai kekuatan geser tanah menunjukkan besarnya kekuatan daya dukung
tanah tersebut. Nilai kekuatan geser tanah ini dipengaruhi oleh kohesi tanah dan sudut geser tanah.
Universitas Sumatera Utara
Bila geser gaya bekerja pada suatu massa tanah dimana bekerja pula tegangan normal
σ, maka harga tegangan geser τ akan membesar akibat deformasi sampai mencapai harga batas. Bila harga batas ini dihubungkan dengan tegangan normal
σ yang berbeda-beda, maka akan diperoleh suatu garis lurus. Kekuatan geser tanah ini
dapat disederhanakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: τ = c + σ tan φ
2.1 Dimana,
τ = Kekuatan geser tanah kgcm
2
c = Kohesi tanah kgcm
2
σ = Tegangan normal yang terjadi pada tanah kgcm
2
φ = Sudut geser tanah , dan
.
Nilai kohesi c merupakan besaran dari gaya tarik menarik antara butiran partikel tanah, sedangkan sudut geser tanah
φ merupakan tahanan terhadap pergeseran antara partikel tanah.
Besarnya nilai c dan φ pada suatu contoh tanah dapat diketahui melalui
pengujian geser tanah di laboratorium mekanika tanah. Kekuatan geser tanah dapat dibagi dalam nilai yang tergantung pada tahanan geser antara partikel tanah dan
kohesi permukaan butiran partikel tanah tersebut. Sesuai dengan hal tersebut diatas, seringkali tanah itu dibagi menjadi tanah kohesif dan tanah yang tidak kohesif.
Tanah yang tidak kohesif adalah pasir yang mempunyai harga c=o. Tanah yang kohesif adalah tanah lempung. Kohesi dari lempung disebabkan oleh gaya lekat
dari tanah dan sifat-sifat dari air yang diserap pada permukaan partikel.
Universitas Sumatera Utara
Bila tanah berada pada keadaan tidak jenuh meskipun tanah itu tidak kohesif, tetapi sifat kohesif kadang-kadang dapat terlihat sebagai tegangan permukaan dari air
yang yang terdapat dalam rongga tanah. Jadi kekuatan geser tanah berubah sesuai dengan jenis dan kondisi tanahnya. Das, 1999
2.3 Penyelidikan Tanah