Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 190
A. PENDAHULUAN
Saat ini audit dalam sektor pemerintahan digunakan istilah pemeriksaan, merupakan salah satu pilar utama dalam mewujudkan tata kelola organisasi yang baik
good governance. Secara etimologi, istilah audit berasal dari bahasa latin ‘audire’ yang berarti mendengar. Secara tradisional auditing dapat dipahami sebagai upaya
pemeriksaan atas informasi akuntansi untuk mendapat kayakinan bahwa informasi tersebut telah disajikan secara wajar true and fair. Tujuan
Jika mengacu kepada definisi audit, akan tampak perbedaan antara definisi audit sektor privatswasta dengan audit sektor pemerintahan. Pada sektor swasta terdapat
perbedaan makna untuk audit dengan pemeriksaan examination, sedangkan pada sektor pemerintahan penggunaan kata pemeriksaan dan pengauditan hingga saat ini
masih memiliki kata yang bermakna sama. Sebagai pengantar berikut adalah definisi audit dari sektor privat atau swasta.
1. Definisi Audit
Audit adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara obyektif yang berhubungan dengan asersi tentang
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan Arens, et.al., 2010.
Beberapa ciri-ciri atau komponen audit didasarkan pada definisinya adalah:
a. Proses sistematis:
Rangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur dan terorganisasi.
b. Untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif:
Dengan dasar pemeriksaan pengujian atas asersi dan menetapkan hasilnya tanpa bias atau berprasangka baik buruk maupun baik terhadap pembuat asersi.
c. Pernyataan-pernyataan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi:
Asersi merupakan suatu pernyataan, atau suatu rangkaian pernyataan secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas penyataan tersebut untuk
digunakan oleh pihak lain. Perbedaan mendasar asersi dengan pernyataan biasa adalah pada asersi adanya pertanggung jawaban atas pernyataan tersebut ketika
digunakan oleh pihak lain. Contoh asersi: laporan keuangan, SPT, dan lain-lain.
d. Tingkat kesesuaian:
Seberapa sesuai asersi-asersi tersebut dapat dicocokkan dengan kriteria yang telah ditentukan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 191
e. Kriteria yang telah ditetapkan:
standar penilaian untuk asersi-asersi atau pernyataan-pernyataan. Kriteria dapat berupa Standar Akuntansi Pemerintahan, atau peraturan khusus yang ditetapkan
oleh dewan legislatif, anggaran atau pengukur performa lain yang ditetapkan management.
f. Menyampaikan hasil:
hasil dilaporkan dalam laporan tertulis yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditentukan. Tujuan pengauditan pemeriksaan
adalah untuk menambah kredibilitas pernyataan managemen sehingga pihak yang berkepentingan dapat memakai informasi dengan penjaminan yang memadai
bahwa informasi tersebut bebas dari salah saji material.
g. Pihak yang berkepentingan: pihak yang menggunakan laporan audit atau laporan hasil pemeriksaan.
2. Jenis-Jenis Auditor Berdasarkan Organisasinya Entitas:
Berdasarkan pemberi kerja atau tempat auditor bekerja, auditor dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Akuntan Publik External AuditorIndependent Auditor b. Pemeriksa Internal Internal Auditor
c. Auditor Pemerintah Goverment Auditor: BPKP Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan, BPK Badan Pemeriksa Keuangan atau Inspektorat di
Departemen Pemerintah.
B. DASAR-DASAR PEMERIKSAAN KEUANGAN 1. Pengertian, Tujuan dan Dasar Hukum Pemeriksaan Keuangan
Berdasarkan pasal 1 undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pemeriksaan keuangan negara
didefinisikan sebagai proses identifikasi masalah, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut ayat 1 pasal 4 Undang-Undang
tersebut, jenis-jenis pemeriksaan adalah Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja, dan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu. Ayat 2 pasal 4 UU yang sama menyatakan
bahwa pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan.
Selanjutnya Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPKN menyatakan bahwa pemeriksaan keuangan bertujuan untuk memberikan opini tentang kewajaran laporan
keuangan. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai reasonable assurance apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar,
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 192
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum PABU di Indonesia atau basis komprehensif selain prinsip akuntansi berterima umum
di Indonesia. Selain untuk memberikan opini, pemeriksaan keuangan juga ditujukan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kelemahan dalam sistem pengendalian
intern SPI serta mengidentifikasi kemungkinan adanya penyimpangan dari ketentuan peraturan perundangan, kecurangan fraud, serta ketidakpatutan abuse.
Dasar hukum pemeriksaan keuangan meliputi: a. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
b. Undang Undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara c. Undang Undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
d. Undang Undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
e. Undang Undang nomor 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
2. Perbedaan Reviu dan Pemeriksaan Laporan Keuangan
Dalam praktik, pelaksanaan kegiatan reviu seringkali dianggap memiliki persamaan dengan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan. Untuk menghindari hal tersebut, maka perlu
diberikan batasan-batasan yang membedakan antara kegiatan reviu dengan kegiatan pemeriksaan.
Perbedaan paling utama adalah tujuan pemeriksaan dengan reviu. Tujuan pemeriksaan laporan keuangan yaitu untuk memberikan keyakinan yang memadai
reasonable assurance apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, PABU atau
basis akuntansi komprehensif selain PABU di Indonesia. Sedangkan tujuan reviu laporan keuangan adalah untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa laporan keuangan telah
disusun berdasarkan SPI yang memadai dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Oleh karena itu, reviu tidak mencakup suatu pengujian atas validitas
substansi buktidokumen sumber seperti perjanjian kontrak pengadaan barangjasa, bukti pembayarankuitansi, serta berita acara fisik atas pengadaan barangjasa, dan
prosedur lainnya yang biasanya dilaksanakan dalam sebuah pemeriksaan.
Berbeda dengan pemeriksaan, reviu tidak mencakup pengujian terhadap SPI, catatan akuntansi, dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan melalui
perolehan bukti, serta prosedur lainnya seperti yang dilaksanakan dalam suatu pemeriksaan. Sebagai contoh, dalam hal pengadaan barang modal yang nilainya
material, proses reviu hanya meyakinkan bahwa pengadaan barang telah dicatat dalam Aset Tetap, sedang dalam pemeriksaan, harus dilakukan pengujian bahwa prosedur
pengadaan barang tersebut telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Hal lain yang membedakan reviu dengan pemeriksaan adalah pelaksanaan aktivitas. Reviu dilakukan secara internal, dalam hal ini oleh auditor pada Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah APIP, sedangkan pemeriksaan dilakukan oleh auditor eksternal yaitu pemeriksa pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia BPK-RI.
Berdasarkan ayat 1 pasal 49 Peraturan Pemerintah PP nomor 60 tahun 2008, APIP
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 193
terdiri dari BPKP; Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern; Inspektorat Provinsi; dan Inspektorat
KabupatenKota. Oleh karena itu, yang melaksanakan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah adalah Inspektorat Provinsi untuk Laporan Keuangan Pemerintah
Provinsi dan Inspektorat KabupatenKota untuk Laporan Keuangan Pemerintah KabupatenKota.
3. Ruang Lingkup Pemeriksaan Keuangan
Ruang lingkup pemeriksaan meliputi hal-hal berikut ini: Anggaran dan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan
Posisi aset, kewajiban dan ekuitas Arus kas dan saldo kas akhir sesuai dengan sisa lebih pembiayaan anggaran SILPA
dalam laporan realisasi anggaran dan ekuitas dalam neraca; dan Pengungkapan informasi yang diharuskan seperti disebutkan dalam SAP.
Selain itu, pemeriksaan juga menguji efektivitas pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaporan keuangan
dalam Laporan Keuangan.
C. STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh BPK dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPKN
sesuai Peraturan BPK RI nomor 01 tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. SPKN memuat persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan
pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional. Tujuan Standar Pemeriksaan ini adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi
pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
SPKN ini berlaku bagi: a. Badan Pemeriksa Keuangan.
b. Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara, untuk dan atas nama Badan Pemeriksa
Keuangan. c. Aparat Pengawas Internal Pemerintah, satuan pengawasan intern maupun pihak
lainnya dapat menggunakan SPKN sebagai acuan dalam menyusun standar pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya.
D. METODOLOGI DAN TAHAPAN PEMERIKSAAN KEUANGAN
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 194
1. Metodologi Pemeriksaan
Metodologi pemeriksaan keuangan terdiri dari tiga tahap pemeriksaan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
a. Tahap Perencanaan