BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1. Sejarah Singkat Lubuk Pakam.
Lubuk Pakam sejak dahulu telah menjadi pusat pemerintah baik bagi pemerintah Kerajaan Negeri Serdang maupun bagi Pemerintahan Hindia Belanda
dengan kedudukan controler yang berada di Perbaungan. Menempatkan wakil Sultannya di Lubuk Pakam yang bergelar Tengku Raja Muda atau Tengku
Bendahara. Pada zaman pemerintahan Jepang, Lubuk Pakam menjadi tempat kedudukan yang konsisten dan pada pemerintahan Republik Indonesia merupakan
tempat kedudukan Wedana Bupati. Kewedanaan Hilir antara lain di bawah pimpinan:
1. Weldana Ja’far Siddik 2. Wedana Ombak Nasution
3. Wedana Tarif Siregar 4. Wedana Keras Surbakti
5. Wedana Datuk Anwaruddin dan 6. Wedana Bactiar Yunus Wedana yang terakhir.
Sesuai dengan peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1984 Pasal 1 ayat 2 dijelaskan bahwa seiring pemindahan ibu Kota Kabupaten
Deli Serdang dan Kota Medan ke Kota Lubuk Pakam, maka Kecamatan Lubuk Pakam dikembangkan menjadi 4 empat wilayah kecamatan dalam rangka
Universitas Sumatera Utara
terciptanya daya guna hasil penyelenggaraan pemerintah serta pembinaan wilayah. Wilayah Lubuk Pakam dikembangkan menjadi lokasi kedudukan
permerintahan Tingkat II Deli Serdang karena mengikuti perkembangan masyarakat dan negara. Perkembangan akan menimbulkan tugas-tugas baru bagi
perangkat pemerintah yang ada di daerah masing-masing. Kota Lubuk Pakam sebagai ibu Kota Kabupaten Deli Serdang dan Pusat
Pemerintahan Pemda Tingkat II Deli Serdang cukup strategis dan mempunyai prospek pengembangan wilayah yang cukup dominan dengan beberapa Kota
satelitnya seperti Tanjung Morawa, Perbaungan, Galang dan lain-lain. Sedangkan berdasarkan PP No. 71984 Pasal 1 dijelaskan bahwa pusat pemerintahan
Kecamatan Lubuk Pakam ini berkedudukan di Kelurahan Lubuk Pakam I-II. Kelurahan Lubuk Pakam I-II dulunya merupakan sebuah kampung yang
sangat padat penduduknya yang kemudian di pecah menjadi tiga desa dan salah satunya desa berada di Kecamatan Lubuk Pakam. Desa-desa tersebut yakni Desa
Pekan. Desa Pakam I-II dan Desa Pakam III. Pada tahun 1980 pemerintah Kota menyuruh kepala kampung untuk merubah nama dari kampung menjadi desa dan
sejak tahun 1981 keluar lagi peraturan dari pemerintah untuk merubahkan nama dari desa menjadi Kelurahan, oleh karena penduduk yang berada di kampung
makin padat, maka 3 desa yakni Desa Pekan, Desa Pakam I-II dan Desa Pakam III digabungkan menjadi satu dan terbentuklah satu Kelurahan yaitu Kelurahan
Lubuk Pakam I-II.
Universitas Sumatera Utara
Gambar : Kantor Kelurahan Lubuk Pakam I-II Masyarakat yang mempunyai pendidikan yang layak yang bertempat
tinggal di Kelurahan Lubuk Pakam I-II diangkat oleh pemerintah untuk dipekerjakan sabagai Pegawai Negeri Sipil PNS yang ditempatkan di Kelurahan
Lubuk Pakam I-II yang perangkat 5 orang yaitu sebagai Lurah. Sekretaris, Kasi Pemerintahan, Kasi Pelayanan Umum, Kasi Kesejahteraan Sosial.
Menurut data Kelurahan Lubuk Pakam I-II, orang yang pertama kali mendiami Lubuk Pakam I-II adalah orang yang berkelompok etnik Minangkabau
dan Batak. Lubuk Pakam I-II dikepalai oleh seorang kepala kampung yang dulunya bernama Mashud yang berkelompok Etnik Melayu. Pada tahun 1980-an,
pedagang mulai berdatangan dari Galang, Perbaungan, Tanjung Morawa dan dari Kota Lubuk Pakam sendiri tetapi berbeda Kelurahan yang tujuan utamanya adalah
berdagang, tetapi menetap di Lubuk Pakam I-II. Pada saat itu, penduduk di Kelurahan Lubak Pakam I-II terdiri dari berbagai kelompok etnik, diantaranya
Minangkabau. Melayu, Batak dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Semakin banyak penduduk yang ada, Kelurahan ini semakin banyak kemajuan karena terlihat dari kegiatan gotong royong membersihkan jalan
disepanjang Kelurahan yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Banyak pemBangunan-pemBangunan yang terjadi di Kelurahan tersebut. Oleh karena itu,
Kelurahan Lubuk Pakam I-II dibagi manjadi 11 sebelas lingkungan yang masing-masingnya di pimpin oleh kepala lingkungan.
Kelurahan Lubuk Pakam I-II memiliki penduduk sekitar 9525 jiwa yang terdiri dari 2050 KK. Kelurahan ini bentuknya segi empat yang tidak beraturan.
Pada tahun 2010 lalu Kelurahan ini sudah dibagi menjadi 11 sebelas lingkungan. Cara pembagiannya pun berdasarkan panjang dan lebarnya Kelurahan tersebut.
Lingkungan 1 satu merupakan lingkungan yang paling atas dan memang berada di jalan utama masuk Kelurahan tersebut, lingkungan 2 dua sampai 8 delapan
berada dibagian tengah dari Kelurahan, dan lingkungan 9 sembilan sampai 11 sebelas berada di bawah Kelurahan yang berdasarkan letaknya.
Jarak antara lingkungan 1 satu dan 2 dua sekitar 40 rumah atau sekitar 40 meter. Begitu juga jarak antara lingkungan 2 dua dengan 3 tiga sampai 11
sebelas berdasarkan panjangnya, sedangkan lebarnya sekitar 30 rumah atau 40 meter. Penduduk yang mendiami lingkungan 1 satu mayoritas berkelompok
etnik Melayu dan Jawa yang beragama Islam, sebagian kelompok etnik Tionghoa perantauan, dan kelompok etnik Minangkabau. Sedangkan lingkungan 2 dua
sampai 8 delapan kelompok Minangkabau merupakan penduduk yang mayoritas, sebagian berkelompok etnik India, Melayu, Jawa dan Tionghoa,
Lingkungan 9 sembilan sampai 11 sebelas mayoritas kelompok etnik Batak
Universitas Sumatera Utara
Toba, Mandailing, Simalungun, sebagian kelompok etnik Melayu, India dan Tionghoa yang berada dilingkungan tersebut.
Karakter penduduk setiap lingkungan sangat berbeda-beda. Kelompok etnik Melayu dan Jawa yang berada dilingkungan 1 satu sangat ramah terhadap
penduduk yang ada di sekitar tempat mereka tinggal. Begitu juga kelompok etnik Minangkabau, Aceh, Batak dan Banten disetiap lingkungan juga ramah terhadap
kelompok etnik yang berbeda. Lain halnya dengan penduduk kelompok etnik Tionghoa yang acuh tak acuh, mereka hanya peduli dengan sesamanya, sehingga
sering juga terjadi pemerasan terhadap kelompok etnik Tionghoa.
2.2. Letak Geografls dan Lingkungan Alam.