duduk bersama untuk menyetujui penyelesaian atau penjadwalan kembali utang-utangnya. Dengan adanya pernyataan palit, kreditor
tentu berharap bahwa tagihan-tagihan yang dimilikinya pada debitor pailit dapat dikembalikan secara maksimal. Kreditor mempunyai
harapan atas pengembalian tersebut dengan keyakinan bahwa aset– aset debitor pailit didistribusikan secara merata kepada para
kreditornya, baik untuk kreditor konkuren maupun kreditor preferen.
c. Kepentingan Pemegang Saham
Kepailitan merupakan suatu upaya penyelesaian kewajiban pembayaran utang, mengingat kedudukan pemegang saham dalam
suatu perseroan bukanlah sebagai kreditor, oleh karena itu kepailitan tidak dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada para
pemegang saham. Keterkaitan antara pemegang saham dengan perseroan terjadi
dalam dalam bentuk penyertaan modal pada perseroan, mengingat penempatan dana dilakukan oleh pemegang saham merupakan modal
yang pada akhirnya menjadi bagian dari kekayaan perusahaan. Hal tersebut tidak menimbulkan kewajiban bagi perusahaan untuk
melakukan pengembalian atas penyertaan modal tersebut. Penyertaan modal tersebut bukan merupakan kredit bagi perusahaan.
Jika perusahaan pailit, pemegang saham memiliki kedudukan tidak diutamakan dibandingkan dengan kreditor konkuren sekalipun
dalam pembagian harta pailit. Karena kedudukan itu pemegang saham seringkali disebut sebagai pasca kreditor konkuren. Untuk
melindungi kepentingan pemegang saham dapat mempergunakan beberapa mekanisme yang diatur dalam Undang-undang Perseroan
Terbatas.
C. Badan Usaha Milik Negara BUMN
1. Penataan Perusahaan Milik Negara Dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara
Badan Usaha Milik Negara BUMN merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional. Dalam menjalankan
kegiatan usahanya senantiasa berdasarkan demokrasi ekonomi, sehingga akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran
rakyat. Mengingat peran Badan Usaha Milik Negara BUMN dalam
perekonomian nasional sangat penting, maka untuk mengoptimalkan peran BUMN tersebut dibutuhkan suatu pengurusan dan pengawasan secara
profesional. Untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut maka pemerintah melakukan penataan kembali terhadap perangkat peraturan perundangan
yang mengatur BUMN yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan perekonomian dan dunia usaha yang semakin pesat, baik secara nasional
maupun internasional. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Undang-