Pengelompokan Kebutuhan Hidup Manusia dan Pekerjaan Sektor Informal. Pekerjaan Sektor Informal

supaya dapat mewadahi kebutuhan serta aspirasi kelompok miskin. Sedangkan apabila akar kemiskinan berakar pada masalah struktural, strategi pembangunan perlu untuk dirumuskan kembali. Strategi pembangunan tidak lagi mementingkan pertumbuhan, tetapi lebih mementingkan pemerataan kesempatan. Secara Sosiologis, dimensi struktural kemiskinan dapat ditelusuri melalui institutional arrangements yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Asumsi dasarnya adalah bahwa kemiskinan tidak semata-mata berakar pada “kelemahan diri“, sebagaimana dipahami dalam perspektif kultural. Kemiskinan semacam ini justru merupakan konsekuensi dari pilihan-pilihan strategi pembangunan ekonomi yang selama ini dicanangkan serta dari pengambilan posisi pemerintah dalam perencanaan dan implementasi pembangunan ekonomi itu sendiri.

2.2. Pengelompokan Kebutuhan Hidup Manusia dan Pekerjaan Sektor Informal.

Setiap manusia mempunyai kebutuhan atau dengan kata lain tak ada manusia yang tidak mempunyai kebutuhan. Oleh karena itu, manusia akan selalu berusaha untuk mencapai kebutuhan tersebut, dimana usaha untuk mencapai kebutuhan tersebut akan mempengaruhi tingkah laku manusia. Menurut Kartini Kartono 1991 : 88, kebutuhan hidup secara umum dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu : 1. Kebutuhan tingkat vital biologis, antara lain berupa sandang, pangan, papan atau tempat tinggal, perlindungan atau rasa aman, air, udara, seks, dll. Universitas Sumatera Utara 2. Kebutuhan tingkat sosio-budaya human-kultural antara lain berupa empati, simpati, cinta-kasih, pengakuan diri, penghargaan, status sosial, prestise, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebutuhan berkumpul. 3. Kebutuhan tingkat religius metafisik, absolut, yaitu : kebutuhan merasa terjamin hidupnya, aman sentosa dan bahagia.

2.3 Pekerjaan Sektor Informal

Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup, seseorang haruslah bekerja. Akibat dari keterbatasan peluang kerja di sektor formal, maka muncullah berbagai lapangan usaha yang bersifat informal. Meluasnya fenomena sektor informal dan informalisasi tenaga kerja di Indonesia merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Istilah-istilah “sektor informal” biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Sektor informal merupakan suatu manifestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara berkembang. Seorang Antropolog Inggris, Keith Hart, pernah mengadakan suatu penelitian pada penduduk di kota Accra dan Nima, Ghana. Dia mengatakan bahwa kesempatan memperoleh penghasilan di kota di bagi menjadi 2 kelompok, yaitu sektor formal dan sektor informal. Keith Hart, menyatakan bahwa perbedaan sektor formal dan informal dilihat dari keterbatasan cara kerja, hubungan dengan perusahaan, curahan waktu, serta status kegiatan yang dilakukan. Hart juga membagi kesempatan memperoleh penghasilan di sektor informal menjadi 2 dua bagian, yakni sektor informal yang Universitas Sumatera Utara sah, dan sektor informal yang tidak sah. Yang termasuk ke dalam sektor informal yang sah yaitu : 1. Kegiatan-kegiatan primer dan sekunder pertanian, perkebunan, yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan dan kegiatan yang berhubungan dengan pengrajin usaha sendiri, pembuat sepatu, pengusaha bir dan alkohol. 2. Usaha kecil dengan modal relatif besar, perumahan, transportasi, usaha- usaha untuk kepentingan umum, spekulasi barang-barang dagangan, kegiatan sewa-menyewa. 3. Distribusi kecil- kecilan, pedagang pasar, pedagang kelontong, pedagang kaki lima, pengusaha makanan jadi, pelayan bar, pengangkut barang, agen atas komisi, dan penyalur. 4. Jasa-jasa lain seperti pemusik pengamen, pengusaha binatu, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah, juru potret, pekerja reparasi kendaraan maupun reparasi lainnya, makelar, dan sebagainya. 5. Transaksi pribadi seperti arus uang dan barang, pemberian maupun semacamnya, pinjam-meminjam, pengemis, dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk ke dalam kesempatan memperoleh penghasilan di sektor yang tidak sah ialah: a. Jasa kegiatan atau perdagangan gelap yang pada umumnya penadah barang- barang pencurian, lintah darat, pegadaian dengan tingkat bunga yang tidak sah, perdagangan obat bius, pelacuran, berbagai macam korupsi, perlindungan kejahatan. Universitas Sumatera Utara b. Transaksi pencurian kecil pencopetan, pencurian besar-besaran pembongkaran, pemalsuan uang dan penipuan. Manning, 1985 : 79-80. Sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Keith Hart tersebut, pekerjaan sebagai buruh bagasi tergolong kepada sektor informal yang sah. Ciri utama sektor informal adalah : 1.1 Tiadanya bantuan ekonomi dapat timbul , misalnya karena adanya perserikatan buruh, pemberian kredit dengan bunga relatif murah, perlindungan dan perawatan kerja, hak cipta. Tidak adanya bantuan di sini dalam arti accessability dan bukan sekedar kemudahan fasilitas. Walau ada kemudahan, tapi tak ada access maka usaha tersebut masih disebut usaha dalam sektor informal. 1.2 Jam kerja bervariasi 1.3 Mudah dimasuki karena sektor ini tidak membutuhkan modaluang yang besar. 1.4 Tidak meminta keterampilan yang tinggi. 1.5 Dapat menggunakan bahan-bahan setempat. 1.6 Dan permintaan yang akan selalu ada akan barangjasa yang di hasilkan sektor informal Ananta, 1985 : 65 . Dari hasil penelitian yang diadakan oleh Tim peneliti ILO, yang dikoordinir oleh Sethuraman Srilanka, ditemukan bahwa mereka yang terlibat dalam sektor informal pada umumnya miskin, kebanyakan dalam usia kerja utama prime age, berpendidikan rendah, upah yang diterima di bawah upah minimum, Universitas Sumatera Utara modal usaha rendah, serta sektor ini memberikan kemungkinan untuk mobilitas vertikal. Pekerjaan di sektor ini memiliki tujuan utama untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan daripada memperoleh keuntungan. Hal ini disebabkan karena mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin, berpendidikan sangat rendah, tidak terampil dan kebanyakan para migran. Jelaslah bahwa mereka bukan kapitalis yang mencari investasi yang menguntungkan dan juga bukanlah pengusaha seperti yang dikenal pada umumnya. Cakrawala mereka nampaknya terbatas pada pengadaan kesempatan kerja dan menghasilkan pendapatan yang langsung bagi dirinya sendiri.

2.4 Coping Strategies : Suatu Strategi dalam Menangani Kemiskinan