S-O-R Theory Teori S-O-R

1. perhatian, 2. pengertian. 3. penerimaan. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang stimulus yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi sources misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. 17 17 http:ilmukomunikasi.blogspot.com200802s-o-r-theory.html diakses tanggal 12 November 2014, 13:00 WIB

C. Dakwah

1. Pengertian dakwah Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata arab da‟wah, merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da‟a madli, yad‟u mudlari, berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan. Kata dakwah juga berarti do’a al-du’a yakni harapan, permohonan kepada Allah SWT atau seruan al- nida‟. 18 Dalam penggunaan secara peristilahan dilingkungan masyarakat islam dakwah lebih dipahami sebagai usaha dan ajakan kepada jalan kebenaran atau jalan Tuhan. 19 Menurut M. Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajuran islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek. 20 Jelas dari pengertian-pengertian tersebut bisa diambil kesimpulan dakwah ialah mengajak, menyeru, mendorong manusia kepada kebaikan 18 A. Ilyas Ismail, Paradigma dakwah Sayyid Quthub, Jakarta: Penamadani, 2008 cet ke-2, hal-144 19 Ibid, hal-145 20 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 2001, cet ke-22, h. 194 yang sesuai dengan ajaran Allah SWT serta menjauhi dari apa yang dilarang oleh Allah SWT. 2. Unsur-unsur dakwah a. Da’I Subjek Dakwah                             Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh mengerjakan yang maruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS. At- Taubah 71. Jelas subjek dakwah adalah seorang da’I atau da’iyah yang menyerukan kepada kebaikan dan mencegah perbuatan yang munkar, seseorang yang selalu senantiasa mengingatkan kepada ummat untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Secara garis besar subjek dakwah atau da’i mengandung dua pengertian: 1 Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang berdakwah sebagai kewajiban yang melekat dan tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah “Ballighu „anni walaw ayat.” 2 Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus mutakhashshish-spesialis dalam bidang dakwah Islam, dengan kesungguhan luar biasa dan dengan qudwah hasanah. 21 b. Mad’u Objek Dakwah Objek dakwah Mad ‟ u yaitu masyarakat sebagai penerima dakwah. Masyarakat baik individu maupun kelompok, sebagai objek dakwah, memiliki strata dan tingkatan yang berbeda- beda. Mad’u merupakan peserta dakwah, baik perseorangan, kolektif, laki-laki atau perempuan, anak-anak atau orang dewasa. Mad’u bersifat heterogen, baik dari sudut ideologi, misalnya atheis, animis, musyrik, munafik, fasik dan muslim, juga dari sudut lainnya 21 Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000, h.27 seperti intelektualitas, status sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain- lain. 22 c. Materi Dakwah