2.6.6 Jenis dan Prosedur Loading Test.
Uji pembebanan dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu: a. Pengujian di tempat in situ.
b. Pengujian bagian-bagian struktur yang diambil dari struktur utamanya. Pengujian biasanya dilakukan di laboratorium dan sifat merusak. Pemilihan
jenis uji pembebanan ini tergantung pada situasi dan kondisi tetapi biasanya cara pengujian bagian-bagian struktur yang diambil dari struktur utamanya atau cara
kedua dipilih jika cara pengujian ditempat atau cara pertama tidak praktis tidak mungkin untuk dilaksanakan. Selain itu pemilihan jenis pengujian bergantung pada
tujuan diadakannya loading test. Kalau tujuannya hanya ingin mengetahui tingkat layanan struktur, maka
pilihan pertama tentunya yang paling baik. Tetapi apabila ingin mengetahui kekuatan batas dari suatu bagian struktur, yang nantinya akan digunakan sebagai kalibrasi
untuk bagian-bagian struktur lainnya yang mempunyai kondisi yang sama, maka cara kedualah yang tepat. American Society Testing and Materials, 2010
2.6.7 Pengujian Pembebanan di Tempat In Situ Load Test.
Tujuan utama dari pembebanan ini adalah untuk memperhatikan apakah prilaku suatu struktur pada saat diberi beban kerja working load memenuhi
persyaratan bangunan yang ada yang pada dasarnya dibuat agar keamanan masyarakat umum terjamin.
Universitas Sumatera Utara
Prilaku struktur tersebut dinilai berdasarkan pengukuran penurunan yang terjadi. Selain itu penampakan struktur pada saat retak-retak yang terjadi selama
pengujian masih dalam batas-batas yang wajar. Beberapa hal yang patut menjadi perhatian dalam pelaksanaan loading test akan diberikan dalam uraian berikut ini:
a. Persiapan dan Tata Cara Pengujian. Tata cara ASTM mengisyaratkan bahwa uji pembebanan dapat dilakukan jika
struktur beton berumur lebih dari 28 hari. Pemilihan bagian struktur yang akan diuji dilakukan dengan mempertimbangkan:
i. Permasalahan yang ada. ii. Tingkat keutamaan bagian struktur yang akan di uji.
iii. Kemudahan pelaksanaan. Bagian struktur yang akan memikul bagian struktur yang akan diuji dan beban
ujinya juga harus dipertimbangkandilihat apakah kondisinya baik dan kuat Selain itu scaffolding juga harus dipersiapkan untuk mengantisipasi beban-beban yang timbul
jika terjadi keruntuhan bagian struktur yang diuji. Beban pengujian harus di rencanakan sedemikian rupa sehingga bagian
struktur yang dimaksud benar-benar mendapatkan beban yang sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini kadang kala sulit di rencanakan, terutama untuk pengujian
struktur lantai. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan antara bagian struktur yang diuji dengan bagian struktur lain yang ada disekitarnya.
Sehingga timbul apa yang disebut pengaruh pembagian pembebanan Load sharing effect
. Pengaruh ini juga bisa ditimbulkan oleh elemen-elemen nonstruktual
Universitas Sumatera Utara
yang menempel pada bagian struktur yang akan diuji, sebagai contoh ceiling board, Elemen non struktural ini dapat berfungsi mendistribusikan beban pada komponen-
komponen struktur dibawahnya yang sebenarnya tidak saling berhubungan. Untuk menghindari terjadinya distribusi beban yang akan diinginkan maka bagian struktur
yang akan diuji sebaiknya diisolasikan dari bagian struktur yang ada di sekitarnya. Beban mati harus di aplikasikan 48 jam sebelum load test dimulai. Sebelum
beban diterapkan, terlebih dahulu dilakukan pembacaan penurunan awal yang nantinya dijadikan sebagai acuan untuk pembacaan penurunan setelah penerapan
beban. Pembebanan harus dilakukan secara bertahap dan perlahan-lahan, sehingga tidak menimbulkan beban kejutan pada struktur.
Kriteria umum yang harus dipenuhi dari loading test adalah jumlah uji pembebanan loading test dalam persentase jumlah titiknya adalah 1 dari jumlah
titik tiang bor yang dilakukan pada lapangan. Kriteria umum lain yang harus dipenuhi dari hasil load test ini adalah struktur
tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda keruntuhan seperti terbentuknya retak-retak yang berlebihan atau menjadi lendutan yang melebihi persyaratan keamanan yang
telah ditetapkan dalam peraturan-peraturan bangunan.
b. Teknik Pembebanan Pembebanan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga laju distribusi
pembebanan dapat dikontrol. Pemilihan beban yang akan digunakan tergantung dengan distribusi pembebanan yang diinginkan, besarnya total beban yang
dibutuhkan, dan kemudahan pemindahannya.
Universitas Sumatera Utara
c. Pengukuran Parameter yang biasanya diukur dalam load test adalah lendutan, lebar retak
dan regangan. Lebar retak yang terjadi biasanya diukur dengan mikroskop tangan yang dilengkapi dengan lampu dan mempunyai lensa yang diberi garis-garis berskala
yang ketebalannya berbeda-beda. Cara pengukuran adalah dengan membandingkan lebar retak yang terjadi, lewat peneropongan dengan mikroskop dengan lebar garis-
garis berskala tersebut. Pola retak-retak yang terjadi biasanya ditandai dengan menggambarkan garis-
garis yang mengikuti pola retak yang ada dengan menggunakan spidol berwarna di ujung garis-garis tersebut dituliskan informasi mengenai tingkat pembebanan dan
lebar retak yang sudah terjadi. American Society Testing and Materials, 2010 Data-data perhitungan beban yang diberikan sebagai balok beam dalam
pelaksanaan loading test dapat kita lihat dalam Tabel 2.6. berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.6: Data-data Perhitungan Beban Beam dalam Loading Test
No Data-data Perhitungan Beam
Nilai 1
Beban Rencana 300 ton
2 Tegangan Baja
2500kgcm 3
2
Panjang Bentang 5 m
4 Modulus Elastisitas
2,1 x 10
6
kgcm 5
2
Main Beam WF 700x300x12000
6 Beban Total
450 ton 7
Tegangan Lentur Ijinσ
ijin
2272 kgcm 8
2
Tegangan geser Ijnτ
ijin
1272 kgcm 9
2
Lendutan Ijin δ
ijin
1 cm 10
Momen Inersia 932600 cm
11
4
Statis Momen 14120 cm
12
3
Momen Tahanan 25850 cm
13
3
Momen 56250000 kg-cm
14 Lintang
450000 kg
Universitas Sumatera Utara
2.6.8 Prosedur Pengujian Loading Test