Organisasi Sosial MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA BINJAI

19 Kristen Protestan ada juga masyarakat Batak Toba di Kota Binjai yang menganut agama islam Lihat Tabel 2.4. Tabel 2.4 No Agama 2012 1 Kristen Protestan 14.546 2 Katolik 1023 3 Islam 20 JUMLAH 15.589 Sumber: Database Kota Binjai Tahun 2012 Bappeda Kota Binjai Susenas 2010 BPS Masyarakat Batak Toba yang menganut agama terbanyak yakni kristen protestan 93.30, masyarakat Batak Toba di kota Binjai yang menganut agama katolik 6.56, dan agama islam 0,13 lebih sedikit dianut masyarakat Batak Toba di Kota Binjai dari kristen protestan dan katolik. Walaupun orang Batak Toba sebagian besar sudah beragama Kristen, masyarakat Batak Toba yang berada di Kota Binjai masih menjalankan kegiatan adat istiadat Batak Toba dalam pangoli anakboru dan ulaon saur matua atau sari matua yang sering di temukan di Kota Binjai.

2.4. Organisasi Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, sistem kekerabatan dan kerjasama sangat menonjol pada masyarakat Batak Toba di kota Binjai, walaupun terdapat perbedaan dalam kepercayaan, budaya, dan adat istiadat. Ini mencerminkan kenyataan sosial bahwa orang- orang Batak Toba yang ada di kota Binjai sangat baik dalam menjalin keakraban walaupun berbeda keyakinan. Universitas Sumatera Utara 20 Organisasi sosial sangat penting dalam kehidupan sehari-sehari, kekerabatan dan kerja sama sangat menonjol meskipun terpolarisasi dalam paham keagamaan yang saling berbeda. Orang Batak Toba memakai dialek agak berbeda disetiap wilayah namun yang cukup khas dari bahasa Batak Toba adalah nada vocal yang mayoritas dalam setiap kata atau kalimat dan cendrung sedikit kasar. Ini juga secara tak langsung mempengaruhi adaptasi sosial antara sesama orang Batak Toba dengan daerah budaya yang berbeda. Walaupun sudah berpindah ke tempat yang jauh, tetapi orang-orang Batak Toba yang datang ke kota Binjai tetap berusaha untuk mempertahankan sistem keakraban yang telah dibangun oleh para leluhur terdahulu. Kebudayaan Batak dapat dilihat melalui organisasi- organisasi atau perkumpulan-perkumpulan masyarakat Batak Toba yang ada di Kota Binjai. Ada yang membentuk perkumpulan berdasarkan marga seperti Persatuan Marga Sihombing, Persatuan Marga Purba, Persatuan Marga Simorangkir, Persatuan Marga Simatupang, Persatuan Marga Silalahi, Persatuan Marga Sinaga, dan sebagainya. Selain itu juga masyarakat Batak Toba juga membentuk perkumpulan berdasarkan dimana mereka tinggal di Kota Binjai berupa Serikat Tolong Menolong STM, seperti STM Sehati. Ada juga organisasi lain yang bersifat kepemudaan, gerejawi, pendidikan dan pembangunan yang berdiri di Kota Binjai. 2.5. Sistem Kekerabatan Garis keturunan yang disandang oleh setiap orang Batak sekarang ini berasal dari satu sumber, yang secara eksklusif ditarik lurus dari pihak laki-laki keturunan agnatik atau laki- laki. Garis patrineal ini dipakai guna menentukan statuta keanggotaan dalam sebuah kelompok yang dinamai marga klan. Sedangkan patrilinial adalah garis keturunan menurut laki-laki. Sehingga, kelompok marga Batak adalah sebuah organisasi keluarga yang luas. Kekerabatan dari kelompok keturunan bagi orang Batak banyak dijumpai menurut wilayah Universitas Sumatera Utara 21 kediaman masyarakat Batak Toba. Mereka membentuk grup-grup menjadi sebuah kelompok marga descent group sebagai kesatuan sosial. Kesatuan yang diakui de facto oleh umum. Sistem kekerabatan keluarga Batak Toba, tidak dapat dipisahkan dari filsafat hidupnya dan merupakan suatu pranata yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dan seorang wanita, akan tetapi mengikat suatu hubungan yang tertentu yaitu kaum kerabat dari pihak laki-laki atau kaum kerabat dari pihak perempuan. Seluruh pihak yang masuk dalam lingkaran kerabat Batak Toba, masing-masing memiliki nama sebutan panggilan yang menunjukkan status kekerabatan. Filsafat hidup kekerabatan tersebut adalah Dalihan Na Tolu tungku nan tiga yang terdiri dari: a. Hula-hula atau dinamai parrajaon pihak yang dirajakan yaitu marga ayah mertua seorang laki-laki yang memberinya istri. Yang termasuk hula-hula bukan hanya pihak mertua dan golongan semarganya tetapi juga bona ni ari yaitu marga asal nenek istri kakek ego lima tingkat ke atas atau lebih, tulang yaitu saudara laki- laki ibu, yang terdiri dari tiga bagian yaitu bona tulang tulang kandung dari bapak ego, tulang tangkas tulang ego saudara, tulang ro robot ipar dari tulang, lae atau tunggane ipar yang termasuk di dalamnya anak dari tulang anak mertua, mertua laki-laki dari anak, ipar dari ipar, cucu ipar; bao istri ipar yaitu istri ipar dari pihak hula-hula mertua perempuan dan anak laki-laki, anak perempuan dari tulang ro robot; paraman dari anak laki-laki, termasuk di dalamnya anak ipar dari hula-hula, cucu pertama, cucu dari tulang, saudara dari menantu perempuan, paraman dari bao; hula-hula hatopan yaitu semua abang dan adik dari pihak hula- hula. b. Boru yaitu marga yang menerima anak perempuan sebagai istri, yang termasuk di dalamnya namboru bibi yang terdiri dari iboto ni ama niba saudara perempuan bapak, mertua perempuan dari saudara perempuan, nenek dari menantu laki-laki; Universitas Sumatera Utara 22 amang boru suami bibi yang termasuk di dalamnya mertua laki-laki dari saudara perempuan, kakak dari menantu lakilaki; iboto saudara perempuan yang termasuk di dalamnya putri dari namboru, saudara perempuan nenek, saudara perempuan dari abang atau adik kita; lae ipar yang termasuk di dalamnya saudara perempuan, anak namboru, mertua laki-laki dari putri, amang boru dari ayah, bao dari saudara perempuan. Boru putri yang termasuk di dalamnya boru tubu putri kandung, boru ni pariban putri kakak atau adik perempuan, hela menantu, yang termasuk di dalamnya suami dari putri, suami dari putri abang atau adik kita, suami dari putri; bere atau ibebere kemenakan atau anak dari saudara perempuan; boru natua-tua yaitu semua keturunan dari putri kakak kita dari tingkat kelima. c. Dongan Sabutuha atau dongan tubu yaitu terdiri dari namarsaompu artinya segenap keturunan dari kakek yang sama, dengan pengertian keturunan lakilaki dari satu marga. Setiap orang Batak Toba dapat terlihat dalam posisi sebagai dongan tubu, hula-hula dan boru terhadap orang lain. Terhadap hulahula-nya, dia adalah boru. Sebaliknya, terhadap boru dia merupakan hulahula dan terhadap garis keturunannya sendiri dia merupakan dongan tubu. Penyebutan kata somba marhula-hula, elek marboru, manat mardongan tubu adalah salah satu semboyan yang hidup hingga saat ini pada masyarakat Batak Toba yang mencerminkan keterkaitan hubungan ketiga sistem kekerabatan ini. Artinya hula-hula menempati kedudukan yang terhormat diantara ketiga golongan fungsional tersebut. Boru harus bersikap sujud dan patuh terhadap hula-hula dan harus dijunjung tinggi. Hal itu tampak dari filosofi yang dianut tentang ketiga golongan ini. Hula-hula, mata ni mual si patio-tioon, mata ni ari so husoran artinya hula-hula adalah sumber mata air yang selalu dipelihara supaya tetap jernih dan matahari yang tidak boleh Universitas Sumatera Utara 23 ditentang. Hula-hula diberi sebutan sebagai debata na tarida atau wakil Tuhan yang dapat dilihat, karena merupakan sumber berkat, perlindungan dan pendamai dalam sengketa. Elek marboru artinya hula-hula harus selalu menyayangi borunya dan sangat pantang untuk menyakiti hati dan perasaan boru. Manat mardongan tubu artinya orang yang semarga harus berperasaan seia sekata dan sepenanggungan sebagai saudara kandung dan saling hormat menghormati. Adapun fungsi dalihan natolu dalam hubungan sosial antar marga ialah mengatur ketertiban dan jalannya pelaksanaan tutur, menentukan kedudukan, hak dan kewajiban seseorang dan juga sebagai dasar musyawarah dan mufakat bagi masyarakat Batak Toba di Kota Binjai. Dimana saja ada masyarakat Batak Toba, secara otomatis berlaku fungsi dalihan natolu. Dan selama orang Batak Toba tetap mempertahankan kesadaran bermarga, selama itu pulalah fungsi dalihan natolu tetap dianggap baik untuk mengatur tata cara dan tata hidup masyarakatnya.

2.6. Kesenian