Strategi Pertahanan Hidup Buruh Bagasi

bekerja, untuk biaya seragam dan tanda pengenal resmi. Jika mereka hendak keluar dari pekerjaan tersebut, mereka dapat menjual seragam tersebut pada orang yang berminat seharga yang sama. Disamping itu, mereka juga cukup mengeluarkan biaya Rp 2.000,00 untuk setoran wajib ke pihak pelabuhan melalui mandor masing – masing. Disamping itu, hubungan diantara sesama buruh yang sudah seperti saudara sendiri, dan kecintaan mereka secara emosional terhadap pekerjaan mereka, serta suasana pelabuhan yang mereka sukai, juga menjadi faktor lain yang membuat mereka tetap bertahan menekuni pekerjaan mereka sebagai buruh bagasi.

4.6.2. Strategi Pertahanan Hidup Buruh Bagasi

Dalam tata kehidupan dan penghidupan masyarakat, setiap keluarga tidak akan terlepas dari permasalahan goncangan dan tekanan. Permasalahan yang di maksud di sini dapat berupa permasalahan ekonomi maupun sosial. Strategi keluarga buruh bagasi dalam menghadapi permasalahan keluarga merupakan salah satu indikator variabel potensi mereka. Dalam rangka menanggapi goncangan dan tekanan shock and stress, pada dasarnya mereka mempunyai strategi yang cukup handal. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Edi Suharto 2003 mereka adalah manajer dengan seperangkat aset yang ada di seputar diri dan lingkungannya. Berdasarkan data yang terhimpun melalui penelitian ini, terungkap cukup banyak strategi yang di pergunakan para buruh bagasi dalam Universitas Sumatera Utara menghadapi permasalahannya. Bentuk – bentuk strategi yang dimaksud dapat dikemukakan sebagai berikut :  Optimalisasi sumber daya manusia SDM Strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk peningkatan penghasilan karena tuntutan hidup yang semakin besar. Berdasarkan pelaku, pengaplikasian strategi tersebut dapat dilihat dari 3 tiga bagian, yakni strategi yang dilakukan oleh informan suami, istri, dan anak. • Informan suami Matrik 6. Pekerjaan Sampingan Informan NO Nama Informan Pekerjaan Sampingan 1 Siagian TKBM, mengumpulkan barang – barang bekas botot . 2 Parlin Marpaung TKBM, dan money changer. 3 Samosir Narik ojek, TKBM 4 L.E.Sitorus TKBM, mocok – mocok mengerjakan pekerjaan lepas apa saja, mis : memperbaiki TV, memperbaiki listrik, agen penjual barang 5 M.Sipahutar 6 Tumirin - 7 Patar Gultom TKBM, Calo Tiket Kapal Laut. 8 B.Saragih TKBM, bertani Sumber : Data lapangan, 2007 Universitas Sumatera Utara • Istri Matrik 7. Pekerjaan Istri No Nama Informan Pekerjaan Istri 1 Siagian Mengumpulkan barang – barang bekas terutama botol air mineral Aqua 2 Parlin Marpaung Guru SD 3 Samosir Pedagang pakaian bekas loak dan jengkol. 4 L.E.Sitorus Beternak babi dan menanam kangkung di ladang orang. 5 M.Sipahutar Ibu Rumah Tangga 6 Tumirin Menanam jagung di pekarangan rumah. 7 Patar Gultom Berjualan 8 B.Saragih Bertani padi Sumber : data lapangan, 2007 • Anak Matrik 8. Partisipasi Anak dalam Menambah penghasilan Keluarga NO Nama Informan Partisipasi Anak dalam Menambah Penghasilan Keluarga 1 Siagian Menggunting sandal 2 Parlin Marpaung - 3 Samosir Membantu istri informan berjualan 4 L.E.Sitorus Membantu memandikan dan memberi makan ternak babi mereka. 5 M.Sipahutar 3 orang anaknya bekerja sebagai TKBM 6 Tumirin Sudah bekerja sebagai PNS dan setiap bulan bergantian memberi uang tambahan kepada informan dan istri. 7 Patar Gultom Mengantar keripik dari si pembuat ke kedai – kedai, anak pertama membiayai perkuliahan adiknya. 8 B.Saragih Membantu pekerjaan di sawah Sumber : Data lapangan, 2007 Universitas Sumatera Utara Berbagai bentuk strategi yang dibangun oleh buruh bagasi antara lain : memperpanjang jam kerja mencari penghasilan tambahan, memanfaatkan atau mengerahkan anggota keluarga untuk memperoleh penghasilan. Dengan kata lain istri dan anak-anak mereka libatkan dalam mencari penghasilan tambahan. “…anak saya sepulang sekolah langsung kerja menggunting sandal. Hasil yang di peroleh ditabung. Mereka juga main jula – jula di rumah, hasilnya mereka bisa bayar uang sekolah mereka sendiri…” Wawancara dengan Siagian, 2007 “…istri saya beternak babi di belakang rumah. Dia juga menanam kangkung di ladang orang. Sebagian kangkungnya dijual, sebagian dimakan. Tapi, sebagian besar untuk makanan babi…” Wawancara dengan L.E.Sitorus, 2007 “…anak saya setiap hari mengantar keripik ke kedai – kedai. Dari situ dia mendapatkan uang Rp 25,00satu bungkus keripik.” Wawancara dengan Patar Gultom, 2007 Hal ini sesuai bentuk coping strategies, yakni Peningkatan Asset, yaitu dengan melibatkan lebih banyak anggota keluarga untuk bekerja, memulai usaha kecil-kecilan, memulung barang-barang bekas, menyewakan kamar, menggadaikan barang, meminjam uang di bank atau lintah darat.  PenekananPengetatan Pengeluaran Selain turut bekerja menambah penghasilan keluarga, seorang isri juga berperan besar dalam penggunaan uang belanja agar tidak boros terutama saat kondisi keuangan sedang sulit. Penghematan pengeluaran untuk kebutuhan sehari – hari berhubungan dengan menu sehari – hari yang harus disesuaikan dengan kondisi keuangan agar tetap dapat makan tiga kali sehari. Universitas Sumatera Utara “…harus di hemat – hemat. Di usahakan jangan berlebih, dan tidak jajan. Kalau pas ada rejeki, bolehlah.” Wawancara dengan Sipahutar, 2007 “Istri berperan mengatur segala keuangan keluarga. Mengeluarkan biaya secara hemat.” Wawancara dengan Patar Gultom, 2007 Selain turut bekerja menambah penghasilan keluarga, seorang isri juga berperan besar dalam penggunaan uang belanja agar tidak boros terutama saat kondisi keuangan sedang sulit. Penghematan pengeluaran untuk kebutuhan sehari – hari berhubungan dengan menu sehari – hari yang harus disesuaikan dengan kondisi keuangan agar tetap dapat makan tiga kali sehari. “…harus di hemat – hemat. Di usahakan jangan berlebih, dan tidak jajan. Kalau pas ada rejeki, bolehlah.” Wawancara dengan Sipahutar, 2007 “Istri berperan mengatur segala keuangan keluarga. Mengeluarkan biaya secara hemat.” Wawancara dengan Patar Gultom, 2007 Dari pernyataan kedua informan diatas, terlihat bahwa peranan istri dalam upaya penghematan pengeluaran uang, juga merupakan salah satu strategi yang mereka lakukan dalam mengatasi masalah keuangan. Walaupun hal tersebut sangat sulit untuk dilakukan mengingat harga di pasar yang semakin mahal dari hari ke hari. Hal ini berkaitan dengan teori copying strategies, yakni pengontrolan konsumsi dan pengeluaran, yaitu dengan mengurangi jenis dan pola makan, membeli barang – barang murah, mengurangi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan, mengurangi kunjungan ke desa, memperbaiki rumah atau alat – alat rumah tangga sendiri. Universitas Sumatera Utara  Pemanfaatan Jaringan Strategi pemanfaatan jaringan, merupakan salah satu upaya yang di tempuh oleh para buruh bagasi dalam mengatasi masalah keluarga. Jaringan yang dimaksud adalah relasi sosial mereka, baik secara formal maupun secara informal dengan lingkungan sosialnya. Pemanfaatan jaringan ini terlihat dari para buruh bagasi yang tergabung dalam kelompok kantin atas yang mengandalkan jaringan dan relasi dalam menekuni pekerjaannya, yakni dengan para pedagang baik yang hendak mengirim barang maupun yang mendapat kiriman barang. Hal ini dialami oleh Parlin Marpaung, seperti penuturannya berikut : “Biasanya bos kami nyuruh angkat barangnya sampai ke kapal. Begitu juga kalau ada kiriman untuk bos langsung lah saya di telepon. Saya langsung calling kawan –kawan umtuk ngangkat. Bayarannya biasanya borongan. Rp 200.000,00 sampai Rp 300.000,00 tergantung banyaknya barang juga. Imbalan sebesar itu di bagi tiga – empat buruh.” Kerjasama juga mereka lakukan dengan KPLP, yakni dengan cara, KPLP menawarkan kepada pedagang yang hendak menggunakan jasa kapal laut agar barang mereka diangkat oleh buruh yang ditunjuk oleh KPLP yakni para buruh yang tergabung dalam kelompok ‘kantin atas’. Pemanfaatan jaringan ini juga terlihat jelas dalam mengatasi masalah ekonomi dengan pinjam uang kepada tetangga, mengutang ke warung terdekat, bahkan ada yang pinjam uang ke rentenir. Seperti ungkapan berikut ini : Universitas Sumatera Utara “Istri saya ngutang ke tetangga, kalau tidak saya pinjam sama sesama buruh. Nanti kalau ada rejeki dan dia butuh uang kita juga pinjamkan ke dia. Saling tolong – menolonglah…” Wawancara dengan L.E.Sitorus, 2007 “Menggadaikan barang. Dan itu terjadi pada saat anak saya mau masuk kuliah.” Wawancara dengan Patar Gultom, 2007 “Jika memang sudah tidak punya uang lagi, biasanya istri saya ngutang dulu ke warung. Nanti kalau kerja lagi dan dapat uang, baru dibayar.” Wawancara dengan Sipahutar, 2007

4.7. Analisa Strategi Pertahanan Hidup Buruh Bagasi