Tahap Perencanaan Tahap Pelaksanaan Tahap Pelaporan

Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 194

1. Metodologi Pemeriksaan

Metodologi pemeriksaan keuangan terdiri dari tiga tahap pemeriksaan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan.

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan pemeriksaan meliputi 10 langkah kegiatan, yaitu: 1 Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan, 2 Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa, 3 Pemahaman atas Entitas, 4 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sebelumnya, 5 Pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern, 6 Pemahaman dan Penilaian Risiko, 7 Penetapan Materialitas Awal dan Kesalahan Tertoleransi, 8 Penentuan Metode Uji Petik, 9 Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal, dan 10 Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kegiatan Perseorangan.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pemeriksaan meliputi tujuh langkah kegiatan, yaitu: 1 Pelaksanaan Pengujian Analitis Terinci, 2 Pengujian Sistem Pengendalian Intern, 3 Pengujian Substantif Atas Transaksi dan Saldo Akun, 4 Penyelesaian Penugasan, 5 Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan TP, 6 Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis, dan 7 Penyampaian TP.

c. Tahap Pelaporan

Langkah pelaporan pemeriksaan meliputi lima langkah kegiatan, yaitu: 1 Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan, 2 Penyampaian Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan kepada Pejabat Entitas Yang Berwenang, 3 Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan dengan Pejabat Entitas Yang Berwenang, 4 Perolehan Surat Representasi, dan 5 Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan. Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 195 Metodologi pemeriksaan tersebut digambarkan oleh BPK-RI dalam Gambar 3. Gambar 2 Metodologi Pemeriksaan atas LKPD Gambar: Metodologi Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

2. Asersi Manajemen

Kewajaran laporan keuangan sangat ditentukan kualitas berbagai asersi manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan karena dalam pelaksanaan pemeriksaan, tim pemeriksa BPK akan menguji asersi manajemen Kepala Daerah dan para Kepala SKPDSKPKDPPKD atas laporan keuangan pemerintah daerah. Asersi assertion adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit. Berdasarkan Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 04K1- III.252008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan Badan Pemeriksa Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 196 Keuangan Republik Indonesia, asersi yang diuji mencakup 5 aspek, yaitu: 1 keberadaan dan keterjadian, 2 kelengkapan, 3 hak dan kewajiban, 4 penilaian dan pengalokasian, dan 5 penyajian dan pengungkapan. a. Asersi Keberadaan dan Keterjadian existence or occurrence berhubungan dengan aspek: • Apakah Aset, kewajiban dan ekuitas yang tercantum dalam neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan CaLK memang benar-benar ada exist per tanggal neraca • Apakah pendapatan serta belanja yang dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran LRA dan CaLK memang benar-benar telah terjadi occurred selama periode pelaporan. • Apakah transaksi operasional, investasi, pembiayaan dan transaksi non anggaran yang mempengaruhi kas yang dilaporkan dalam Laporan Arus Kas LAK dan CaLK memang benar-benar telah terjadi occurred selama periode pelaporan. b. Asersi Kelengkapan completeness berhubungan dengan jaminan bahwa semua transaksi dan rekening yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan memang telah tercermin dalam laporan keuangan dan tidak ada hal-hal yang material signifikan yang tertinggal dan tidak diungkapkan. c. Asersi Hak dan Kewajiban rights and obligation berhubungan dengan keyakinan bahwa Aset yang disajikan dalam laporan keuangan memang benar- benar hak entitas dan bahwaa hutan yang disajikan dalam laporan keuangan memang benar-benar kewajiban entitas per tanggal laporan keuangan. d. Asersi Penilaian valuation berhubungan dengan keyakinan bahwa akun-akun yang disajikan dalam laporan keuangan telah mencerminkan nilai yang semestinya. e. Asersi Penyajian dan Pengungkapan presentation and disclosure berhubungan dengan jaminan bahwa akun-akun yang disajikan dalam laporan keuangan telah diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan secara semestinya. Sebagai contoh, Neraca Kabupaten AAA tanggal 31 Desember 2011 mencantumkan rekening kas sebesar Rp. 99.800.765.000. Pada hakikatnya manajemen membuat dua asersi eksplisit keberadaan dan penilaian, yaitu: 1 Bahwa kas tersebut benar-benar ada pada tanggal 31 Des 2012; 2 Bahwa jumlah kas tersebut yang benar adalah Rp 99.800.765.000. f. Selain dua asersi eksplisit manajemen juga membuat tiga buah asersi implisit kelengkapan, hak dan kewajiban, serta penyajianpengungkapan sebagai berikut: 1 Bahwa semua kas yang seharus dilaporkan memang telah dimasukkan dalam jumlah tersebut secara lengkap 2 Bahwa semua kas yang dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2012 tersebut adalah milik Kabupaten AAA Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 197 3 Bahwa tidak ada batasan apapun terhadap penggunaan kas yang dilaporkan tersebut

E. TEKNIK PEMERIKSAAN DAN PENGENDALIAN INTERN

Pemeriksaan pada dasarnya dapat diartikan sebagai proses sistematis yang dikerjakan oeh orang yang independen dan kompeten, untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti, mencocokkan informasi yang terkandung dalam bukti dengan kriteria yang telah ditetapkan dan melaporkan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan demikian, dalam pemeriksaan diperlukan pengetahuan atas bukti pemeriksaan, teknikprosedur untuk mendapatkan bukti, serta jenis-jenis laporan yang akan dihasilkan.

1. Bukti dan Prosedur Pemeriksaan

Bukti pemeriksaan adalah semua informasi yang digunakan pemeriksa untuk menentukan apakah informasi yang sedang diperiksa telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Standar pemeriksaan keuangan menyatakan bahwa bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa. Dengan demikian terdapat 2 dua sayarat bukti pemeriksaan yaitu kecukupan dan kompetensi bukti. Kompetensi bukti adalah tingkat keyakinan bahwa bukti tersebut dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Kompetensi suatu bukti tergantung dari relevansi, pengetahuan langsung pemeriksa, keaslian bukti, independensi yang menyajikan, kualifikasi individu, objektifitas, keefektivan pengendalian intern, dan ketepatan waktu. Jenis-jenis bukti pemeriksaan yang dikumpulkan dan dievaluasi oleh pemeriksa meliputi: a. Data Akuntansi yang mendasari underlying accounting data yang terdiri atas: jurnal, buku besar, kebijakan akuntansi dan catatan informal seperti kertas kerja. b. Bukti atau informasi pendukung dan penguat Corroborating information terdiri atas: 1. Struktur Pengendalian Intern Internal Control Structure; jika SPI yang diterapkan adalah baik maka dapat menjadi bukti yang kuat mengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan sehingga jumlah bukti yang harus dikumpulkan dapat dikurangi, sebaliknya SPI yang lemah maka jumlah bukti yang dikumpulkan diperbanyak. 2. Bukti Analitis Analytical Evidence: Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam laporan Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 198 keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data pembanding 3. Bukti Fisik Physical Evidence: bukti yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik atau inspeksi, misalnya: cash- opname, stock-opname sediaan, dan lainnya.Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo aset berwujud terutama kas dan sediaan. Bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling bisa dipercaya. 4. Bukti Dokumentasi Documentary Evidence; meliputi berbagai macam dokumen sumber dan dokumen seperti notulen rapat, rekening koran bank, kontrak-kontrak perjanjian, maupun surat representasi. Reliabilitas bukti dokumenter tergantung sumber dokumen, cara memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat dokumen mengacu tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan dokumen. 5. Konfirmasi Confirmation: merupakan bukti dokumen yang termasuk dalam kelompok khusus yang tidak lain adalah suatu jawaban langsung tertulis dari pihak ketiga yang dipandang mengetahui atas permintaan tertentu untuk memberikan informasi yang sesungguhnya. Ada tiga jenis konfirmasi yaitu: 1. Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk menyatakan persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang ditanyakan. 2. Konfirmasi kosong Blank confirmation, merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk mengisikan saldo atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang ditanyakan. 3. Konfirmasi negatif, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk memberikan jawaban hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya terhadap informasi yang ditanyakan. 6. PernyataanRepresentasi Tertulis Written Representation: merupakan pernyataan yang ditandatangani individu yang bertanggungjawab dan berpengetahuan mengenai rekening, kondisi, atau kejadian tertentu. Bukti suatu pernyataan tertulis dapat berasal dari manajemen atau organisasi klien maupun sumber eksternal termasuk bukti dari seorang ahli. Representasi tertulis yang dibuat oleh Auditi merupakan bukti yang berasal dari internal auditan. Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 199 Surat pernyataan konsultan hukum klien, ahli teknik yang berkaitan dengan kegiatan teknik operasional organisasi klien merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga. 7. Bukti Matematis Mathematical Evidence; perhitungan ulang secara matematis yang dilakukan auditor, misal perhitungan kembali depresiasi, perhitungan kembali taksiran kerugian piutang, dan sebagainya. 8. Bukti Lisan Oral Evidence; Jawaban secara lisan diterima oleh auditor pada saat pekerjaan lapangan audit yaitu dengan mengajukan pertanyaan lisan kepada auditee. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban atas pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. 9. Bukti Analitis Analytical Evidence Analytical Evidence: pembandingan antara data tahun ini dengan tahun sebelumnya, misal menghitung kerugian piutang tahun ini dan dibandingkan dengan piutang tahun lalu. 10. Bukti elektronik Electronic Evidence: menyangkut semua informasi yang dihasilkan atau diperoleh dengan peralatan elektronik yang digunakan auditor untuk merumuskan suatu pendapat mengenai suatu asersi. Untuk mendapatkan bukti-bukti pemeriksaan tersebut diperlukan prosedur dan teknik-teknik pemeriksaan. Prosedur pemeriksaan adalah langkah dan teknik yang diambil pemeriksa selama pelaksanaan pemeriksaan. Teknik pengujian adalah teknik yang digunakan auditor untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti audit yang kompeten dan cukup. Terdapat beberapa prosedur audit yang harus dilaksanakan oleh auditor dalam memperoleh bukti audit antara lain: 1. Prosedur analitis analitical procedures: mempelajari dan membandingkan hubungan antar data dengan menggunakan rasio atau membandingkan data aktual dengan tahun lalu anggaran. 2. Inspeksi inspecting: mengamati atau memeriksa secara detil dokumen dan aset berwujud. Biasanya digunakan dalam mengumoulkan dan mengevaluasi bukti bottom- up maupun top-down. Inspeksi dokumen termasuk menentukan ketelitian faktur atau dokumen kontrak leasing. 3. Observasi observing: mengamati suatu pelaksanaan aktivitas atau proses, untuk melihat bahwa pegawai telah melakukan tugas kewajibanya sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. 4. Konfirmasi confirming: kegiatan mengajukan pertanyaaan untuk mendapat informasi kepada pihak ketiga terkait dengan Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 200 suatu akun dan permintaan jawaban dikirim langsung ke auditor. 5. Penelusuran tracing yaitu penelusuran secara mendalam dari dokumen dasar ke catatan akuntansi jurnal, buku besar untuk menentukan bahwa dokumen dari setiap transaksi telah dicatat. 6. Vouching yaitu penelusuran secara mendalam dari catatan ke dokumen dasar untuk menentukan validitas dan akurasi pencatatan transaksi. Prosedur vouching berlawanan dengan tracing. 7. Wawancara inquiring: mengajukan pertanyaan baik secara lisan maupun tertulis kepada auditi atau pihak luar 8. Perhitungan counting dilakukan dengan tujuan mengecek ketelitian penghitungan auditee, misalnya membuat kembali rekonsiliasi. 9. Pemindaian scanning melakukan penelaahan terhadap dokumen, catatan dan daftar pendukung untuk mendeteksi adanya elemen-elemen yang memerlukan penyelidikan. 10. Pelaksanaan ulang reperforming: melakukan kembali beberapa aspek dalam proses transaksi tertentu untuk memastikan kesesuaian dengan prosedur dan SPI yang telah ditetapkan 11. Computer-assisted audit techniques: teknik-teknik yang dapat dikembangkan dengan bantuan komputer baik perangkat keras maupun piranti lunak hardwaresoftware

2. Pengendalian Intern Dalam Pemeriksaan Keuangan

Pengendalian merupakan proses yang dilakukan oleh manajemen pemerintahan yang memberikan jaminan memadai bahwa tujuan pemerintahan dapat tercapai. Pengendalian intern dalam kenyataannya terdiri dari prosedur standar, kebijaksanaan, struktur organisasi, sistem informasi dan monitoring yang menjamin secara memadai bahwa tujuan pemerintahan dapat berjalan secara efektif, efisien dan ekonomis, peraturan perundangan dipatuhi dan pelaporan disajikan secara handal. Dalam pemeriksaan keuangan, agar suatu pemeriksaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka langkah pertama yang harus dilakukan pemeriksa dalam pekerjaan pemeriksaannya adalah memahami dan menguji berjalannya SPI pada entitas yang diperiksa. Pemerintah auditan harus menjamin SPI yang dibuat sudah efektif agar opini yang diberikan baik. Pada konteks inilah terdapat hubungan antara pengendalian intern dengan pemeriksaan. Jika pengendalian intern dianggap efektif oleh pemeriksa, maka pemeriksa dapat mengurangi aktivitas pelaksanaan pengujian yang ekstensif. Sebaliknya jika pengendalian intern dianggap lemah, maka pemeriksa harus melakukan pengujian substantif dengan ekstensif. Dalam kondisi SPI sangat lemah, pemeriksa dapat memberikan opini tidak memberikan pendapat disclaimer. Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 201 Unsur-unsur SPI Pemerintah dijelaskan dalam pasal 3 PP 60 tahun 2008: a. lingkungan pengendalian; b. penilaian risiko; c. kegiatan pengendalian; d. informasi dan komunikasi; dan e. pemantauan pengendalian intern.” Walaupun dalam mengevaluasi SPIP, auditor harusnya mengevaluasi keseluruhan unsur tersebut, namun dalam pelaksanaan pemeriksaannya, pemeriksa lebih banyak mengevaluasi unsur kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, dan penilaian risiko.

F. TEMUAN DAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

Pada akhir tahap pelaksanaan pemeriksaan keuangan, pemeriksa menyusun konsep temuan pemeriksaan yang kemudian akan disampaikan kepada pejabat yang bertanggungjawab untuk mendapatkan tanggapan. Temuan pemeriksaan ini kemudian akan dimasukkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Temuan Pemeriksaan TP atas laporan keuangan yang diperiksa merupakan permasalahan yang ditemukan oleh pemeriksa yang perlu dikomunikasikan kepada pihak yang terperiksa. Permasalahan tersebut meliputi:

a. Ikhtisar Koreksi