Pengertian Kepailitan Pengertian, Tujuan, dan Syarat Kepailitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Kepailitan

1. Pengertian, Tujuan, dan Syarat Kepailitan

I.1. Pengertian Kepailitan

Istilah “Pailit” berasal dari kata Belanda “Failliet”. Kata Failliet berasal dari kata Perancis “Failite” yang artinya mogok atau berhenti membayar. Orang yang mogok atau berhenti membayar dalam bahasa Perancis disebut “Le Failli”. Kata kerja Faillir yang berarti gagal. Dalam bahasa Inggris kita mengenal kata “To Fail” yang artinya juga gagal. Di Negara yang menggunakan bahasa Inggris untuk pengertian Pailit menggunakan istilah Bankrup dan untuk Kepailitan menggunakan istilah Bankruptcy. Dalam bahasa Indonesia menggunakan istilah Pailit dan Kepailitan. 5 Dalam Ensiklopedi Ekonomi Keuangan dan Perdagangan sebagaimana dikutup oleh Munir Fuady, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pailit atau bangkrut, antara lain adalah seseorang debitor yang tidak sanggup lagi akan membayar. Lebih tepat, ialah seseorang yang oleh pengadilan dinyatakan bangkrut dan yang aktivanya atau warisannya telah diperuntukkan untuk membayar hutang-hutangnya. 6 5 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2003, Hlm.344. 6 Munir Fuady, hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Hlm. 8. Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 7 Debitor Pailit adalah debitor yang sudah dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, dalam hal ini yang berwenang adalah Pengadilan Niaga dalam lingkungan peradilan umum. Menurut J. Djohansjah, S.H., dalam tulisannya yang berjudul “Pengadilan Niaga”, 8 pengertian Kepailitan merupakan suatu proses dimana : 1. Seorang Debitor yang mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh Pengadilan, dalam hal ini Pengadilan Niaga, dikarenakan Debitur tersebut tidak dapat membayar utangnya. 2. Harta Debitur dapat dibagikan kepada para Kreditor sesuai dengan peraturan Kepailitan. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan, baik kreditor konkuren, kreditor separatis pemegang hak jaminan, maupun kreditor preferen. Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau Undang-Undang yang pelunasannya dapat ditagih dimuka pengadilan. Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam 7 Lihat Pasal 1 angka 1 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 8 Rudhy A. Lontoh, Denny Kailimang, dan Benny Ponto, [Eds.]., Penyelesaian Utang- Piutang: Melalui Pailit atau Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Penerbit Alumni, Bandung: 2001, Hlm. 23. jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor. 9 Sita umum dalam Kepailitan maksudnya adalah untuk menghindari sita dan eksekusi oleh para Kreditor secara sendiri-sendiri. Kreditor harus bertindak secara bersama-sama concursus creditorium sesuai dengan asas sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1132 KUH Perdata bahwa kebendaan Debitor menjadi jaminan bersama-sama para Kredior menurut keseimbangan kecuali terdapat alasan-alasan yang sah untuk didahulukan. Sita umum tersebut juga mencakup kekayaan Debitor yang berada di luar negeri, sekalipun dalam pelaksanaannya dianut asas teritorialitas sehubungan dengan prinsip kedaulatan negara. Istilah pailit bankrupt menurut kamus Ekonomi Uang dan Bank artinya bangkrut yaitu suatu kondisi yang dinyatakan secara hukum tentang suatu perusahaan yang jatuh pailit, yaitu bila total pasivanya melebihi nilai total aktivanya, sehingga kekayaan yang dimiliki perusahaan itu sendiri adalah negatif. Istilah kepailitan atau bankruptcy adalah suatu tindakan hukum berupa keputusan pengadilan yang melikudir kegiatan suatu perusahaan guna menjamin pengembalian danaaktiva milik para kreditor. 9 Lihat Pasal 1 dan Penjelasan Pasal 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

I.2. Tujuan Kepailitan