Kegiatan Pelayanan Kesehatan oleh Bidan Desa

Wewenang tersebut adalah sebagai berikut: 1. Wewenang umum Kewenangan yang diberikan untuk melaksanakan tugas yang dapat dipertanggungjawabkan secara mandiri. 2. Wewenang khusus Wewenang khusus adalah wewenang untuk melaksanakan kegiatan yang memerlukan pengawasan dokter. Tanggung jawab pelaksanaannya berada pada dokter yang diberikan wewenang tersebut. 3. Wewenang pada keadaan darurat Bidan diberi wewenang melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan penderita atas tanggung jawabnya sebagai insan profesi. Segera setelah melakukan tindakan darurat tersebut, bidan diwajibkan membuat laporan ke Puskesmas di wilayah kerjanya. 4. Wewenang tambahan Bidan dapat diberi wewenang tambahan oleh atasannya dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat lainnya, sesuai dengan program pemerintah, pendidikan dan pelatihan yang diterimanya.

2.6 Kegiatan Pelayanan Kesehatan oleh Bidan Desa

Pelayanan adalah suatu aktifitas yang bertujuan untuk memberikan pertolongan, bimbingan, pendidikan, perlindungan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik. Universitas Sumatera Utara Secara luas pelayanan mencakup fungsi pengembangan menyangkut bidan pelayanan seperti pendidikan, kesehatan, perumahan maupun bentuk - bentuk pelayanan umum lainnya. Secara umum dapat kita ketahui bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat termasuk keluarga ada tiga segi yang perlu diperhatikan yaitu : a segi manusianya petugas kesehatan, b sarana pelayanan kesehatan, dan c dana biaya untuk pelayanan. Keterbatasan dan kekurangan salah satu dari ketiga segi ini sedikit banyak memengaruhi pelayanan kesehatan yang diterima oleh masyarakat Depkes RI, 1995. Sesuai dengan kewenangan bidan yang diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan No.363MenkesPerIX1989, maka kegiatan bidan Puskesmas yang ditempatkan di desa adalah sebagai berikut: a. Mengenal wilayah, struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem pemerintahannya. b. Merencanakan dan menganalisa data serta mengidentifikasikan masalah kesehatan untuk merencanakan penanggulangannya. c. Menggerakkan peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD dengan melaksanakan Pertemuan Tingkat Desa PTD, Survei Mawas Diri SMD dan Musyawarah Masyarakat Desa MMD yang diikuti dengan menghimpun dan melatih kader sesuai dengan kebutuhan. Universitas Sumatera Utara d. Memberikan bimbingan teknis kepada kader dan memberikan pelayanan langsung dimeja lima pada saat kegiatan Posyandu dalam wilayah kerjanya, terutama pelayanan KIA dan KB serta membantu pelaksanaan imunisasi. e. Memberikan pertolongan persalinan. f. Memberikan pertolongan kepada pasien orang sakit, kecelakaan dan kedaruratan. g. Kunjungan rumah dan perawatan kesehatan masyarakat di wilayah kerja bidan. h. Melatih dan membina dukun bayi agar mampu melaksanakan penyuluhan dan membantu deteksi ibu hamil risiko tinggi. i. Menggerakkan masyarakat agar melaksanakan kegiatan dana sehat di wilayah kerjanya. j. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan dan melaporkan secara berkala kepada Puskesmas sesuai dengan ketentuan. k. Merujuk penderita dengan kelainan jiwa, dan melakukanpengobatan tindak lanjut pasien dengan kelainan jiwa yang dirujuk oleh Puskesmas. Menurut Azwar 1996, pelayanan kesehatan yang terdapat dalam masyarakat secara umum dapat dibedakan atas tiga macam yaitu: 1. Pelayanan kesehatan tingkat I, pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar. 2. Pelayanan kesehatan tingkat II, pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan spesialis satu bahkan kadang - kadang pelayanan sub - spesialisasi tetapi terbatas. Universitas Sumatera Utara 3. Pelayanan kesehatan tingkat III, pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan spesialisasi serta sub - spesialisasi luas. Dari hal tersebut diatas dapat diketahui bahwa pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh bidan desa cenderung dalam pelayanan tingkat dasar pertama. Selain membantu penurunan angka kematian dan peningkatan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana. Bidan desa juga membantu memberikan pengobatan pertama pada desa juga membantu memberikan pengobatan pertama pada masyarakat yang membutuhkan pertolongan dalam pelayanan kesehatan sebelum pasien mendapat pertolongan yang lebih efisien di rumah sakit. Untuk terwujudnya kebijaksanaan yang telah ditetapkan maka diselenggarakan pendidikan bidan satu tahun dengan dasar pendidikan lulus SPK, dan sejak tahun 1999 ditingkatkan menjadi Akademi DIII. Lulusan pendidikan tersebut akan ditempatkan di Puskesmas dan Desa dengan kriteria tertentu dalam rangka melaksanakan upaya kesehatan Puskesmas dan membina Posyandu. Agar bidan dapat bekerja secara berdaya guna dan berhasil guna, maka disusunlah pedoman atau program kerja. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak ini perlu segera diatasi, karena derajat kesehatan ibu dan anak sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada masa yang akan datang dan merupakan pangkal pokok dari kesehatan masyarakat. Usaha kesehatan ibu dan anak adalah sangat penting, karena pembangunan mutu sumber daya manusia yang harus dimulai sedini mungkin sangat bergantung pada kesehatan ibu. Kenyataan ini dapat dilihat dari peranan dan fungsi ibu dalam mengasuh dan mendidik anak, mengatur rumah tangga, membantu keluarga dalam meningkatkan Universitas Sumatera Utara pendapatan dan sebagai keturunan. Dengan meningkatnya kesejahteraan ibu akan lahir generasi penerus bangsa yang cukup sehat dengan berat badan lahir yang tidak rendah dan akan diasuh oleh ibu kandungnya sendiri yang sehat. Angka Kematian Ibu AKI merupakan indikator kuantitatif yang berkaitan dengan program-program kesehatan reproduksi dan program-program untuk meningkatkan derajat kesehatan wanita. Dari program tersebut maka disepakati agar AKI tahun 2000 diturunkan menjadi setengah dari tingkat kematian ibu pada tahun 1990, dan pada tahun 2015 diturunkan menjadi setengahnya dari tingkat kematian tahun 2000. Secara kuantitatif untuk semua negara diharapkan mempunyai AKI kurang dari 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dan AKB dari 68 menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup, serta AKBA dari 97 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Bagi negara-negara dengan kematian sedang, maka AKI diharapkan jadi dibawah 100 pada tahun 2005 dan 60 per 100.000 tahun 2015 Depkes RI, 2005. Sebagai salah satu tenaga kesehatan, bidan merupakan sumber daya manusia yang sangat penting guna menyelenggarakan upaya peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat. Tuntutan kualitas kesehatan perlu didukung oleh tenaga kesehatan yang jumlahnya cukup dan memadai. Berbagai terobosan telah dilakukan antara lain penempatan 54.120 bidan di Puskesmas dan desa yang dimulai pada tahun 1990 dan terpenuhi tahun 1996 Depkes RI, 1998. Di samping itu perlu dilakukan pendayagunaan tenaga kesehatan secara merata dan efisien. Tenaga bidan menjadi perhatian utama mengingat penempatannya di puskesmas dan desa yang terpencil yang belum terjangkau oleh pelayanan Universitas Sumatera Utara puskesmas dan puskesmas pembantu diluar radius 5 km, sangat membantu penurunan angka kematian ibu dan anak disamping juga peningkatan kesehatan masyarakat, termasuk pelayanan keluarga berencana Depkes RI, 1996. Sejak ditempatkannya bidan di puskesmas, diharapkan memberikan arti yang sangat penting bagi masyarakat terutama bagi peningkatan pelayanan kesehatan ibu hamil kebutuhan terhadap upaya pelayanan kesehatan yang meliputi memeriksakan kehamilan, pertolongan persalinan dirasakan semakin terpenuhi terutama sejak didirikannya puskesmas ini dan Posyandu oleh bidan di desa. Kedudukan bidan desa wajib tinggal serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya yang meliputi 1 sampai 2 desa, bekerjasama dengan perangkat desa, bidan desa bertanggung jawab langsung kepada kepala Puskesmas setempat, dipertegas dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pembinaan Masyarakat No. 278BMDJBKKIII 1994 tentang Tugas Pokok dalam menunjang upaya akselerasi penurunan AKI. Lahirnya kebijaksanaan Departemen Kesehatan Depkes menempatkan bidan desa sejak tahun 1989 karena langkanya tenaga kesehatan yang tinggal menetap di desa sehingga bidan menjadi tumpuan harapan untuk melakukan kegiatan di luar tugas pokoknya dan adanya pengamatan bahwa bidan desa banyak dibebani dengan tugas lain yang kurang berhubungan langsung dengan tugas pokok sehingga tidak mampu memberikan kontribusi yang nyata dalam mempercepat penurunan AKI dan AKB Depkes RI, 1995. Cakupan bidan desa dapat dinilai dari kinerjanya secara umum, bidan desa harus mencatat dan mengetahui jumlah penduduk, sasaran KIA ibu hamil, bersalin, Universitas Sumatera Utara bayi. Perkiraan jumlah ibu hamil 2,7-3 dari jumlah penduduk, dan jumlah bayi 2,5 - 2,7 dari jumlah penduduk per tahun. Bila perbedaannya lebih dari 10 ini perlu dijelaskan lagi agar bidan desa mengetahuinya dengan benar jumlah sasaran KIA dari Puskesmas dibagi 12 bulan, jadi yang dapat jumlah rata-rata ibu hamilbayi yang perlu dilayani tiap bulannya. Untuk validasi data maka jumlah yang dicatat bidan desa tidak boleh beda 10 dari patokan di atas. Untuk K1 per tahun tidak boleh kurang dari 70 atau cakupan pertolongan persalinan oleh bidan desa tidak boleh kurang dari 30, bila kurang diasumsikan pemahaman tentang indikator cakupan dan penghitungan oleh bidan desa masih kurang, maka perlu ditindak lanjuti dalam supervisi dengan pembinaan intensif dan sebagai bahan informasi mengenai kinerja bidan desa Depkes RI, 1996. Sesuai dengan kebijaksanaan penempatan bidan desa merupakan salah satu upaya terobosan dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan tingkat fertilitas maka bidan desa perlu dibina secara mantap terstruktur agar bidan desa mampu menunjukkan komitmen yang tinggi Gunawan, 2004.

2.7 Landasan Teori